Pembangunan Masjid Nabawi Pada Masa Raja-Raja Saudi Yang Kedua

PERLUASAN OLEH RAJA-RAJA SAUDI YANG KEDUA (1405 H/1984 M – 1414 H/ 1994 M)

Yaitu perluasan oleh pelayan dua kota suci, raja Fahd bin Abdul Aziz hafidzahullah. Perluasan ini adalah perluasaan masjid Nabawi yang terbesar sepanjang sejarah. Cukup menjadi bukti tentang luasnya perluasan ini, bahwa jumlah orang yang shalat setelah perluasan ini bertambah 9 kali lipat dari kapasitas masjid setelah perluasan oleh raja­ raja Saudi yang pertama.

Di samping keindahan bangunan yang menawan hati dan menarik perhatian orang-orang berjiwa seni. Tujuan proyek ini agar masjid Nabawi dapat menampung jumlah orang yang shalat didalamnya dan para pengunjung sebanyak mungkin, khususnya di bulan Ramadhan dan musim haji. Danjuga membuat fasilitas yang menyenangkan bagi para penziarah selama keberadaan mereka dalam masjid. Dan proyek ini dimaksudkan dapat mewujudkan tujuan-tujuan di atas untuk beberapa abad mendatang.

Sebenarnya perluasan ini bukan hanya kebanggaan bagi raja Fahd sendiri, tapi hal ini juga kebanggaan setiap muslim yang sangat senang melihat masjid Rasulullah r dalam corak yang indah, luas yang melegakan dan fasilitas yang memudahkan. Raja Fahd bin Abdul Aziz meletakkan batu pertama perluasan ini pada hari Jum’at (9/2/1405 H) bertepatan dengan (2/11/1984 M). Dan pelaksanaan proyek ini dimulai pada bulan Muharram (1406 H/1985 M) serta selesai pada tahun (1414 H/1994 M).

BENTUK BANGUNAN

Perluasan ini adalah gambaran sebuah bangunan raksasayang meliputi pemugaran oleh raja-raja Saudi yang pertama dari 3 arah. Bagian depan masjid dipertahankan pada kondisi tempo dulu, sehingga pembangunan Al Majidi tetap ada dan ciri khas arsitektumya apik, serambi-serambi, tiang-tiang, atap dan ornament hiasannya pada perluasan ini dirancang, agar sesuai dan sepadan dengan perluasan oleh raja-raja Saudi pertama. Sehingga dua bangunan itu sepertinya satu, bagian luar dinding dilapisi dengan batu granit.

Pada perluasan ini, didirikan enam menara adzan yang baru. Pemugaran ini terdiri dari ballroom, lantai dasar, lantai atas. Lantai dasar adalah bangunan utama yang luasnya; 82.000 M2 , lantainya dilapisi dengan batu pualam. Tinggi bangunannya; 12,55 M. Jumlah tiang keseluruhan di lantai ini sebanyak; 2.104 tiang.

Jarak antara tiang 6 m, sehingga terbentuk lorong dengan luas 6 m x 6 m. Di areal yang atapnya ada kubah, jarak antar tiang 18 m, sehingga membentuk lorong dengan luas 18 m x 18 m, pada perluasan baru terdapat; 27 lorong ini. Lorong ini ditutupi oleh kubah yang dapat digerakkan, agar mendapatkan sirkulasi udara yang cukup dan penerangan yang alami di saat cuaca udara mengizinkan.[Tarikh masjid Nabawi hal. 73-75]

Kubah ini berdiameter; 7,35 m, dengan berat bersih satu buah kubah 80 ton. Bagian dalam kubah terbuat dari kayu dengan motif ukiran tangan dan pada bagian lain dilapisi dengan kertas emas halus dan tipis. Adapun bagian luar kubah terbuat dari keramik Jerman dengan penyangga dari batu granit. Kubah-kubah ini digerakkan secara elektrik. Halaman lantai atas masjid dapat digunakan untuk shalat, luasnya; 58.250 m2 . Jadi luas keseluruhan dari perluasan ini; 67.000 m2 . Areal yang dipergunakan untuk shalat yang terkena sinar matahari dilapisi dengan batu pualam dari Yunani.

Kapasitas masjid dapat menampung kira-kira 90.000 jema’ah shalat. Pada lantai atas ada serambi yang diberi atap dengan ukuran luasnya; 11.000 m2’ dengan ketinggian; 5 m, dan pada bagian lantai atas sengaja dirancang untuk pembuatan lantai dua jika diperlukan.

HALAMAN MASJID

Masjid dikelilingi dari arah selatan, utara dan barat dengan halaman yang luasnya mencapai kira-kira; 235.000 m2 . Sebagian halaman ini dilapisi dengan batu pualam berwama putih yang dingin dan memantulkan energi panas, dan bagian lain dilapisi dengan batu granit.

Untuk penerangan kawasan ini dipergunakan unit penerangan khusus yang ditempatkan pada; 151 tiang yang dilapisi batu granit dan batu buatan. Halaman ini dikelilingi pagar dan kapasitas halaman ini dapat menampung kurang lebih; 430.000 jema’ah shalat. Di halaman ini

terdapat pintu masuk ke toilet, tempat wudhu’ dan tempat peristirahatan bagi para penziarah, yang berhubungan langsung dengan tempat parkiran mobil; dua lantai di bawah tanah.

TAK TERTANDINGI

Sungguh perluasan raja-raja Saudi yang kedua merupakan perluasan masjid Nabawi yang terbesar. Cukup kita mengetahui bahwa kemampuan daya tampung masjid 9 kali lipat dari perluasan raja-raja Saudi pertama. Pada perluasan raja-raja Saudi pertama, masjid dapat menampung; 28.000 jema’ah shalat, dan setelah perluasan yang kedua kapasitasnya menjadi; 268.000 jema’ah shalat, di antaranya 90.000 jema’ah pada lantai atas masjid, dan jika kita tambahkan halaman yang dapat menampung; 430.000 jema’ah shalat, maka jumlah keseluruhan daya tampung masjid Nabawi lebih dari; 698.000 jema’ah shalat.

MIMBAR DAN MIHRAB BAGIAN DALAM MASJID

Pada mulanya atap masjid Rasulullah dipasang pada batang kurma, (maksudnya batang tersebut menjadi tiang penyangga), maka Nabi bila berkhutbah beliau berdiri dekat batang tersebut, terkadang beliau berdiri cukup lama. Lalu seorang wanita Anshar berkata: “Wahai Rasulullahl, bolehkah kami membuatkan mimbar untukmu?”. Rasulullah menyetujuinya. Maka para sahabat membuat mimbar untuk beliau. Tiga anak tangga terbuat dari pohon thurfa’. Pada Jum’at berikutnya, beliau berkhutbah diatas mimbar, maka batang kurma tersebut menangis.

Diriwayatkan dalam shahih Bukhari:

“Bahwasanya Nabi bila berdiri saat khutbah Jum’at dekat dengan sebuah pohon, atau pohon kurma, lalu seorang wanita Anshar berkata: “Wahai Rasulullah! bolehkah kami membuat mimbar untukmu? Beliau bersabda: “Kalau kalian suka.” Maka para sahabat membuat mimbar untuk beliau, keesokannya, pada hari Jum’at beliau berdiri diatas mimbar, maka pohon kurma tersebut berteriak seperti teriakan bayi, kemudian Nabi turun dan memegang pohon tersebut, pohon itu terisak-isak seperti bayi yang didiamkan, beliau bersabda, “Pohon ini menangis karena tidak lagi mendengar dzikir yang biasa didengarnya.”

Dari jalan Anas dalam kitab Ibnu Khuzaimah : “Kayu itu merengek seperti rengekan bayi. ”

Dalam kitab Ad-darimi : “Pohon tersebut mengoak seperti suara sapi. ”

Dari jalan Ka’ab, dalam musnad Ahmad, Darimi dan Ibnu Majah: “Ketika beliau melewati pohon tersebut, pohon itu mengoak hingga retak dan pecah.”[Fath Al-Baari syarh hadist no.3585]

Hadits tentang menangisnya pohon tersebut masyhur dan populer, dan beritanya mutawatir, dikeluarkan oleh penulis kitab shahih dan diriwayatkan lebih dari sepuluh sahabat. [Wafa’ al Wafa’, jilid II hal.388-390]

SEJARAH MIMBAR

Mimbar dibuat pada tahun ke-8 H, dengan tiga anak tangga. Adalah Nabi duduk pada tangga terakhir dan meletakkan kakinya pada anak tangga ke-2. Ketika Abu Bakar menjadi khalifah, ia duduk pada anak tangga kedua dan meletakkan kakinya pada anak tangga pertama, demi menghormati Rasulullah Ketika Umar menjadi khalifah, ia duduk pada anak tangga pertama dan meletakkan kakinya dilantai. Ketika Utsman menjadi khalifah, ia melakukan seperti Umar selama 6 tahun, kemudian ia naik dan duduk di tempat Nabi duduk. Dan ketika Mu’awiyah menjadi khalifah dan disaat ia melaksanakan haji, ia menambah anak tangga ke arah bawah hingga mimbar mempunyai 9 anak tangga. Dan para khalifah berkhutbah dan duduk pada anak tangga ke-7 yang merupakan anak tangga pertama mimbar Nabi.

Mimbar ini terus dipertahankan hingga masjid Nabawi terbakar pada tahun; 654 H/1256 M, lalu diganti dengan mimbar yang dibuatoleh Raja Yaman Al-Muzhaffar, kemudian mimbar ini mengalami penggantian beberapa kali. Dan terakhir mimbar hadiah khalifah Utsmani, yang dikirim oleh Suithan Murad III pada tahun; 998 H. Mimbar ini sangat indah dan dibuat dengan tingkat ketelitian yang tinggi dan sampai sekarang masih ada. [Tarikh Masjid Nabawi 119-120]

HADITS NABI £ TENTANG MIMBAR

Sebagai penguat kedudukan dan ketinggian martabat mimbar, ada beberapa hadits yang menjadi dasamya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi bersabda : “Di antara rumah dan mimbarku adalah salah satu taman surga, dan mimbarku ini ada di atas telagaku”. [H.R.Bukhari, no. 1888 dan Muslim, no. 1391]

Sabda beliau: “Salah satu dari taman surga” maksudnya seperti sebuah taman surga, rahmat turun dan kebahagian diraih dengan selalu hadir dalam majlis dzikir. Atau maksudnya; bahwa beribadah di sana dapat mengantarkan ke dalam syurga. Atau maksud hadits ini sesuai dengan maksud tekstual hadits yaitu: taman yang hakiki dengan berpindahnya tempat tersebut di akhirat ke dalam surga. Ini ringkasan dari penafsiran para ulama tentang hadits tersebut. [Fathul bari, syarah hadits Bukhari; no. 1888]

Di antara hadits yang menunjukkan keutamaan mimbar ini, bahwa siapa yang bersumpah didekatnya dengan sumpah dusta, azab (siksa)- nya akan lebih berat. Rasulullah membolehkan bersumpah di dekat mimbamya, tapi beliau memberikan ancaman yang yang sangat pedih bagi orang yang berdusta di tempat ini.

Diriwayatkan dari Jabir , dalam sunan Abu Daud :

“Tidak seorangpun yang bersumpah dekat mimbarku ini dengan sumpah dusta walaupun demi sebuah siwak segar, melainkan ia telah mengambil tempat duduknya di neraka atau dia pasti masuk neraka.” [H.R; Abu Daud no. 3246]

Juga diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hiban dan Hakim, dan dia menshahihkannya.

Nasa’i meriwayatkan dengan sanad yang tsiqah dari Abu Umamah bin Tsa’labah bahwasanya Nabi bersabda: “Siapa yang bersumpah dekat mimbarku ini dengan sumpah dusta untuk merampas hart a seorang muslim, maka baginya laknat Allah, para malaikat, dan manusia seluruhnya, Allah tidak menerima darinya amalan wajib dan sunnahnya.” [Ibnu Hajar berkata , “Hadits ini diriwayatkan oleh Nasa’i dan sanadnya tsiqah”]

MIHRAB NABI

Setelah sampainya Nabi r ke Madinah, beliau shalat beberapa waktu menghadap ke Baitul Maqdis dan ketika turun ayat: 149 dari surah Al Baqarah : “Maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram”.

Beliau berpaling kearah kiblat dalam shalat selama 10 hari lebih kearah tiang dekat kamar ‘Aisyah radiallahu ‘anha. Kemudian beliau maju ke tempat shalatnya dan di sana belum ada mihrab pada masa Nabi tidak juga pada masa khulafaur rasyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali).

Yang pertama membuat mihrab dalam bentuk seperti ini adalah Umar bin Abdul Aziz rahimahullah pada tahun; 91 H. Kelak mihrab ini dikenal dengan mihrab Nabi Dahulu Nabi shalat di tempat ini atau dekat dari sini ke arah batang kurma. Dan di tempatnya ada tiang yang melekat ke mihrab, di tiang tersebut ada tulisan “Al Usthuwanah Al Mukhallaqah”, maka siapa yang berdiri sejajar dengan mihrab ini maka tempat shalat Nabi berada di sebelah kanannya, maka seharusnya ia mengambil sisi arah barat dari tempat yang menjorok ke

dalam. Kira-kira tempat yang menjorok itu di sebelah kirinya, maka di sanalah tempat berdirinya Rasul untuk shalat. Dan karena pembuatan mihrab sehingga orang yang sujud di mihrab itu berarti ia meletakkan keningnya di tempat telapak kaki Rasul r di saat shalat. [Tarikh masjid Nabawi, hal.104-105]

Ibnu Abu Zinad menentukan letak pohon yang selalu ditempati Nabi shalat, bahwa “pohon itu tepat berada di tempat “Al Usthuwanah Al Mukhallaqah” yang berada di kanan mihrab Nabi ^”. [Akhbar Madinah ar-rasul, hal.79]

Mihrab yang ada sekarang dibangun pada masa Suithan Qayitbay pada tahun; 888 H. Mihrab ini kemudian diperbaiki secara total pada tahun; 1404 H pada masa pemerintahan Pelayan dua kota suci, raja Fahd hafidzahullah.

Foto:

Gerbang Raja Fahad dipasang selama ekspansi Malik Fahad (identifikasi), yang dimulai sekitar tahun 1980. Itu adalah ekspansi Saudi kedua dan fase paling spektakuler dalam perkembangan Masjid Nabawi baru-baru ini.
Gerbang Raja Fahad atau Bab al-Malik Fahad (باب الملك فهد) terletak di sisi utara bangunan utama dan merupakan pintu masuk utama ke Masjid Nabawi. Itu dipasang selama ekspansi kedua Saudi Masjid Nabawi oleh Fahad bin ‘Abdulaziz.
Interior Bab Malik al-Fahad terlihat dari atas eskalator barat, lampu gantung yang indah menggantung di kubah gerbang. Selungkup kayu di bagian bawah dan ke kanan melampirkan tangga menuju area atap.
Memandang ke luar dari Bab malik al-Fahad, panel kayu gerbang dan kolom kolom berlapis emas. Bagian berlapis emas ini dilapisi dengan emas 23 karat dan dipoles dengan tangan. Panel kayu dari pintu terbuat dari kayu jati dan diukir dengan tangan di pabrik Jeddah oleh pengrajin ahli. Setiap panel tersebut terdiri dari 1.600 segmen kerajinan kayu jati dan dirakit dengan perlengkapan kuningan padat. Setiap panel pintu beratnya sekitar 2,5 ton.
Gerbang Bab Malik Fahad. satu-satunya yang memiliki kubah di atasnya. Kubah-kubah itu, berjumlah tujuh, didekorasi dengan ubin keramik berkualitas tinggi, diproduksi di Inggris. Ubinnya didesain dengan pola tradisional Islam. Ubin keramik ini memadukan tujuh kubah gerbang raja Fahad di dalam dan luar. Bab Badr juga sebagian terlihat di sebelah kanan.

Sumber: Sejarah Madinah Al Munawwarah, Disusun oleh Beberapa Ulama yang diketua oleh Syeikh Shafiyur Rahman Al Mubarak Furi , Penerbit : Darussalam, Riyadh, Alih bahasa : Erwandi Tarmizi, Lc.

Foto: https://madainproject.com/king_fahad_gate_(masjid_al_nabawi)

Comments
All comments.
Comments