Pengkhianatan Syiah Kepada Hasan Bin Ali Bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu

02Ketika Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu dibunuh oleh Ibnu Muljam (seorang khawarij yang tadinya termasuk syi’ah Ali namun mengkafirkan beliau setelah itu), al-Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu dibai’at menjadi khalifah, dan beliau yakin tidak dapat berhasil perang melawan Mu’awiyah. Terutama setelah sebelumnya sebagian pengikutnya di Iraq telah meninggalkan ayahnya.

Akan tetapi, para pengikut mereka di Iraq kembali meminta al-Hasan untuk memerangi Mu’awiyah dan penduduk Syam. Padahal, jelas-jelas sebenarnya al-Hasan berkeinginan menyatukan kaum muslimin saat itu, karena beliau paham sekali tentang kelakuan orang-orang syi’ah di Iraq ini yang beliau sendiri membuktikan hal tersebut. Ketika beliau menyetujui mereka (orang-orang syi’ah di Iraq) dan beliau mengirimkan pasukannya serta mengirim Qais bin Ubadah di bagian terdepan untuk memimpin dua belas ribu tentaranya, dan singgah di Maskan, ketika al-Hasan sedang berada di al-Madain tiba-tiba salah seorang penduduk Iraq berteriak bahwa Qais telah terbunuh. Mulailah terjadi kekacauan di dalam pasukan, maka orang-orang syi’ah Iraq kembali para tabiat mereka yang asli (berkhianat), mereka tidak sabar dan mulai menyerang kemah al-Hasan serta merampas barang-barangnya, bahkan mereka sampai melepas karpet yang ada di bawahnya, mereka menikamnya dan melukainya. Dari sinilah salah seorang penduduk Syi’ah Iraq, Mukhtar bin Abi Ubaid ats-Tsaqafi merencanakan sesuatu yang jahat, yaitu mengikat al-Hasan bin Ali dan menyerahkan kepadanya, karena ketamakannya dalam harta dan kedudukan. Pamannya yang bernama Sa’ad bin Mas’ud ats-Tsaqafi telah datang, dia adalah salah seorang wali dari Madain dari kelompok Ali. Dia (Mukhtar bin Abi Ubaid) bertanya kepadanya, “Apakah engkau menginginkan harta dan kedudukan?” Dia berkata, “Apakah itu?” Dia menjawab, “Al-Hasan kamu ikat lalu kamu serahkan kepada Mu’awiyah.” Kemudian pamannya berkata, “Allah akan melaknatmu, berikan kepadaku anak putrinya Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam.” Ia memperhatikannya lalu mengatakan, “Kamu adalah sejelek-jelek manusia.” (Târikh ath-Thabarî 5/195 dan al-’Âlam al-Islâmi fil ’Ashri al-Umawî hlm. 101)

Maka al-Hasan radhiyallahu ‘anhu sendiri berkata, “Aku memandang Mu’awiyah (bersikap) lebih baik terhadapku dibanding orang-orang yang mengaku mendukungku (Syi’ahku), mereka malah ingin membunuhku, mengambil hartaku. Demi Allah, saya dapat meminta dari Mu’awiyah untuk menjaga keluargaku dan melindungi keselamatan seluruh keluargaku, dan semua itu lebih baik daripada mereka membunuhku sehingga keluarga dan keturunanku menjadi punah. Demi Allah, jikalau aku berperang dengan Mu’awiyah niscaya mereka akan menyeret leherku dan menganjurkan untuk berdamai, demi Allah aku tetap mulia dengan melakukan perdamaian dengan Mu’awiyah dan itu lebih baik dibanding ia memerangiku dan aku menjadi tahanannya.” (al-Ihtijâj li ath-Thibrisî hlm.148)

Para pengkhianat ini sebenarnya amat benci terhadap al-Hasan bahkan keturunannya, namun mereka berusaha menutup-nutupinya. Karena itu, mereka (Syi’ah Rafidhah Imamiyyah) mengeluarkan keturunan al-Hasan dari silsilah para imam maksum versi mereka yang mereka mengangkat imam-imam mereka itu bahkan di atas kedudukan para nabi dan malaikat terdekat dengan Allah (tulisan Kumaini dalam al-Hukumah Islamiyah hlm.52), walaupun demikian agar tidak terbongkar kebencian mereka ini mereka tetap mencantumkan al-Hasan dalam deretan imam mereka. Itulah cara dan memang tabiat mereka untuk menipu kaum muslimin. Mengapa mereka tidak mencantumkan keturunan al-Hasan dalam imam-imam mereka? Apa keturunan al-Hasan bukan keturunan ahlul bait? Jawabnya adalah karena al-Hasan berdamai dengan Mu’awiyah dan menyatukan kaum muslimin saat itu, sehingga tercelalah keturunannya dan tidak layaklah mereka menjadi imam mereka, itulah hakikat tabiat sejati pengkhianat yang tidak pernah menginginkan perdamaian dan persatuan di antara kaum muslimin.

Dikutip dari: Pengkhianatan Syiah Sepanjang Sejarah, Ustadz Arif Fathul Ulum Hafizhahullah

Dipublikasikan kembali oleh: www.kisahislam.net

Like: Kisah Teladan & Sejarah Islam

=

Comments
All comments.
Comments