Pembebasan Madain Tahun 14 Hijriyah

Madain adalah ibukota kerajaan Persia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberikan berita gembira ketika beliau masih hidup, bahwa kota Madain suatu saat akan dikuasai oleh kaum muslimin. Kaum muslimin pun menanti-nanti hari yang dijanjikan itu. Setelah perang di Qadisiyah, Sa’ad bin Abi Waqqash bersama tentara Islam selama dua bulan masih tinggal di tempat itu untuk pemulihan luka. Mereka juga menanti perintah dari Khalifah Umar bin Al Khaththab radhiyallahu ‘anhu. Setelah Sa’ad pulih, dia lalu mulai melakukan perluasan  infiltrasi ke daerah antara sungai Eufrat dan Tigris, hingga datang perintah dari Umar untuk pergi ke arah Madain.

Tentara Islam sampai ke kota Madain, kini jarak mereka dengan kota Madain hanyalah terpisahkan oleh sungai Tigris, karena tentara Persia telah menghancurkan jembatan penghubung ke kota Madain. Selama beberapa bulan tentara Islam mengepung kota tersebut, sambil juga melakukan pembebasan di daerah sebelah barat dari kota itu[1]. Sementara orang-orang Persia selama pengepungan berusaha mengosongkan kota Madain dari harta simpanan dan tabungan mereka, sedangkan Yazdajir, sang Raja Persia, dalam kesempatan yang sama memilih untuk melarikan diri karena ketakutan. Penyerangan terhadap kota Madain ini dilakukan dengan perhitungan yang sangat matang. Dibawah pimpinan Sa’ad bin Abi Waqqash, akhirnya tentara Islam menyeberangi sungai dengan keyakinan mampu menguasai kota dan dapat mengusir mereka yang ketakutan. Dibawah pimpinan Sa’ad bin Abi Waqqash ini, tentara Islam dapat dengan mudah memasuki kota. Tentara Islam kemudian bergerak menuju Istana Putih, tempat Istana Kisra berada. Masuklah Sa’ad ke dalam istana tersebut dengan merendah dan tunduk kepada Allah Ta’ala sambil membaca firman Allah Ta’ala:

Betapa banyak taman-taman dan mata air-mata air yang mereka tinggalkan, juga kebun-kebun serta tempat-tempat kediaman yang indah, dan kesenangan-kesenangan yang dapat mereka nikmati disana, demikianlah, dan Kami wariskan (semua) itu kepada kaum yang lain. Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka, dan mereka pun tidak diberi penangguhan waktu.” [QS.Ad Dukhaan 44: 25-29]

Sa’ad juga mengumandangkan adzan sebagai bukti bahwa kalimat tauhid telah ada di dalam istana itu. Dia juga memadamkan api yang telah menjadi sesembahan orang-orang majusi serta mendirikan shalat berjamaah ditempat itu.[2] Pada penyerangan ini, tentara Islam berhasil memperoleh harta ghanimah yang sangat banyak, sehingga seperlima dari keseluruhan harta tersebut dikirimkan ke Madinah. Ketika Umar radhiyallahu ‘anhu melihat harta rampasan tersebut dia berkata, “Mereka telah menyiapkan harta sebanyak ini pastilah untuk tujuan kemakmuran.” Maka Ali berkata kepada Umar, “Sungguh engkau telah menjaga kebersihan dirimu dari gila harta, maka rakyatmu pun melakukan hal yang sama. Tetapi seandainya dirimu berprilaku mewah, maka tentu mereka pun akan menirunya.”[3]

Kemudian tentara Islam menempati kota Madain selama beberapa bulan. Dari kota tersebut, tentara Islam dapat melakukan pembebasan beberapa daerah, sehingga mampu menguasai Jalwala’, Mosul, Tikrit, dan kota-kota lainnya.[4]

Reruntuhan Kerajaan Persia

Keterangan foto: Sisa-sisa dari reruntuhan Kerajaan Persia

Tentara Islam telah memilih dua daerah penting setelah Madain untuk mereka kuasai, yaitu daerah yang berada di Iraq. Mereka ingin menguasai Kufah dan Bashrah.[5] Bergeraklah tentara Islam ke dua kota tersebut, untuk menyempurnakan pembebasan kerajaan Persia. Sebelum mereka berangkat, telah diputuskan bahwa Salman Al Farisi radhiyallahu ‘anhu adalah orang yang diberi tanggung jawab sebagai pemimpin dan pendakwah bagi masyaratnya sendiri (karena Salman berasal dari Persia)[6].

Dikutip dari: Penaklukan Dalam Islam, DR.Abdul Aziz bin Ibrahim Al Umari, Penerbit Darussunnah

Note:

[0] Foto diatas adalah salah satu peninggalan Istana Kisra Persia

[1] Lihat: Khalifah ibn Khayyath, Tarikh Khalifah Ibn Khayyath 133, Al Baladziri, Futuh Al Buldan 259

[2] Al Baladziri, Futuh Al Buldan 263. Ath Thabari, Tarikh Ath Thabari 4/173-174, Ibn A’tsam Al Kufi, Al Futuh 166. Ibn Al Atsir, Al Kamil 2/214

[3] Ath Thabari, Tarikh Ath Thabari 4/177, Ibn Al Atsir, Al Kamil 2/518

[4] Al Baladziri, Futuh Al Buldan 264, Ath Thabari, Tarikh Ath Thabari 4/179

[5] Lihat: Khalifah ibn Khayyath, Tarikh Khalifah Ibn Khayyath 128 dan 138, Ath Thabari, Tarikh Ath Thabari 4/191, Al Mas’udi, Muruj Adz Dzahab 2/328-329 Ibn Al Atsir, Al Kamil 2/528

[6] Ath Thabari, Tarikh Ath Thabari 4/173, Adz Dzahabi, SIyar A’lam an Nubala’ 1/546

Artikel: www.KisahIslam.net

Comments
All comments.
Comments