Mu’awiyyah Bin Abi Sufyan 41H – 60H

BIOGRAFI DAN KEUTAMAANNYA

Beliau bernama Mu’awiyah bin Abi Sufyan (Shakhr bin Harb) bin Umayyah bin ‘Abdi Syams bin ‘Abdi Manaf bin Qushai, Abu ‘Abdirrahman Al-Qurasyi Al-Umawi, pamannya kaum mukminin(1). Beliau adalah penulis wahyu Rabb semesta alam. Lahir dua tahun sebelum kenabian -yaitu 15 tahun sebelum Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah ke Madinah-. Beliau, ayahnya, dan ibunya, yaitu Hindun binti ‘Utbah, masuk Islam pada hari penaklukan kota Makkah. Diriwayatkan dari Mu’awiyah bahwa beliau berkata: “Aku masuk Islam pada hari ‘Umrah Qadhaa’ (pada tahun ke-7 hijriyah), akan tetapi aku menyembunyikan keislamanku terhadap bapakku sampai pada hari penaklukan kota Makkah.” Ayahnya adalah Abu Sufyan radhiyallahu ‘anhu, salah satu pembesar Quraisy yang dulunya menentang Islam. Ketika telah masuk Islam maka baguslah Islamnya, memiliki jasa-jasa yang cemerlang pada perang Yarmuk, dan perang-perang yang sebelum dan sesudahnya.

Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu, menemani Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam, dan menulis wahyu di hadapannya shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama para penulis yang lain. Beliau meriwayatkan sejumlah hadits yang diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim, juga dalam kitab-kitab sunan [2] dan musnad [3]. sejumlah shahabat dan tabi’in meriwayatkan (hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) darinya.

Abu Bakar bin Abi Ad-Dunya mengatakan: “Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu adalah seorang yang tinggi, putih kulitnya, dan seorang yang tampan.

HADITS-HADITS YANG MENGANDUNG KEUTAMAAN MU’AWIYAH RADHIYALLAHU ‘ANHU

Al-Imam Muslim meriwayatkan dalam shahihnya: bahwa Abu Sufyan radhiyallahu ‘anhu, meminta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tiga perkara, beliau berkata: “Wahai Rasulullah, berikanlah kepadaku tiga perkara.” Beliau menjawab: “Baiklah. ” Abu Sufyan berkata: “Aku memiliki anak perempuan yang paling cantik di kalangan kaum Arab, yaitu ‘Izzah binti Abi Sufyan, aku ingin menikahkanmu dengannya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Yang demikian itu tidak halal bagiku[4].” Abu Sufyan berkata: “Mu’awiyah, jadikanlah ia sebagai sekretarismu. ” Beliau menjawab: “Baiklah. Abu Sufyan radhiyallahu ‘anhu berkata: “Perintahkanlah aku (untuk memimpin perang) agar aku memerangi orang-orang kafir sebagaimana aku dahulu memerangi orang-orang muslim. ” Rasulullah menjawab: “Baiklah. “

Dalam riwayat ini terdapat pemuliaan yang sangat terhadap Abu Sufyan dan anaknya, yaitu Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu.

Ath-Thabrani rahimahullah meriwayatkan dengan sanad yang para perawinya adalah tsiqah (terpercaya) bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendo’akan Mu’awiyah, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Ya Allah! Berikanlah dia petunjuk (hidayah), jauhkanlah ia dari kekejian, dan berikanlah ampunan baginya, balk di dunia maupun di akherat. “

Al- Imam Ahmad rahimahullah meriwayatkan dengan sanad yang para perawinya adalah terpercaya dari shahabat Al-‘Irbadh bin Sariyah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ya Allah berikanlah Mu’awiyah ilmu Al-Qur’an, ilmu berhitung, dan jagalah ia dari adzab. “

At-Tirmidzi rahimahullah meriwayatkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang ia hasankan, beliau mendo’akan Mu’awiyah : “Ya Allah jadikanlah dia sebagai seorang yang memberi petunjuk yang benar dan mendapat ilham, berikanlah hidayah kepadanya.”

Dalam riwayat Al-Bukhari dengan sanadnya yang sampai kepada Ummu Haram binti Milhan, istri ‘Ubadah bin Ash­-Shamith radhiyallahu ‘anha secara marfu’ (sampai kepada Rasulullah “Pasukan perang yang pertama kali sebagai armada laut dari umatku telah mendapat surga.” Aku berkata: “Wahai Rasulullah apakah saya termasuk diantara pasukan itu?” Beliau menjawab: “Ya, engkau tergabung dalam pasukan itu. ” Dan Mu’awiyah adalah panglima pasukan itu dan diantara pasukan ada Ummu Haram radhiyallahu ‘anha.

Inilah sosok Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu salah seorang shahabat Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam dan seorang mujahid yang dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam .Rasulullah mempercayakan kepadanya tugas yang paling agung dan paling penting, yaitu menulis wahyu Dzat Yang menguasai semesta alam. Lantas dimanakah gambaran yang begitu cemerlang dan indahnya dibandingkan dengan gambaran suram yang dipaparkan oleh para pendengki dan para penghasut dari kalangan Syiah Rafidhah dan orientalis?!! Mereka menyifati Mu’awiyah dengan berbagai sifat yang jelek berupa perbuatan makar, menipu, rakus, dan penumpah darah kaum muslimin. Kita berlindung kepada Allah dari hasutan dan celaan ini. Sampai-sampai mereka tega untuk menyusupkan riwayat­-riwayat dusta dalam sumber-sumber sejarah yang utama.

Orang yang paling getol dalam membuat kedustaan-kedustaan di atas dan periwayatannya dijadikan sebagai sandaran kebanyakan sejarawan -hal ini amat disayangkan- dalam menukilkan peristiwa-peristiwa fitnah yang terjadi adalah seorang perawi dari kalangan Syiah Rafidhah yang bernama Abu Mikhnaf Luth bin Yahya. Dialah orang yang banyak menyusupkan sejumlah kedustaan dan kepalsuan – hal ini adalah perkara yang amat disayangkan-. Akan tetapi para ulama Islam telah menerangkan dan membongkar kedoknya, seperti Ibnu Katsir dan Adz­Dzahabi -semoga Allah merahmati keduanya.

Comments
All comments.
Comments