“Ya Allah, ampunilah Mu’tashim!” Ahmad bin Hanbal rahimahullah Mari sejenak menikmati kisah-kisah generasi salaf yang agung. Sungguh, keteladanan mereka akan menjadi warisan peradaban yang akan dikenang dan diikuti dari satu generasi ke generasi; sebuah warisan yang tidak akan pernah bisa kita dapatkan dari peradaban mana pun di dunia ini.
Adalah Abu Bakar Al-Baqilani ulama besar di masanya. Raja Irak kala itu memilih dan mengutus beliau pada th 381 untuk berdebat dengan kaum nasrani di Konstantinopel. Ketika Raja Romawi mendengar berita kedatangan Abu Bakar Al-Baqilani, ia memerintahkan kpd para punggawanya untuk memperpendek ketinggian pintu. Agar Al-Baqilani terpaksa merundukkan kepala dan
IBNU KHAIRAN merupakan ulama madzhab As Syafi’i yang menolak mati-matian untuk dijadikan qadhi (hakim) karena besarnya tanggung jawab yang dipikul siapa yang yang menjabatnya. Keputusan Ibnu Khairan menolak jabatan hakim menyebabkan Abu Hasan Ali bin Isa, salah satu menteri Khalifah Al Muqtadir memutuskan untuk menyerahkan rumahnya kepada Ibnu Khairan agar
Beliau Rahimahulloh dilahirkan pada tahun 1280 H dan wafat 1346 H di Negeri Duma. Beliau hidup di suatu tempat yang para sufi menjadi jumlah mayoritas, serta kebodohan bertebaran. Beliau belajar dengan para Syaikh yang jalan hidupnya sesuai dengan jalannya kaum sufi. Akan tetapi beliau dengan karunia Allah kepadanya menyatakan bahwa
Imam besar dan Maha Guru di Tanah Haram. Syaikh Abdudzdzahir bin Muhammad Nuruddin Abu Samah, seorang Alim dari Al-azhar, pemuka para Imam dakwah yang menyeru kepada Sunnah di Mesir, juga Imam dan Guru besar di tanah Haram Mekkah. Betapa seringnya beliau disakiti karena sebab terangnya kebenaran yang beliau bawa hingga
Dikisahkan oleh Abu al Hasan putra Ishaq ibn Rahawaih, “Ayahku (Ishaq ibn Rahawaih) ketika baru lahir dari perut ibunya sudah dalam keadaan tertindik telinganya. Akhirnya, kakek (Rahawaih) pergi menemui Fadl ibn Musa al Sinani untuk menanyakan tentang keanehan itu, lalu beliau mengatakan, “Anakmu ini akan menjadi tokoh kebaikan atau tokoh
Ada sebuah kisah menarik, ada seseorang masyarakat biasa di kota Syam pernah melihat Rasulullah shalllahu ‘alaihi wa sallam di alam mimpi. Kemudian orang tersebut mengatakan, “Wahai Rasulullah, ajarkan kepadaku tentang shalat sebagaimana shalat engkau.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Kalau kamu ingin shalat seperti shalatku, maka bacalah buku
Dikisahkan, pada sebuah khutbah Jum’at, Asy-Syaikh Al-’Utsaimin menjelaskan tentang keutamaan surat Al-Fatihah sebelum tidur dan menganjurkan setiap orang untuk membacanya. Setelah selesai khutbah, salah seorang pelajar mengingatkan Asy-Syaikh Al-’Utsaimin, “Wahai Syaikh, yang anda maksud mungkin tadi keutamaan ayat Kursi.” Asy-Syaikh Al-’Utsaimin kemudian menyadari bahwa dirinya secara tidak sengaja telah melakukan
Dia pernah mengatakan, “Saya ingat ketika saya baru dilahirkan oleh ibu saya, sepertinya saya keluar dari kegelapan menuju sinar, kemudian saya menuju kegelapan lagi.” Tatkala ditanyakan kepada ibunya, dia menjawab, “Benar, tatkala dia baru lahir, saya tidak memiliki sesuatu untuk menutupinya sehingga saya meletakkannya dibejana.” Ibn al-Qayyim rahimahullah mengatakan, “Ini
Beliau seorang Ahli Hadits yang di gelari dengan Hafidznya Maghrib, Abu Syu’aib bin Abdurrahman Ash-Shiddiqi Ad-dakkaly-Rahimahulloh- yang wafat tahun 1354 H. Beliau seorang yang mempunyai kekuatan hafalan luar biasa, ini bisa dilihat ketika masa beliau menghafal berbagai pelajaran di masa mudanya . Beliau hanya memerlukan waktu satu hari untuk menghafal
Beliau adalah ahli hadits Al-Azhar, Syaikh Muhammad Abdurrazzaq Hamzah yang silsilah nasabnya termasuk ahli bait Nabi ‘Alaihis Salam. Beliau Rahimahulloh dilahirkan di desa Kafur Aamir tahun 1308 H. Mulai bersekolah disebuah tempat belajar, mempelajari Aljabar, teknik dan ilmu hitung hingga beliau jauh melampau teman-temannya. Selanjutnya beliau belajar di Al-Azhar juga
Sesungguhnya di antara pertanda adanya taufik bagi orang yang menghendaki petunjuk bahwa dia di tunjukan jalan (perjumpaan) terhadap Ulama Sunnah dan bahwa dia manjaga jarak dengan ahlu bid’ah ataupun mereka-mereka yang aktivitasnya dicela secara syar’i. Dan jika kakinya tergelincir dia pun bersegera menuju kebenaran, maka dia adalah pencari kebenaran bukan