Pada masanya, Dinasti Turki Utsmani mencapai puncak kejayaannya. Kala itu, Turki Utsmani hidup dalam zaman keemasan. Sultan Sulaiman bermaksud membangun sebuah masjid yang berbeda dengan masjid-masjid lainnya. Ia ingin membangun masjid yang lebih megah dari masjid-masjid yang telah dibangun nenek moyangnya. Masjid yang akan dibangun harus besar, megah, dan indah,
Abul Qasim bin Asakir Rahimahullah dalam kitab Tarikh lbnu Asakir (XVIII/189) berkata, “Abul Qasim bin As-Samarqandi meriwayatkan kepada kami Abu Bakar Ath-Thabari, dari Abul Husain bin Al-Fadhl, dari Abdullah bin Ja’far, dari Ya’qub, dari Ahmad bin Mani’, dari Abu Qathan, dari Abu Khuldat, dari Abul Aliyah, Ia bercerita, ‘Selama bulan
Hudhain bin Munzhir Abu Sasan berkata, “Aku melihat Utsman bin Affan telah menunaikan shalat subuh. Saat itu dibawalah menghadap kepadanya seseorang yang bernama Al-Walid.[1] Kemudian Utsman berkata, “Aku tambahkan untuk kalian.” Dua orang laki-laki memberikan kesaksian di hadapan Utsman. Salah satu lelaki itu bernama Humran. [2] Ia bersaksi bahwa temannya
Ibnu Umar berkata, “Telah datang serombongan saudagar. Mereka singgah di mushalla, lalu berkatalah Umar kepada Abdurrahman bin Auf, “Apakah kamu bisa menjaga para saudagar itu agar tidak kecurian malam ini?” Maka malam itu Umar dan Abdurrahman bin Auf menjaga para saudagar itu dan mereka melaksanakan shalat wajib. Malam itu, Umar
Suatu ketika, penduduk wilayah pedalaman mengalami musim paceklik yang mencekik. Kemudian Firdazaq menemui Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik, lalu memujinya dalam bait-bait syair: Kepada Allahlah rakyat mengadu, Sementara Al-Walid yang menjadi harapannya Betapa banyak orang memohon pertolongan, Sementara orang-orang kaya mampu memberikan pertolongan Kami berada di dekat manusia terbaik, sementara
Di samping menjadi salah satu imam madzhab yang diakui keilmuan dan kefakihannya, Imam Abu Hanifah juga dikenal sebagai seorang anak yang berbakti kepada ibundanya. Salah satu sikap yang menunjukkan hal itu adalah kisah yang disebutkan oleh Khathib Al-Baghdadi dalam Târîkh-nya (15/487): Hujar bin Abdul Jabbar Al-Hadhrami mengatakan, “Di masjid kami
Di dalam bukunya, Al-Jazâ min Jinsi Al-‘Amal (1/535), Al-Affani menyebutkan kejadian tragis yang dialami oleh orang yang bakhil. Kisah nyata ini memberikan gambaran tentang dampak buruk kebakhilan dan bagaimana akhir kehidupan pelakunya. Dikisahkan bahwa ada seorang lelaki dari daerah Ahsa’ bercerita, “Aku memiliki seorang tetangga yang bakhil. Ia sudah berusia
“Semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan, yang telah memuliakan tetangga dan memenuhi haknya.” (Si Pemuda) Kisah unik ini disebutkan oleh Khathib Al-Baghdadi dalam Târîkh-nya (15/487):Al-Qasim bin Ghassan berkata, “Abdullah bin Raja’ Al-Hadzdzani mengabarkan kepadaku, “Di Kufah, Abu Hanifah bertetanggaan degnan seorang pemuda tukang sepatu. Dia bekerja speanjang siang. Ketika tiba waktu
“Wahai Ibnu Ka’ab, apa yang akan kamu katakan jika kamu melihatku di dalam kubur setelah tiga hari.” (Umar bin Abdul Aziz rahimahullah) Kisah ini disebutkan oleh Ibnu Sa’ad dalam bukunya, Ath-Thabaqât Al-Kubrâ (5/287): Dari Yahya bin Fulan, dia berkata, “Muhammad bin Ka’ab Al-Quradhi datang menemui Umar bin Abdul Aziz, dia berkata,
Kisah ini disebutkan oleh Ibnul Jauzi dalam Shifat Ash-Shafwah (2/40): Al-Hasan bin Amr Al-Fazari berkata, “Pembantu Amr bin Utbah bercerita kepadaku, ‘Pada hari yang sangat panas, kami bangun dari tidur untuk mencari Amr bin Utbah dan kami mendapatinya sedang sujud di sebuah gunung, sedangkan awan menaunginya. Kami pun pernah pergi
Saat itu tepatnya tanggal 5 Oktober 2008, seorang gadis kecil Indonesia mengalami musibah yang luar biasa di negeri antah berantah nan jauh – Syria. Gadis kecil ini terjatuh dari ketinggian sekiar 15 meter dan terbanting-banting di anak tangga ampiteater Roma di Busrah. Karena kecelakaan ini gadis kecil tersebut mengalami pendarahan
Inilah kisah dari akhir hayat penggemar musik dan pencinta Al-Qur’an Saif Al Battar. Dia mengisahkan dirinya: Tatkala masih di bangku sekolah, aku hidup bersama kedua orangtuaku dalam lingkungan yang baik. Aku selalu mendengar do’a ibuku saat pulang dari keluyuran dan begadang malam. Demikian pula ayahku, ia selalu dalam shalatnya yang panjang.