Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan,
“Allah telah membenarkan pernyataan Ahmad dalam hal ini, karena dia adalah imam as-Sunnah pada zamannya. Sementara musuhnya, Ahmad bin Abi Du’ad, seorang qadhi qudhat (kepala para hakim), tidak ada seorang pun yang “merayakan” kematiannya dan tidak pula menghiraukannya. Tatkala dia mati, tidak ada yang mengiringi jenazahnya kecuali segelintir orang dari kalangan pendukung penguasa. Demikian pula al Harits bin Asad al-Muhasibi, kendatipun sedemikian zuhud, wara’, tawadhu’, dan muhasabahnya terhadap dirinya dalam berbagai pikiran dan gerakannya, ternyata yang menshalatinya hanyalah tiga atau empat orang saja. Demikian pula Bisyr bin Ghiyats al-Marisi, yang menshalatinya hanyalah sekelompok kecil orang. Sungguh, Allahlah yang menguasai segala urusan, baik sebelum maupun sesudahnya.” [Bidayah wan Nihayah 10/793]
“KATAKANLAH KEPADA AHLI BID’AH BAHWA YANG MEMBEDAKAN KAMI DENGAN KALIAN ADALAH SAAT KEMATIAN NANTI.”
Artikel : www.KisahIslam.net
Facebook Fans Page: Kisah Teladan & Sejarah Islam
=