Dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, ia berkata, “Aisyah berkata, “Wahai putra saudariku, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengutamakan salah satu di antara kami di atas yang lain dalam hal membagi malamnya untuk menginap. Beliau selalu berkeliling di antara kami setiap hari, dan mendekati setiap istrinya tanpa masis (melakukan
Ibnu Abbas berkata, “Firman Allah, “Jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (untuk meminta putusan), maka putuskanlah (perkara itu) di antara mereka, atau berpalinglah dari mereka; jika kamu berpaling dari mereka maka mereka tidak akan memberi mudharat kepadamu sedikitpun. Dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu) di antara
Imam Ibnu Abdil Barr rahimahullah meriwayatkan dari Urwah dan Mujahid, keduanya meriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki dari Bani Makhzum mengadukan Abu Sufyan bin Harb radhiyallahu ‘anhu kepada Umar bin Khaththab dengan tuduhan bahwa Abu Sufyan telah mengambil batas tanahnya di tempat ini dan itu. Umar berkata, “Sesungguhnya akulah orang yang
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Pada tahun 317H orang-orang Qaramithah (dari Bahrain) mengepung Ka’bah di saat hari Tarwiyah (8 Dzulhijjah). Mereka merampas harta orang-orang haji dan membunuh mereka. Terbunuhlah jumlah yang banyak dari kaum muslimin di tengah kota Makkah, lembah-lembah Makkah, di Masjidil Haram, bahkan yang lari ke dalam Ka’bah
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Orang-orang Syi’ah Rafidhah biasa meminta bantuan orang-orang kafir dalam melawan kaum muslimin. Kaum muslimin telah melihat sendiri bahwa jika kaum muslimin diserang oleh orang-orang kafir maka orang-orang rafidhah ini selalu membela orang-orang kafir, sebagaimana hal ini terjadi pada Jenghis Khan—raja Tatar yang kafir—ketika dia
Setelah wafatnya Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu pada 60H yang sebelumnya beliau menunjuk Yazid bin Mu’awiyah untuk menjadi pemimpin yang niat beliau (dengan penunjukan tersebut) agar tidak terjadi lagi perpecahan di antara kaum muslimin dalam masalah kekuasaan. Maka berpalinglah para utusan ahli Iraq kepada Husain bin Ali radhiyallahu ’anhu dengan penuh antusias
Ketika Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu dibunuh oleh Ibnu Muljam (seorang khawarij yang tadinya termasuk syi’ah Ali namun mengkafirkan beliau setelah itu), al-Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu dibai’at menjadi khalifah, dan beliau yakin tidak dapat berhasil perang melawan Mu’awiyah. Terutama setelah sebelumnya sebagian pengikutnya di Iraq telah meninggalkan ayahnya.
Sebagian besar syi’ah (pendukung) Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu adalah penduduk Iraq, terutama penduduk Kufah dan Bashrah. Ketika Ali berkeinginan untuk pergi berperang bersama mereka ke Syam, setelah berhasil meredam fitnah kaum khawarij (salah satu sekte pecahan syi’ah Ali sendiri yang malah mengkafirkan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu),
QADHI Baha’uddin bin Syaddad dalam bukunya, An-Nawadir As-Sulthaniyah wal Mahasin Al-Yusufiyah, dalam peristiwa Ar-Raml di daerah ‘Aka, menulis: “Salah satu keunikan kisah ini yaitu, ada sebuah kerajaan dipimpin oleh raja bernama Sarasinqar. la seorang muslim. Sarasinqar sangat pemberani, dan telah membunuh banyak sekali musuh Allah dari tentara salib dan mengalahkan
Kisah ini di nukil dari kitab “Tarikhul Khulafaa” yang di karang oleh Imam Jalaludin as-Suyuthi rahimahullah pada hal 320, ketika beliau sedang menjelaskan biografi Khalifah al-Abaasiyah Abu Abaas Abdullah al-Ma’mun bin Harun ar-Rasyid rahimahumullah. Dan kisah ini diriwayatkan dari Ibrahim bin Sa’id al-Jauhari, beliau berkata: “Di hadapan al-Ma’mun ada seorang
Tahukah Anda.. Bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah sekali menjadi makmum ketika melaksanakan shalat. Waktu itu, Rasulullah datang terlambat sementara shalat telah ditegakkan dengan Abdurrahman bin Auf radhiyallahu ‘anhu sebagai imamnya. [Majalah Qudwah, Edisi 02, 2012, hal.53] * Kisah ini terjadi pada peperangan Tabuk * Diriwayatkan oleh Imam
Suatu hari Ma’mun melongok dari istananya. Dia melihat seorang laki-laki dengan arang di tangannya. Dia menulis dengan arang itu di dinding istana. Ma’mun berkata kepada salah seorang pembantunya, “Pergilah kepada orang itu. Bawa dia kemari dan baca apa yang dia tulis.” Pembantunya pun turun untuk menangkap laki-laki itu. Dia membaca,