Kita sedikit memutar kembali kebelakang, untuk mengambil sebuah kisah tokoh Islam yang syahid bersama isteri nya demi mempertahankan Aqidah (keyakinan) Islam nya. Dimana pada hari ini kaum Muslimin, banyak yang menyia – nyia kan ke Islaman mereka.Semoga Allah memberi hidayah kepada kita semua.Dia adalah tokoh lambang keteguhan dan kesabaran. Dia
Pemuda tampan, gagah berani, usia nya masih kecil, tetapi semangatnya mengapai surga sangat besar, kisah nya memperjuangkan agama Allah, menjadi tamparan bagi setiap para pemuda Islam yang pada hari ini, menyia – nyiakan waktunya. Dia adalah Umair bin Abi Waqqash Radhiyallahu’anhu, saudara kandung dari Sa’ad bin Abi Waqqash Radhiyallahu’anhu. Ibnu
Diantara Sahabat yang gugur -syahid- diperang Badar adalah Sa’ad bin Khaitsamah Radhiyallahu’anhu. Para Sahabat selalu bersaing didalam hal Jihad fi Sabilillah, untuk menuju Surga. Mereka tidak memandang siapa yang akan menjadi saingan nya, walaupun ayah mereka sendiri. Sa’ad bin Khaitsamah salah satu contoh dari hal tersebut. Pada saat perang Badar,
Pada perang Badar al-Kubra, orang yang pertama kali mengobarkan peperangan adalah Al-Aswad bin Abdul Asad Al-Makhzumi, seorang laki – laki yang bengis dan sangat buruk akhlak nya. Dia dengan sombong nya keluar dari barisan kaum Musyrikin seraya berkata : “Aku bersumpah kepada Allah, aku pasti benar – benar akan mengambil
Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam berkata kepada para sahabatnya pada saat perang Badar Al-Kubra : “Pergilah kalian menuju surga yang luas nya seluas langit dan bumi.” Umair bin Al-Hammam Al-Anshari berkata : “Wahai Rasulullah, apakah surga luasnya seluas langit dan bumi? Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam menjawab : “Iya” Umair berkata :
Inilah peperangan kaum muslimin yang pertama melawan bangsa adidaya dimasa itu, bangsa Romawi. Terjadi pada tahun 8 H. Sebagian ahli sejarah mengungkapkan bahwa factor pemicu laga antara kaum muslimin dan kaum kuffar ini telah terjadinya pembunuhan atas utusan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam yang bernama al-Harits bin ‘Umair radhiyallahu ‘anhu oleh
Oleh : Dr. Ragheb As Sirjani Penterjemah : Ustadz Sufyan Basweidan Dalam dua artikel sebelumnya, kita telah membahas sejarah berdirinya Hizbullah sekaligus pendirinya. Kita juga membahas tentang hubungan Hizbullah-Iran dan Hizbullah-Suriah, serta megaproyek mereka untuk mendirikan Negara Syi’ah Raya di Lebanon. Pembahasan kita berakhir pada meletusnya perang Lebanon tahun 2006
Oleh : Dr. Ragheb As Sirjani Penterjemah : Ustadz Sufyan Basweidan Banyak dari kaum muslimin yang memberi peluang kepada perasaan (baca: simpati) mereka untuk menghukumi berbagai perkara, tokoh, organisasi, dan negara. Mereka tidak meneliti apa yang ada di balik itu semua, tidak membaca apa yang tertulis dalam buku-buku, dan tidak
Oleh : Dr. Ragheb As Sirjani Penterjemah : Ustadz Sufyan Basweidan Di antara sepak terjang yang paling mengagumkan bagi mayoritas kaum muslimin, khususnya beberapa tahun belakangan ini adalah sepak terjang Hizbullah dan pemimpinnya: Hasan Nasrallah. Hasan Nasrallah bahkan dijuluki oleh majalah Newsweek Amerika Serikat sebagai tokoh yang paling kharismatik di
Oleh: Ustadz Abu Mushlih Ari Wahyudi Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan, dari al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu’anhu. Dia berkata: Pamanku Abu Burdah telah menyembelih hewan kurbannya sebelum sholat (hari raya), maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya, “Kambing yang kamu sembelih itu adalah kambing biasa yang bisa dimanfaatkan dagingnya (bukan
Syadad bin al-Had mengatakan, seorang laki-laki Badui datang kepada Nabi shalallahi ‘alayhi wa sallam, lalu ia beriman kepadanya dan mengikutinya, lalu mengatakan, “Aku behijrah bersamamu.” Beliau pun berpesan kepada para shahabat mengenainya. Pada perang Khaibar, Rasulullah shalallahu ‘alayhi wa sallam mendapatkan harta rampasan perang, maka beliau membagi-bagikannya dan membagikan kepada
Hudzaifah Al-Udwa berkata, “Pada hari meletusnya perang Yarmuk, aku berangkat mencari putra pamanku sembari membawa air. Aku berkata pada diriku sendiri, jika haus, kuberi ia minum.’ Aku pun menjumpainya. Kukatakan padanya, ‘Apakah engkau mau minum?’ la menganggukkan kepala mengiyakan. Tiba-tiba aku mendengar seseorang berseru, ‘Ah … ah…” Putra pamanku memberiku