Balasan Kejujuran

Ada seorang lelaki berkebangsaan Eropa memeluk Islam. Ia senantiasa berkata jujur dan bangga dengan keislamannya. Di setiap pertemuannya, is senantiasa menampakkan, keislaman dirinya di hadapan khalayak tanpa rasa ragu ataupun malu.

Dia menuturkan, “Salah satu lembaga pemerintahan di negaraku suatu hari memasang pengumuman yang berisi, ‘Dicari seorang pegawai…. “‘ Dia melanjutkan cerita, “Aku pun melamar pada lembaga tersebut. Sebagai persyaratan, aku harus mengikuti interview, persaingan tampak sangat ketat. Aku masuk ke dalam salah satu ruangan interview.  Para penguji mengajukan banyak pertanyaan kepadaku, di antaranya:

1. ‘Apakah kamu masih minum arak?’ Aku menjawab dengan penuh bangga dan terhormat, ‘Aku sudah tidak lagi minum arak karena aku telah memeluk Islam. Agama melarangku untuk memperjual-belikan dan minum arak tersebut’.
2. ‘Apakah kamu mempunyai pacar atau kekasih?’ Aku menjawab, ‘Tidak. Agama Islam yang aku bangga dengannya mengharamkan pergaulan bebas. Aku hanya halal berhubungan dengan istriku saja, yang aku nikahi sesuai dengan syariat Allah Ta’ala’.”

Dia meneruskan bercerita, “Kemudian, aku keluar dari ruangan interview tersebut dengan penuh keraguan akan diterima karena saking banyaknya peserta interview.  Akan tetapi, rupanya nasib baik berpihak padaku, hanya aku saja yang diterima di lembaga pemerintahan tersebut.

Dengan serta-merta aku pergi menemui penguji dalam ruangan interview untuk bertanya, ‘Sebenarnya, menurut perkiraanku aku tidak akan diterima dalam ujian interview dan aku tidak berhak ujian di sini.

Ketua panita interview bertanya, ‘Mengapa perkiraanmu seperti itu?’

Aku menjawab, ‘Aku sangat yakin, engkau tidak akan menerima aku sebagai karyawan di lembaga ini sebab agamaku bertentangan dengan agamamu, dikarenakan aku kini telah memeluk Islam. Akan tetapi, aku sangat heran, kenapa aku yang diterima, sedangkan kawan-kawan yang seagama dengan kamu–yakni Nasrani–semuanya gagal. Memang apa sebabnya?’

Ketua panitia interview menjawab, `Pada dasarnya, syarat bagi calon pelamar adalah: seorang lelaki yang serba bisa, cerdas. Kalau calon pegawai itu seorang yang kecanduan khamr, tentu tidak dapat memenuhi persyaratan tersebut. Dan melihat terpenuhinya persyaratan itu pada dirimu, maka kami menetapkan, kamulah yang diterima sebagai karyawan lembaga ini.’

Aku pun keluar dari ruangan interview  dengan mengucapkan alhamdulillah yang tiada putus sebab ternyata Allah telah memberiku hidayah dengan kenikmatan memeluk Islam.’

Sumber: Dikutip dari buku “Bila Amal di Bayar Kontan’, Sayyid Abdullah Sayyid Abdurrahman ar-Rifai, Penerbit Darul Falah

Artikel: www.KisahIslam.net

Facebook Fans Page: Kisah Teladan & Sejarah Islam

=

Comments
All comments.
Comments