Cerita Nabi Sulaiman bin Daud ‘Alaihimassalam

Sulaiman Alaihissalam dikenal sebagai orang yang mampu berbicara dengan bahasa burung. Sebagaimana dikatakan Al Hafizh Abu Bakar Al Baihaqi. Suatu hari Sulaiman bin Daud berlalu di dekat burung yang sedang mengelilingi seekor burung yang lain. Ia berkata kepada para sahabatnya, “Apakah kalian mengerti perkataannya?” Mereka menjawab, “Apa yang ia katakan, wahai Nabi Allah ?” Ia menjawab, “Dia sedang melamarnya untuk dirinya dengan berkata, ‘Menikahlah denganku, aku akan ajak engkau tinggal di kamar mana pun yang engkau kehendaki di Damaskus’.”

Sulaiman Alaihissalam berkata, “Karena kamar-kamar di Damaskus terbuat dari batu, tidak ada yang mampu tinggal di dalamnya. Setiap pelamar adalah pembohong.”

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Berangkatlah seorang nabi di antara nabi-nabi Allah bersama banyak orang untuk memohon hujan dari Allah. Tak disangka mereka menemukan seekor semut sedang meninggikan tiang-tingnya ke langit. Nabi tersebut berkata, ‘Pulanglah kalian semua, doamu telah diterima karena semut ini’.”

Berkenaan dengan hubungan Sulaiman dengan Hudhud, pada suatu hari Sulaiman mencarinya dan tidak menemukan dirinya di tempat dia melakukan tugasnya. Ia lalu bertanya tentang keberadaab Hudhud dan mengancam akan menyembelihnya jika tidak segera datang dengan membawa alasan yang tepat.

Datanglah Hudhud dengan membawa berita untuk Nabi Allah tentang Balqis. Ia telah menyaksikan seorang wanita yang menjadi penguasa dan memiliki singgasana yang dihiasi dengan bermacam-macam permata.

Sulaiman lalu mengiriminya surat berisi seruan dakwah untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Hudhud kemudian membawa surat itu ke istananya, ia lemparkan surat itu kepadanya ketika ia sedang sendirian. Ia menunggu sebentar untuk mengetahui jawabannya. Ia kumpulkan seluruh gubernur dan menterinya untuk membacakan surat tersebut kepada mereka. Mereka lalu memusyawarahkan jawabannya. Mereka akhirnya Mereka menyerahkan perkaranya kepada sang ratu, dengan memperlihatkan ketaatan dan kesiapsediaan untuk berperang.

Ratu Balqis berkata, “Sungguh, jika raja ini menguasai kerajaan kita, tentu dia akan menguasaiku. Akan tetapi aku akan menipunya dengan hadiah yang aku kirim kepadanya.”

Hadiah itu sangat mahal. Ketika hadiah sampai di tangan Sulaiman, ia berkata kepada pembawanya, “Bawa pulang hadiahmu, dan sungguh aku akan mengirim pasukan tentara yang takkan terbendung.”

Ketika ancaman Nabi Sulaiman sampai kepada Balqis, tiada jalan bagi mereka selain tunduk dan menerima perintah degan penuh ketaatan.

Sulaiman lalu meminta kepada jin untuk memindahkan singgasana Balqis kepadanya. Ifrit —dari golongan jin— siap memindahkan singgasana Balqis sebelum tiba waktu Zhuhur. Sepupu Sulaiman yang bernama Asif bin Barkhaya berkata, “Jika engkau menatap sasaran terjauh dari tempatmu, lalu engkau menutupkan kelopak mata (mengedip), maka singgasana telah ada di hadapanmu.”

Ketika Sulaiman menyaksikan singgasana Balqis berada di hadapannya, ia bersyukur kepada Allah dan memerintahkan untuk mengubah sebagian dari ciri-ciri singgasana itu guna menguji kepahaman dan akal Balqis. Ketika Balqis ditanya, “Demikiankah singgasanamu?” Ia menjawab, “Sepertinya ini.” Demikianlah tingkat kecerdasan dan kepahaman Balqis.

Sulaiman juga memerintahkan untuk dibangunkan sebuah istana dari kaca dengan sebuah aliran air di dalamnya, sedangkan di atasnya terdapat atap dari kaca pula. Balqis diperintah untuk memasuki istana. Ia mengangkat pakaiannya hingga setinggi setengah betisnya.

Sulaiman lalu menikahi Balqis dan mengangkatnya menjadi Gubernur Yaman dengan mengembalikan dirinya ke negeri asalnya. Sulaiman menengoknya sebulan sekali dan tinggal bersamanya selama tiga hari, lalu pulang dengan naik permadani. Sulaiman menyuruh para jin untuk membangun Istana Ghamdan untuk Balqis. Wallahu a ‘lam.

Allah lalu menyebutkan tentang kuda yang bisa berlari kencang, yang diperlihatkan kepada Balqis pada waktu Ashar —ketika matahari terbenam— dan tidak melaksanakan shalat Ashar, maka tumit dan lehernya diusap dengan pedang. Peristiwa ini diriwayatkan dari Ali bin Abu Thalib dan lain-lain.

Syuraih Al Qadhi dan tidak sedikit dari ulama salaf menyebutkan bahwa suatu kaum memiliki batang anggur yang dimakan oleh kambing kaum yang lainnya. Mereka mengadukan permasalahannya kepada Daud ‘Alaihissalam. Ia memenangkan pemilik batang anggur dengan mewajibkan kepada pemilik kambing membayar kerugiannya.

Ketika mereka keluar meninggalkan tempat, Sulaiman berkata, “Jika aku, maka tidak akan aku hakimi, melainkan dengan keharusan menyerahkan kambing kepada pemilik batang anggur sehingga dapat mengambil manfaat dari kambing-kambing itu. Pemilik kambing mengadakan perawatan batang anggur yang rusak hingga kembali menjadi baik, lalu mereka berhak menerima kambing-kambingnya kembali. Pembicaraan itu lalu sampai kepada Daud Alaihissalam, dan dia pun menghakimi dengan putusan seperti itu.

Mirip dengan kejadian ini adalah apa yang tertulis di dalam kitab Shahih AlBukhari dan Shahih Muslim dari Abu Hurairah, ia berkata,

‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Dua wanita masing-masing membawa anak laki-laki mereka. Lewatlah seekor serigala dan mengambil anak salah satu dari mereka. Maka kedua wanita itu terlibat perdebatan tentang anak laki-lakinya yang lain. Wanita yang tua berkata, ‘Serigala membawa pergi anakmu’. Wanita yang muda juga berkata, ‘Sesungguhnya serigala itu membawa pergi anakmu’. Keduanya meminta keadilan kepada Daud dan memenangkan wanita yang tua. Wanita yang muda keluar dari Sulaiman dan tidak menerima keputusannya, maka Sulaiman berkata, ‘Berikan pisau kepadaku untuk membelah anak ini menjadi dua bagian. Masing-masing dari kalian akan mendapat setengahnya’. Berkatalah wanita yang muda, ‘Janganlah engkau lakukan, semoga Allah merahmati engkau. Anak itu adalah anaknya’. Sulaimanpun memutuskan anak tersebut milik wanita muda itu.” (HR. Muslim)

Sulaiman memiliki permadani ajaib dari kayu dan bisa dikendarai. Permadani tersebut cukup untuk memuat segala apa yang dibutuhkan, seperti, istana, kemah-kemah, kuda-kuda, dan pasukan dari manusia serta jin.

Jika Sulaiman hendak bepergian atau mengadakan serangan terhadap musuhnya, ia mengangkut segala perlengkapan tersebut dengan permadani dan memerintahkan angin untuk mengangkatnya. Jika ia menghendaki kecepatan tinggi maka cukup dengan memerintah badai. Jin juga banyak yang bekerja di bawah komando Sulaiman.

Ketika Sulaiman merasa ajalnya telah dekat, ia berkata, “Ya Allah, rahasiakan kematianku kepada jin, sehingga semua orang mengetahui bahwa jin tidak mengetahui yang gaib.”

Ia bertopang kepada tongkatnya, lalu meninggal. Setelah berlalu satu tahun, jasad Sulaiman tersungkur di atas tanah karena tongkatnya dimakan rayap. Ketika itu barulah jin mengetahui bahwa Sulaiman telah meninggal. Setelah itu tampuk kekuasaan jatuh ke tangan anaknya, tetapi hanya berlangsung selama satu tahun. Setelah itu pemerintahan bani Israil terpecah belah.

Sumber: Ringkasan Bidayah wan Nihayah – Ibnu Katsir, Diringkas oleh Syaikh Ahmad Khani, Pustaka as Sunnah.

Comments
All comments.
Comments