Setelah kabar kekalahan kaum muslimin pada perang jembatan sampai ke Madinah, Umar bin Al Khaththab radhiyallahu ‘anhu menyemangati tentara Islam untuk berjuang di Irak dan Persia. Umar sendiri membentuk pasukan di luar kota Madinah, sehingga banyak sekali kaum muslimin yang ikut bergabung untuk berjihad. Umar berkeinginan memimpin sendiri pasukan perang
Setelah pasukan Persia berhasil dikalahkan oleh Abu Ubaidah dan Al Mutsanna bin Haritsah dalam sejumlah peperangan, pasukan Persia kemudian mempersiapkan pasukan besar dan memilih jendralnya yang terbaik sebagai komandan pasukan. Persia mengarahkan pasukan besar itu untuk menghadapi Islam di daerah Qiss an Natiq[1]. Bertemulah pasukan Persia dengan tentara Islam di
Pembebasan Persia Pada akhir masa kekhalifahan Abu Bakar As Siddiq radhiyallahu ‘anhu, tampuk pimpinan tentara Islam setelah keberangkatan Khalid bin Walid ke Syam diberikan kepada Al Mutsanna bin Haritsah radhiyallahu ‘anhu.[1] Pada kesempatan itu, Persia berusaha mengusir pasukan Islam dari kota-kota di negeri Iraq yang telah berhasil ditaklukkan. Persia berusaha
Perang Yarmuk Tahun 13 Hijriyah [1] Kekaisaran Romawi telah menyiapkan pasukan besar untuk menghadapi pasukan pembebasan Islam di Syam. Tampuk komando pasukan Romawi dipercayakan kepada Bahan. [2] Pada saat Khalid bin Al Walid sampai di Syam dari Irak, baik pasukan Islam dan Romawi telah berkumpul di lembah Yarmuk, utara sungai