Mereka Yang Meninggalkan Tasawuf (3) : Syaikh Muhammad Abdurrazaq Hamzah

Beliau adalah ahli hadits Al-Azhar, Syaikh Muhammad Abdurrazzaq Hamzah yang silsilah nasabnya termasuk ahli bait Nabi ‘Alaihis Salam. Beliau Rahimahulloh dilahirkan di desa Kafur Aamir tahun 1308 H. Mulai bersekolah disebuah tempat belajar, mempelajari Aljabar, teknik dan ilmu hitung hingga beliau jauh melampau teman-temannya. Selanjutnya beliau belajar di Al-Azhar juga di luar Al-Azhar (dengan banyak para Masyayikh) hingga selesai dan bergabung di Lembaga Dakwah wal Irsyad yang di bangun oleh Syaikh Sayyid Rasyid Ridho, bertekun dan mentelaah manhaj mereka sekitar dua tahun. Selain itu beliau menyelesaikan pula pelajaran sekolah Negerinya hingga terjadinya perang dunia pertama. Akan tetapi sangat disayangkan ketika terjadinya peperangan itu mereka sama sekali tak memiliki onta dan kendaraan dari hanya sekedar bersenjatakan dengan senjata ilmu beliau beserta sebagian penuntut ilmu bertolak ke Madrasah dengan kehendak mereka sendiri . Di sana Syaikh Sayyid Rasyid Ridho dan Dr. Muhammad Taufik Shidqi rutin mendatangi mereka Rahimahumalloh. Setelah berakhirnya peperangan Madrasah itu pun di tutup. Akan tetapi para penuntut ilmu adalah orang-orang yang tak pernah puas. Syaikh Hamzah bertekad untuk terus belajar kepada Syaikh Sayyid Rasyid Ridho. Beliau ikut membantu mentashih naskah kitab-kitab ilmiah yang akan dicetak di percetakan Al-Manar selain dari ikut serta menghadiri pelajaran-pelajaran yang Sayyid berikan dirumahnya kepada murid-murid terpilihnya Seperti Syaikh Abdurrahman Abu Hajar, Syaikh Abdudzdzohir Abu As-Samah, dan Banyak lagi yang lainnya dari para Ulama yang mempunyai keutamaan.

Adalah Syaikh Sayyid Ridho telah menanamkan di diri Syaikh Hamzah kecintaan terhadap Sunnah, juga ketertautan padanya, serta melempar jauh-jauh sikap taqlid yang membuta.Dan tidak lupa pula Guru kami ini menjalani jalan yang elok mempesona hingga beliau menceritakan kisah hidayahnya ini, yang adalah beliau sebelumnya seorang yang berfaham Asy’ary yang mempunya tempat tersendiri, selain di zawiyah-zawiyah sufi. Maka jarak perjalanan lebih jauh dari sekedar ikatan masa di ketika beliau belajar di madrasah-madrasah ilmu, beliau berjumpa dengan seorang yang menyuluhkan cahaya untuk jalan kebenaran yang beliau tempuh ; mengenyahkan darinya kegelapan demi kegelapan yang menjauhkan dari jalan yang hak. Maka berceritalah Syaikh Al-Azhar Muhammad bin Abdurrazzaq Hamzah ini : “ Dan dalam sebutanku terhadap Syaikh Abdudzdzahir Abu Samah, aku ingin menyebutkan pujian yang indah untuknya disebabkan pentautannya terhadap hatiku untuk mentelaah kitab-kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Syaikh Abdudzdzahir ini adalah Guruku di Lembaga Dakwah wal-Irsyad dalam masalah tajwid Al-Qur’an dan menulis indah. Dengan hubungan ini sering terjadi di antara kami diskusi ilmiah tentang masalah tawassul, syafaat, doa orang sholih hingga beliau meminjamkan kepadaku sebuah Kitab karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah tentang tawassul dan wasilah. Aku pun mentelaahnya sehingga aku betul-betul mendapatkan pengaruh yang sangat kuat hingga aku pun berbalik arah dari langkahku selama ini, dan bercampurlah kecintaanku terhadap Syaikh Abdudzdzahir bercampur dengan kecintaan terhadap Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dengan darah dagingku. Jadilah aku bebas menelaah semua kitab Syaikhul Islam dan mereka-mereka yag mengikuti beliau selain dari itu aku menelaah pula sebagian kitab yang ditulis oleh murid-muridnya semisal Syaikh Muhammad bin Abdul Hadi, yaitu kitab “Ash-Shorimul Manky”. Aku pun keluar dengan keyakinan yang kokoh serta keimanan yang kuat, juga pengenalan yang baru terhadap mazhab-mazhab kaum salaf dalam banyak masalah, serta kecintaan untuk menelaah berbagai kitab hadits dan sanad-sanadnya, berbicara tentang rijal-rijalnya, yang semua itu bermula dari berkah mentelaah dua kitab, yaitu kitab At-Tawassul wal-wasilah dan kitab Ash-Shorimul Manky.” (Selesai Cerita Syaikh Hamzah).

Seperti itulah jiwa-jiwa yang besar, dan inilah pemikiran Ulama, seorang yang hidup di antara ilmu dan pegiatnya berpuluh tahun lamanya,yang menjelaskan kepada kita semua hakikat kemurnian dan kesucian yang berada dalam sucinya dirimu dan menyerahnya hanya kepada Al-Haq!! Dan dengan dua kitab itu terang benderang baginya jalan petunjuk hingga beliau kembali kepada Sunnah, berlepas dari kebid’ahan, dan kembali (menjauh) dari jalan Asy’ariyah dengan membawa akidah yang suci dan bersih, yaitu akidah Al-Qur’an dan Sunnah.

Setelahnya Syaikh Hamzah pun mengangkat tinggi bendera dakwah kepada Tauhid di berbagai tempat yang subur, beliau bermula dari kampung beliau Kafur ‘Aamir, selanjutnya ke Mesir. Mendapat petunjuk dengan dakwah beliau ini banyak orang . Dalam dakwahnya ini beliau ditemani Sahabatnya sekaligus Gurunya, yang sebelumnya telah merentaskan jalan terang petunjuk, yaitu seorang yang Alim dan utama Syaikh Abdudzdzahir Abu Samah. Selain Syaikh ini –yang juga merentaskan jalan untuk Syaikh Hamzah-yaitu seorang alim dari Syinqith Mauritania, yaitu Syaikh yang mempunyai keutamaan Syaikh Amin AsySyinqithi. Maka dua orang Syaikh ini saling bantu bahu membahu di Jama’ah Anshorus Sunnah. Selanjutnya Syaikh Hamzah bergerak menuju Mekkah, menjadi Imam di Tanah Haram Mekkah serta mengajar di Masjidil Haran juga di Darul Hadits.

Sungguh telah mewariskan buat kita lautan yang ombaknya bergejolak ini akan gelombang besar para murid-muridnya yang menyebar diberbagai tempat yang subur. Salah seorang muridnya yang menonjol Al-‘Allamah Abdullah Khayyath, Syaikh Ali Hindy, Syaikh Sulaiman Ash-Shoni’, Ustadz yang ahli tahqiq Ahmad Abdul Ghafur ‘Aththar , Al-‘Allamah Ahli tarikh Hamd Al-Jaasir, Syaikh Muhammad Shomaly, Syaikh Ismail Al-Anshory, Syaikh Muhammad bin Umar Asy-Syaayiqy As-Sudaany, Syaikh Yahya bin Utsman bin Al-Husain ‘Adzim ‘Abaady, Syaikh Muhammad Al-Faadany, Syaikh Muhammad Nuruddin Husain Jimawy Al-Habsyi, Syaikh Ahli tahqiq Abu Turob Adz-dzahiry, Dr Muhammad bin Sa’ad Asy-Syuwai’ir dan Syaikh Abdullah Al-‘Abdaly-rahimahulloh hayyahum wa mayyitahum-

Syaikh Abdullah bin Sa’ad Al-Ghamidy Al-‘Abdaly pernah bercerita tentang Gurunya Syaikh Hamzah ini tentang hal yang memberi bekas pada dirinya serta sikap beliau menjauhi taqlid dan hanya mengikut dalil “Adalah Syaikh Hamzah ini sangat kokoh berpegang kepada kitab dan Sunnah, dan aku mendapatkan bekas dari pelajaran yang aku ikuti dari beliau hingga aku hanya berjalan hanya beserta dalil sekalipun itu menyelisihi berbagai mazhab dan berbagai pemikiran.”

Syaikh Hamzah selain meninggalkan banyak murid juga meninggalkan banyak karya tulis yang sangat penting dan tidak kurang manfaatnya , sejumlah karya tulis yang snagat berharga, di antaranya : Kitabus Sholah, Asy-syawaahid wan-Nushush, Dzulumaatu Abi Rayah, Al-Muqabalah bainal huda wadh-dholal, Al-Imam Baqilany wa kitabuhu At-Tamhiid, Al-Bahits Al-Hatsis, Ta’liiqatun ‘Alal Hamawiyah Al-Qubra,Ta’liiqatun Ala Al-Kabaair, Ta’liqatun ala risalati Ath-Tholaq, Allahu Rabbul ‘Alamiin, Mawaridu Dzom’aan, Unwaanul Majd, Risalatu At-tauhid Lil-Imam Ja’far Ash-Shodiq, Raudhatul ‘Uqalaa wa Nuzhatul Fudhola (tahqiq dan tashhih), Al-Quraa li Qoshidi Ummul Quraa Lith-thobary (Tahqiq da tashhih).

Demikianlah Syaikh Abdurrazzak Hamzah menjadi menara petunjuk, penawar bagi yang kehausan, tempat sejuk bagi yang kehausan, sebagai hakikat bagi orang yang berharap fatamorgana dan gelapnya nafsu serta ta’wil. Dan telah menjumpai beliau kewafatan di Negeri Haram Mekkah Al-Mukarromah pada tanggal 22 Shofar 1392 H. Rahimahulloh wa ghofarallohu- dan semoga Allah mengangkat kedudukannya di ’Illiyyiin. Dan kami dengan jejak langkahnya mengikuti, dalam ittiba’ kepada Nabi yang member petunjuk lagi terpercaya. Pula Kepada Nabi Shollallahu alaihi wasallam , keluarganya dan pula sahabatnya seutama-utama sholawat dan salam.

**********************************
Selesai_

الجمعة 6 جمادى الأول 1435 – 7 مارس 2014
Penerjemah : Habibi Ihsan

Di terjemah dari tulisan Syaikh Abu Umar Ad-Dausary yang tercatat di :
http://www.alsoufia.com/main/992-1 -.html

Dipublikasikan kembali oleh: www.KisahIslam.net

Facebook Fans Page: Kisah Teladan & Sejarah Islam

Comments
All comments.
Comments