Abu Mahfudz Ma’ruf al Karkhi telah mendapat kemulian dari Allah subhanahu wa ta’ala sejak masa kecil. Saudaranya, Isa, bercerita:
Aku dan saudaraku, Ma’ruf, berada di sekolah. Saat itu kami masih beragama Nasrani. Guru kami mengajarkan murid-murid untuk menyebut Tuhan Bapak dan Tuhan Anak, namun saudaraku, Ma’ruf malah berteriak,“Ahad, Ahad (Esa, Esa).“
Mendengar itu, sang guru sangat marah. Ma’ruf dipukul sangat keras, sehingga ia pun kabur.
Lama Ma’ruf tidak pulang-pulan, ibu Ma’ruf menangis seraya berkata, ”Andaikan Tuhan mengembalikan Ma’ruf, kami akan mengikuti apa pun agama yang dianutnya.“
Beberapa tahun kemudian, ia kembali kepada ibunya. Sang ibu bertanya, “Wahai anakku, apakah agama yang kau anut?“
“Aku memeluk agama Islam.“ Jawabnya.
Ibunya langsung bersyahadat, “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.“
Ibuku masuk Islam, dan diikuti oleh kami sekeluarga. [Shifatush Shafwah II hal. 318]
Sumber: Bahr al-Dumu’, Ibnul Jauzi, versi terjemahan ’Air Mata Cinta Pembersih Dosa’, Penerbit Serambi.