Ulama Salaf Dalam Beramar Ma’ruf Nahi Munkar

Dari Ibnu Abi Uwais, dari ayahandanya, dari Al-Walid bin Dawud bin Muhammad bin Ubadah bin Ash-Shamit, dari saudara sepupunya Ubadah bin Al-Walid diriwayatkan bahwa ia berkata: “Ubadah bin Ash-Shamit pernah bersama Muawaiyyah. Setelah berkumandang adzan Jum’at, khatibpun naik mimbar sambil memuji dan menyanjung Muawiyyah. Maka Ubadahpun berdiri dengan membawa tanah dan mencampakkan ke mulut si khatib. Muawiyyah kontan marah. Ubadah langsung berkata kepadanya: “Anda tentu belum bersama kami ketika kami melakukan baiat Al-Aqabah kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, agar kami selalu mendengar dan taat, baik dalam keadaan semangat maupun kesal dan malas, agar kami mengalah, tidak akan menentang orang yang memegang kendali satu urusan (ahlinya), selalu membela kebenaran dimanapun kami berada, dan tidak takut kepada celaan orang-orang yang mencaci demi membela agama Allah. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
Apabila kamu melihat orang yang memuji-muji (untuk mencari muka), lemparkan tanah kemulutnya.”(Shahih Muslim IV:2297). (“Siyaru A’laamin Nubalaa’ II:VII)

Dari Al-Auza’i diriwayatkan bahwa ia berkata: “Abu Katsir telah menceritakan kepada kmi, dari ayahandanya, bahwa ia berkata: “Aku pernah menemui Abu Dzar, ketika itu beliau sedang duduk dekat Jumrah Al-Wustha. Orang-orang berkumpul di sekeliling beliau dan meminta fatwa. Tiba-tiba datng seorang lelaki dan berhenti di hadapan beliau seraya berkata: “Bukankah Amirul Mukminin telah melarang anda untuk berfatwa?” Beliau mengangkat kepalanya kemudian berkata: “apakah kamu bertugas mengawasiku? Kalaupun kamu sekalian meletakkan pedang baja di atas ini -beliau menunjukkan tengkuknya sendiri- namun aku yakin bahwa saya dapat menyampaikan sbada yang kudengar sendiri dari rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, sebelum kalian menebaskannya ke leherku, pasti tetap kusampaikan sabda beliau shallallahu’alaihiwasallam itu .(“Siyaru A’laamin Nubalaa’II:64)

Dari Al_Hasan diceritakan, bahwa Ziyad pernah mengirim Al-Hakam bin Amru untuk menaklukkan Khurasan. Allah akhirnya menaklukkan Khurasan untuk mereka. Mereka pun memperoleh harta yang banyak. ziyad lalu menulis surat kepadanya: “Amma ba’du, sesungguhnya Amirul Mukminin menulis surat kepada saya agar saya menyisihkan yang kuning (emas -ed) dan yang putih (perak -ed); yakni janganlah dibagi-bagikan terlebih dahulu emas dan peraknya.”
Maka ia pun menjawab surat itu: “Salamun ‘Alaika. Amma ba’du, sesungguhnya Anda menulis surat dan menyebut-nyebut surat dari Amirul Mukminin. Maka sesungguhnya saya mendapatkan Kitabullah sebelum surat Amirul Mukminin. Dan sesungguhnya demi Allah, andai kata langit dan bumi ini runtuh menimpa seorang hamba, lali ia bertakwa kepada Allah, pasti akan Allah berikan kepadanya kebahagiaan dan jalan keluar. Wassalamu ‘Alaika. ” (“Shifatush Shafwah” I:672)

Dari Abul Mundzir Ismail bin Umar diriwayatkan bahwa ia berkata: “Aku pernah mendengar Abu Abdirrahman Al-Umari berkata: “Sesungguhnya termasuk kecerobohanmu adalah ketika kamu berpaling dari Allah; yakni ketika kamu melihat sesuatu yang dapat membuat-Nya murka, namun kamu malah membiarkannya. Kamu tidak memerintah dan melarang, karena takut kepada sesuatu yang tidak mampu memberikan kemudharatan dan manfaat.”
Ia juga berkata: “Aku pernah mendengar beliau berkata: “Barangsiapa yang meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar, karena takut kepada sesama makhluk, maka Allah akan mencabut kewibawaannya yang tercermin di dalam diri orang tersebut. Kalau orang seperti itu memerintah anak atau budaknya sekalipun, ia akan diremehkan.(“Shifatush Shafwah” II:181)

Dari Muqatil bin Shalih Al-Khurasani berkata: “aku pernah menemui Hammad bin Salamah. ternyata di rumah beliau hanya ada tikar yang digunakan untuk duduk dan mushaf yang selalu dibacanya, serta jerigen berisi air dan tempat menyimpan air wudlu. Tatkala aku berada disana, tiba-tiba ada orang yang mengetuk pintu. Beliau segera berkata kepada anaknya: “wahai putriku, coba keluar dan lihat siapa yang datang itu.” Sang anak mengabarkan: “Utusan dari Muhammad bin Sulaiman.” Beliau berkata: “Maka katakan kepadanya supaya masuk sendiri.” Maka masuklah lelaku itu sambil menyerahkan sepucuk surat. ternyata isinya adalah: “Bismillahirrahmaanirrahim, dari Muhammad bin Sulaiman untuk Hammad bin Salamah. Amma ba’du. Semoga Allah menjadikan anda pada pagi hari ini sebagaimana para wali Allah dan orang-orang yang taat kepada-Nya. Kami mendapatkan masalah, untuk itu datanglah kepada kami, kami akan menanyakan pemyelesaiannya. Wassalam.” Beliau berkata: “wahai putriku, tolong ambilkan tinta.” Lalu beliau berkata kepadaku: “Tolong balik surat itu dan tulis: “Amma ba’du. Demikian juga Anda, semoga Allah menjadikan anda pagi ini sebagaimana halnya para wali Allah dan orang-orang yang taat kepada-Nya. Sesungguhnya kami mendapati para ulama itu tidak mendatangi seorang pun (untuk mengajar). Apabila kamu menemukan masalah, maka datanglah kepada kami dan bertanyalah. tanyakanlah masalah yang engkau hadapi itu kepada kami. namun datanglah Anda seorang diri dan jangan Anda menunggang kuda atau dengan mengutus pelayan anda. Maka sekarang ini saya tidak dapat memberikan nasihat kepada anda maupun kepada saya sendiri. Wassalam.”
tatkala saya juga sedang di rumah beliau, tiba-tiba ada orang yang mengetuk pintu. Beliau berkata: “Wahai putriku, tolong bukakan pintu, keluar dan lihat siapa yang datang?” Anaknya berkata: “Muhammad bin Sulaiman.” Beliau berkata: “Tolong katakan kepadanya suapaya ia masuk sendiri.” Maka masuklah Muhammad bin Sulaiman seorang diri, lalu memberi salam dan duduk di hadapan beliau seraya berkata: “Kenapa setiap kali aku memandangmu, aku dipenuhi rasa takut? ” Hammad menjawab: “Aku pernah Tsabit Al-Bunnanni berkata : “Aku pernah mendengar Anas bin Malik berkata: “Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Apabila seorang alim, dengan ilmunya semata-mata menginginkan keridhaan Allah, Maka akan disegani oleh segala sesuatu. namun kalau dengan ilmunya ia menghendaki harta benda dunia, ia akan takut kepada segala sesuatu.” Muhammad bin Sulaiman berkata: “Ini uang empat puluh ribu dirham yang bisa Anda gunakan untuk memenuhi kebutuhan Anda.” beliau berkata: “Berikan uang itu kepada orang yang pernah engkau zhalimi dengan uang itu.” Muhammad bin Sulaiman berkata: “Demi Allah, yang kuberikan padamu ini adalah harta pribadiku semata.” Namun aku tidak membutuhkannya. Singkirkan uang itu dariku, semoga Allah menyingkirkan dosa-dosamu.” Ujar beliau. “Tetapi anda bisa membagi-bagikan uang ini?” Jawab Muhammad. beliau berkata: “kalaupun aku bagi-bagikan secara adil, sebagian orang yang tidak mendapatkannya akan berkata: “Dia tidak adil. Singkirkan uang itu dariku, semoga Allah menyingkirkan dosa-dosamu.”(Shifatush Shafwah” III:361)

Sumber : Aina Nahnu Min Akhlaaqis Salaf, Abdul Azis bin Nashir Al-Jalil Baha’uddien ‘Aqiel, Edisi  Indonesia “Panduan Akhlak Salaf” alih bahasa : Abu Umar Basyir Al-Medani

Artikel: www.kisahislam.net

Facebook Fans Page: Kisah Teladan & Sejarah Islam

Comments
All comments.
Comments