Ketuklah hati orang yang bergelimang dalam maksiat itu berulang kali. Siapa tahu suatu ketika Alloh membukakan hatinya melalui tangan Anda. Lihatlah Nabi Nuh ‘alayhissalam, 950 tahun ia tinggal bersama kaumnya seraya mendakwahi mereka tanpa kenal lelah dan putus asa. Setiap saat anda dapati seseorang sedang bermaksiat, maka bersegeralah menasehatinya dengan
Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah mengatakan, “Berjabat tangan itu dapat menambah kecintaan.” Al-Imam Mujahid rahimahullah berkata, “Telah sampai kepadaku bahwasanya apabila dua orang yang saling mencintai (karena Aklah Subhanahu wa Ta’ala) saling melihat, kemudian salah satunya tertawa kepada sahabatnya dan keduanya saling berjabat tangan, maka berguguranlah kesalahan-kesalahan keduanya sebagaimana gugurnya daun-daun dari
Diriwayatkan dari Abu Juhaifah rahimahullah beliau mengatakan: Ali radhiyallahu ‘anhu berkata: “Sesungguhnya sesuatu yang pertama kali diharuskan atas kalian dari urusan jihad adalah berjihad dengan tangan-tangan kalian, kemudian berjihad dengan lisan-lisan kalian, kemudian berjihad dengan hati-hati kalian. Maka barangsiapa yang hatinya tidak mengetahui yang ma’ruf dan tidak mengingkari yang mungkar,
Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah mengatakan: “Empat perkara yang jika ada pada diri seseorang niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menjaganya dari setan dan mengharamkannya dari api neraka, yaitu siapa saja yang bisa menguasai diri tatkala didera oleh keinginan, rasa takut, nafsu, syahwat, dan kemarahan.” Al-Hafidz Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah menerangkan:
Di antara sebab terbesar yang membantu seseorang untuk tetap giat menuntut ilmu, memahaminya, dan tidak jemu adalah memakan sedikit dari sesuatu yang halal. Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata: “Aku tidak pernah kenyang semenjak 16 tahun lalu. Karena, banyak makan akan menyebabkan banyak minum, sedangkan banyak minum akan membangkitkan keinginan untuk tidur,
Abu Umar bin Abdil Barr rahimahullah berkata: “Menuntut ilmu itu ada tahapan-tahapannya. Ada marhalah-marhalah dan tingkatan-tingkatannya. Tidak sepantasnya bagi penuntut ilmu untuk melanggar/melampaui urutan-urutan tersebut. Barangsiapa secara sekaligus melanggarnya, berarti telah melanggar jalan yang telah ditempuh oleh as-salafus shalih rahimahumullah. Dan barangsiapa yang melanggar jalan yang mereka tempuh secara sengaja,
Dari Ibnu Abi Uwais, dari ayahandanya, dari Al-Walid bin Dawud bin Muhammad bin Ubadah bin Ash-Shamit, dari saudara sepupunya Ubadah bin Al-Walid diriwayatkan bahwa ia berkata: “Ubadah bin Ash-Shamit pernah bersama Muawaiyyah. Setelah berkumandang adzan Jum’at, khatibpun naik mimbar sambil memuji dan menyanjung Muawiyyah. Maka Ubadahpun berdiri dengan membawa tanah
Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya kepada para syaikh dari kalangan bani ‘Abbas: “Dengan apa kalian memerangi manusia?” Mereka menjawab: “Dengan kesabaran. Tidaklah kami menjumpai suatu kaum (musuh, pen.) melainkan kami bersabar menghadapi mereka sebagaimana mereka bersabar menghadapi kami.” Sebagian salaf berkata: “Masing-masing dari kami tidaklah menyukai kematian dan sakitnya luka-luka, akan
Dari Hammad bin Salamah diriwayatkan bahwa ia berkata: “Ali bin Zaid telah menceritakan kepada kami, dari Ibnul Musayyab bahwa ia berkata: “ketika Shuhaib pergi berhijrah. Ternyata ia diikuti oleh sekelompok orang. Maka beliau langsung turun dari kendaraannya dan menyiapkan anak panahnya seraya berkata: “Kamu sekalian pasti tahu bahwa aku adalah
Abul Faraj Ibnul Jauzi rahimahullah ketika menerangkan ucapan Abu Thayyib Al-Mutanabbi mengatakan: “Aku tidak menganggap aib-aib manusia sebagai kekurangan, seperti kurangnya orang-orang yang mampu mencapai kesempurnaan.” Beliau rahimahullah berkata: “Seyogianya orang yang berakal berusah menyempurnakan dirinya sampai pada batas maksimal yang ia mampu. Seandainya digambarkan kepada anak Adam dirinya dapat
Ada seorang lelaki datang menjumpai Muawiyyah. Kebetulan, ia bertemu pertama kali dengan penjaga pintu gerbang kediaman beliau. “Tolong beritahukan kepada Muawiyyah, saudaranya datang.” Ujarnya. Saat mendapatkan pesan itu, Muawiyyah terheran-heran, “Rasanya aku tidak kenal. Tapi biarkan dia masuk.” perintah beliau. Orang itupun masuk. Saat tiba di hadapan beliau, beliau bertanya,
SESEORANG hendaknya membagi waktu siang dan malamnya. Semestinya dia memanfaatkan umurnya, karena sisa umur seseorang tidak ternilai harganya. – Waktu terbaik untuk menghafal adalah waktu sahur. – Waktu untuk membahas/meneliti (suatu permasalahan) adalah di awal hari. – Waktu terbaik untuk menulis adalah di tengah siang. – Waktu terbaik untuk menelaah