Bukankah Putriku Sedang Tidur?

Di atas kuda pacuan terdapat istana yang indah. Itulah impian setiap orang yang mengais di balik gemerlapnya dunia. Telepon berdering menjelang adzan subuh. Dengan langkah berat seorang ibu bangkit. Dengan keheranan dia mengangkat pesawat telepon. Siapa gerangan yang menelepon pada malam seperti ini, di penghujung malam. Ternyata si penelepon itu adalah komandan polisi lalu lintas. Dia berkata, “Sampaikan kepada bapak putrimu agar menghubungi kami.” Ibu itu menjawab, “Siapa? Putriku? Pasti kamu telah salah menekan nomor, karena putriku sedang tidur di kamarnya.” Kemudian telepon itu ia tutup begitu saja. Selang beberapa saat telepon kembali berdering, ternyata laki-laki yang sama.

Dia kembali menekankan, “Bukankah ini adalah rumah bapak Fulan?” Ibu menjawab, “Benar.” Dia melanjutkan, “Saya tidak salah, putri Ibu ada pada kami di rumah sakit. Sampaikan kepada ayahnya agar menghubungi kami.”

Belum percaya, ibu ini menjawab,”Wahai bapak polisi, putriku sedang tidur di kamarnya sejak semalam.”

Setelah menutup pesawat telepon, ibu ini naik ke kamar putrinya. Dia mengetuk pintu dengan keras. Memanggil-manggil putrinya, berteriak, menggedor pintu kamar dengan kakinya. Akan tetapi, orang yang dipanggil tidak  mempunyai kehidupan.

Dia membangunkan suaminya. Pintu diketuk bersama-sam, akan tetapi tanpa hasil. Keduanya mencari kunci cadangan. Setelah menemukannya, dengan susah payah, keduanya membuka pintu kamar. Ternyata kamar itu kosong, tak berpenghuni. Pada saat itu terjatuhlah si ibu. Kekuatannya luruh. Kedua kakinya tidak mampu lagi menyangga tubuhnya. Si bapak bertanya, “Ada apa?”

Ibu menjawab, “Kita ditelepon oleh …” Lalu ibu itu bercerita.

Bergegas si bapak ke kantor polisi. Dia turun dari mobil dan berlari menuju petugas jaga. Dia langsung bertanya, “Apa beritanya?” Dia menjawab, “Tenanglah sedikit.” Bapak itu berkata, “Saya bertanya apa beritanya? Cepat katakan!” Dia menjawab, “Sesungguhnya apa yang diambil dan diberikan oleh Allah adalah milik Allah dan segala sesuatu di sisiNya terjadi dengan takdir.” Bapak itu menjawab, “Inna lillahi wainna ilaihi raji’un. Bagaimana putriku bisa keluar rumah? Bagaimana dia meninggal? Di mana dia meninggal? Tolong katakan!”
Bapak polisi bercerita, “Kisahnya memilukan. Beberapa orang pemuda berkumpul di villa. milik bapak salah seorang dari mereka. Masing-masing pahlawan, maaf bukan pahlawan, tetapi masing-masing begundal yang rendah lagi hina. Bercerita tentang kepahlawanannya bersama wanita-wanita murahan dan rendahan. APakah wanita-wanita dungu itu menyadari bahwa segala rahasianya bisa menjadi kisah bersambung, cerita yang terungkap, bahan perbincangan di perjalanan dan tema obrolan begadang?

Para pemuda rendahan itu bersantai, tiba-tiba salah satu dari mereka berkata, “Saya menantang di antara kalian yang bersedia mendatangkan pacarnya ke sini, maka aku beri dia Rp 26.5 juta.” Salah satu dari mereka dengan cepat menyambar pesawat telepon menghubungi pacarnya. Sang pacar dengan cepat mengiyakan, agar kekasihnya menjadi joki taruhan demi iming-iming hadiah. Karena dia memang telah tergila-gila padanya sampai dia tidak mampu menolak permintaan apapun darinya. Sang gadis berpakaian sejenak lalu keluar rumah untuk yang terakhir kalinya. Dia tidak mungkin mengulanginya kembali. Dia mengendap-endap keluar rumah. Hanya beberapa menit, kekasihnya telah menjemputnya dengan mobil mewah. Mobil itu langsung dipacu seperti peluru saja agar ia menjadi orang pertama yang membawa pacarnya sekaligus merebut Rp 26.5 juta. Di tengah jalan, karena kecepatan mobil yang sangat tinggi, ia lepas kendali dan menabrak tiang listrik. Hening sejenak, kecuali tape recorder yang berdentang dengan lagu-lagu. Si gadis yang hatinya telah dikuasai oleh cinta kepada pemudi di sampingnya telah mati. Begitu juga dengan kekasihnya. Akhir yang menyedihkan dan memilukan.”
Pejamkan kedua matamu wahai saudaraku, lalu menengoklah ke belakang sejenak. Pejamkan kedua matamu wahai remaja putri, lalu letakkan dirimu, wahai gadis, letakkan dirimu, wahai pemuda pada kejadian yang memilukan seperti ini. Lihatlah kepada akhir buruk itu. Peristiwa yang mengerikan terjadi tanpa bisa diduga-duga.

Alhamdulillah. Kita selamat dari perkara-perkara yang dengannya Dia menguji banyak manusia. Dan Dia memberikan karuniaNya kepada kita, yang tidak Dia berikan kepada makhlukNya yang lain.

Sumber: Buku “Korban Lelaki Hidung Belang”, Pustaka eLBA

Artikel: www.kisahislam.net

Comments
All comments.
Comments