Adu Domba Yang Merenggut Nyawa

Seorang lelaki merasa dengki pada suatu kelu-arga karena telah menolak keinginannya untuk menikahi putrinya. Dia pun merencanakan maksud jahat dan memendam rasa dengki terhadap keluarga terhormat ini.

Siang dan malam, dia mulai memikirkan sebuah cara untuk melaksanakan niat jahatnya. Akhirnya, se-cara mantap dia mempunyai ide untuk melakukan adu domba di antara sang bapak dan putrinya. Si pengadu domba ini pun pergi kepada orang tua gadis itu dan berkata kepadanya, “Sebenarnya putrimu punya teman lelaki yang setiap hari ditemuinya menjelang shalat Zhuhur di sebuah ruang pemakaman. Setiap hari, dia datang ke sana dengan membawa bantal.”

Seketika, rona muka sang ayah yang malang ini berubah dan kedua matanya ikut mendelik. Dia telah termakan cemburu buta terhadap putri malangnya yang tak berdosa. Dia berkata kepada sang pengadu domba, “Siapa yang memberitahumu tentang hal ini?” Dia menjawab, “Aku berulang kali memergoki mereka de-ngan kedua mataku ini, dan kamu harus memastikan sendiri. Segala puji bagi Allah yang tidak menetapkan bagiku untuk menikahinya sedang dia menempuh jalan ini…”

Sang ayah pun berkata, “Aku akan meyakinkan hal ini sendiri…” Dia segera menutup pintu tokonya dan pergi ke ruang pemakaman, tempat terkumpulnya orang mati. Si pengadu domba ini pun membuntuti di belakang sang ayah gadis itu tanpa sepengetahuannya. Manakala dia yakin sang ayah sudah masuk ke ruang pemakaman, dia pun bergegas pergi ke rumah orang tua si gadis dan mengetuk pintu. Sewaktu si gadis berbi-cara kepadanya, maka dia berkata kepadanya, Bapak-mu memberi salam dan berkata kepadamu, ‘Bawakan segera untukku bantal ke ruang pemakaman’.” Dengan penuh keheranan, si gadis bertanya kepadanya, “Apa yang membuatnya pergi ke ruang pemakaman? Apa yang diinginkan dengan bantal?” Si pengadu domba yang licik ini menjawab, “Aku tidak tahu!! Dia menga-takan kepadaku perkataan ini gitu saja.”

Dengan cepat, si gadis mengambil bantal dan be-rangkat menemui ayahnya untuk mengetahui apa yang diinginkan ayahnya dengan bantal tersebut. Ketika dia telah menemui ayahnya sambil membawa bantal di atas kepalanya dan sang ayah pun melihatnya, maka sang ayah yang miskin dan tertipu ini berkata, “Demi Allah, benar ucapan si fulan.” Ketika si gadis telah mende-katinya, dia langsung menembak putrinya, dan seketika membuat putrinya tewas tersungkur bersimbah darah.

Sang ayah berkata, “Alhamdulillah, kami telah ber-lepas darinya, dan seandainya saja aku tahu siapa teman kencannya, niscaya akan kuhabisi dia bersamanya.”

Sang ayah pulang ke rumahnya dan mengabari istrinya –alias ibu dari sang gadis—dengan apa yang telah diperbuatnya, sebagaimana dia juga memberitahu semua anak-anaknya, dan bahwa putrinya menempuh jalan yang melenceng dan tak ada seorang pun dari pihak keluarga yang memperhatikannya.

Ibu sang gadis berkata, “Ini tidak benar, putriku tidak pernah sekalipun keluar rumah kecuali bersama-ku. Siapa yang mengabarimu mengenai hal itu?” Sang ayah menjawab, “Lelaki yang pernah melamarnya dan kita menolaknya…”

Sang ibu berkata, “Barangkali ini suatu muslihat setan dari lelaki biadab ini.” Setelah dicek kebenarannya, ternyata itu hanya tipu muslihat yang dirancang oleh setan berkepala manusia ini. Mereka mencari si peng-adu domba tersebut, namun tidak menemukan jejak-nya, karena dia telah kabur.

Ibu si gadis jatuh sakit menyesali kematian pu-trinya yang tak berdosa dan kecerobohan sang ayah yang terburu-buru membunuhnya tanpa mengkon-firmasi kebenaran informasi yang didengarnya. Semen-tara nasib si pengadu domba tersebut berpindah-pindah dari satu negeri ke negeri lain, tidak menetap dan tidak bisa tenang. Tipu muslihat dan adu domba yang telah disemaikannya kini menjadi belenggu yang senantiasa mengejar-ngejarnya. Akhirnya, dia pun me-ninggal dunia dengan status melajang, tanpa istri, anak dan harta. Kami berlindung kepada Allah dari sifat semacam ini.

Sumber: SERIAL KISAH TELADAN, Muhammad bin Shalih al-Qahthani, sebagai yang dinukil dari Sawalif al-Majalis, bagian pertama, karya Sulaiman bin Ibrahim ath-Thami

Artikel: www.kisahislam.net

Fanspage: Kisah Teladan & Sejarah Islam

=

Comments
All comments.
Comments