Kisah Islamnya Profesor Prancis, Prof.Maurice Bucaille

Oleh : Isma’il Abdul Wahid, dari kitab Nurullah

Perancis menawarkan bantuan kepada Mesir dalam meneliti, mempelajari dan menganalisa Mumi Fir’aun. Mesirpun mengizinkannya. Pihak Perancis membuat pesta penyambutan kedatangan mumi Fir’aun dengan pesta yang sangat meriah.

Setelah peresmian penerimaan mumi Fir’aun di tanah Perancis selesai, mumi Thagut tersebut pun diarak dengan arak-arakan yang tidak kalah dengan pesta penyambutannya. Mumi itupun dibawa ke ruang khusus di Pusat Purbakala Perancis yang selanjutnya dimulailah penelitian terhadap mumi tersebut sekaligus mengungkap rahasia di balik mumi tersebut oleh para ilmuwan terkemuka dan para pakar dokter bedah dan otopsi di Perancis.

Pemimpin ahli bedah sekaligus penanggung jawab utama dalam penelitian atas mumi ini adalah Prof. Maurice Bucaille.

Pada saat para dokter mencurahkan perhatian untuk memugar dan memperbaiki mumi ini, Prof. Maurice justru mengerahkan kemampuannya untuk mengungkap sebab kematian raja Fir’aun tersebut. Dan di akhir malam itu nampaklah hasilnya. Ternyata hasil akhir tersebut sangat mengejutkan …!

Sisa-sisa garam yang melekat pada tubuhnya adalah bukti terbesar bahwa dia telah mati karena tenggelam, dan jasadnya segera dikeluarkan dari laut sesaat setelah dia tenggelam, kemudian jasadnya segera dimumi untuk menyelamatkannya.

Akan tetapi sebuah perkara aneh selalu membuatnya bingung, yaitu bagaimana jasad ini lebih baik dari jasad-jasad yang lain padahal dia dikeluarkan dari laut?

Prof. Maurice menyiapkan laporan akhir tentang sesuatu yang diyakininya sebagai penemuan baru, yaitu tentang penyelamatan mayat Fir’aun dari laut kemudian pemumiannya segera setelah tenggelam. Hingga salah seorang di antara rekannya membisikkan sesuatu di telinganya seraya berkata: “Jangan tergesa-gesa karena sesungguhnya kaum muslimin telah berbicara tentang tenggelamnya mumi ini.”

Akan tetapi dia mengingkari kabar ini dengan keras sekaligus menganggapnya mustahil. Menurutnya pengungkapan rahasia seperti ini tidak mungkin diketahui kecuali dengan perkembangan ilmu modern, melalui peralatan canggih yang mutakhir dan akurat.

Salah seorang di antara mereka berkata bahwa Al-Qur’an yang mereka imanilah yang telah meriwayatkan kisah tentang tenggelam dan diselamatkannya mayat Fir’aun. Maka semakin bertambahlah keterperanjatnya. Diapun mulai berfikir dan bertanya-tanya … bagaimana mungkin, mumi ini tidak terungkap kecuali pada tahun 1898 M, yakni kurang lebih 200 tahun yang lalu, sementara Al-Qur’an mereka telah ada sebelum lebih dari 1400 tahun yang lalu?!

Bagaimana bisa diterima akal, bangsa manusia secara keseluruhan, bukan hanya orang Arab, mereka tidak mengetahui tentang keadaan orang-orang Mesir kuno yang melakukan pemumian terhadap mayat raja-raja Fir’aun kecuali pada beberapa dasawarsa yang lalu?!

Prof. Maurice duduk semalaman memandang mayat Fir’aun, dia berfikir dengan mendalam tentang apa yang telah dibisikkan oleh rekannya kepadanya, bahwa Al-Qur’an milik kaum muslimin telah berbicara tentang penyelamatan mayat ini setelah tenggelam …

Sementara kitab-kitab suci mereka (ahli kitab) berbicara tentang penenggelaman Fir’aun di tengah pengejarannya untuk menangkap Musa alihissalam tanpa membicarakan tentang mayat Fir’aun. Diapun berkata kepada dirinya sendiri: “Apakah masuk akal mumi di depanku ini adalah Fir’aun yang akan menangkap Musa?”

“Apakah masuk akal, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam mereka mengetahui yang demikian 1000 tahun yang lalu?”

Prof. Maurice tidak bisa tidur, dia meminta untuk didatangkan kitab Taurat (Perjanjian Lama).

Diapun membaca Taurat yang menceritakan: “Airpun kembali (seperti semula), menutupi kereta, pasukan berkuda, dan seluruh tentara Fir’aun yang masuk ke dalam laut di belakang mereka, tidak tertinggal satupun di antara mereka.” Prof. Maurice pun bingung … Bahkan Injil tidak berbicara tentang penyelamatan mayat, dan keadaannya yang tetap baik.

Setelah perbaikan terhadap mayat Fir’aun dan pemumiannya, Perancis mengembalikan mumi tersebut ke Mesir.

Akan tetapi tidak ada keputusan yang mengembirakannya, tidak ada pikiran yang membuatnya tenang semenjak kabar tersebut mengejutkannya. Yakni kabar bahwa kaum muslimin telah saling menceritakan tentang penyelamatan mayat tersebut. Diapun menyiapkan perbekalannya, dan memutuskan untuk menemui sejumlah ilmuwan otopsi dari kaum muslimin.

Disinilah, perbincangan pertama kali yang dia lakukan bersama mereka adalah penemuannya tentang penyelamatan Fir’aun setelah tenggelam di laut. Maka berdirilah salah satu di antara ilmuwan muslim tersebut seraya membuka mushaf dan membacakan untuknya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang artinya:

“Maka pada hari ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (QS. Yunus: 92)

Ayat inipun sangat menyentuh hatinya, dirinya pun bergetar dengan getaran yang membuatnya berdiri di hadapan orang-orang yang hadir seraya menyeru dengan lantang:

“Sungguh aku masuk Islam dan aku beriman dengan Al-Qur’an ini.”

Prof. Maurice pun kembali ke Perancis dengan wajah baru, berbeda dengan wajah yang dulu dia pergi dengannya.

Di sana dia tinggal puluhan tahun, dia tidak memiliki kesibukan apapun kecuali meneliti tingkat kesesuaian hakikat ilmiah dan penemuan-penemuan modern dengan Al-Qur’an yang mulia, serta mencari satu pertentangan ilmiah saja yang dibicarakan Al-Qur’an. Ini dilakukannya dalam rangka menguji kebenaran firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang artinya:

“Yang tidak datang kepadanya (al-Qur’an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.” (QS. Fushshilat: 42)

Termasuk hasil dari tahun-tahun yang dihabiskan oleh Profesor Perancis tersebut adalah mengarang sebuah kitab tentang al-Qur’an yang mengguncang Barat secara keseluruhan, serta menggetarkan ilmuwan mereka. Buku tersebut berjudul:

“AL-QUR’AN, TAURAT, INJIL DAN SAINS, STUDI KITAB-KITAB SUCI DALAM PERSPEKTIF MODERN”

Apa yang dilakukan oleh buku tersebut? Pertama kali naik cetak langsung habis.

Sekalipun kisah tersebut telah selesai akan tetapi perjalanan al-Haq tidak akan pernah terhenti, sesungguhnya kita tidak akan takjub dengan ke-Islaman Profesor tersebut, akan tetapi kita merasa heran dengan orang yang telah tampak baginya kebenaran, serta bukti-bukti cahaya (al-Qur’an) tetapi tetap berpegang teguh dengan kebatilan dan berdiam di lorong sempit kegelapan.

Sesungguhnya mereka tidaklah berpegang dengan kebatilan kecuali karena kesombongan dan fanatic buta mereka terhadap keyakinan-keyakinan mereka, dan kebencian terhadap segala sesuatu yang menyelisihi agama mereka. Maka mereka pun berbuat sia-sia dan menyia-nyiakan umat yang bodoh bersama mereka.

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya. Telah diturunkan al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras, dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hadid: 16).

Sumber : Majalah Qiblati edisi 09 tahun II – Juni 2007 M / Jumada al-Ula 1428 H

Dipublikasikan kembali oleh: www.kisahislam.net

Facebook: Kisah Teladan & Sejarah Islam

Comments
All comments.
Comments