Abdullah bin Mubarok rahimahullah saat itu bertetangga dengan seorang Yahudi. Dan si tetangga berencana menjual rumahnya, sehingga ada seseorang yang bertanya mengenai harga rumahnya,”Engkau menjual dengan harga berapa?” Si tetangga pun menjawab,”Dua ribu.” Si penanya menyampaikan,”Harga rumahmu ini mestinya seribu.” Si Yahudi menjawab,”Engkau benar, akan tetapi seribu untuk harga rumah
Imam Ibnul Mubarok rahimahullah berkata: ”Aku telah meminjam sebuah pena di Syam (kini Syiria & sekitarnya) namun aku lupa untuk mengambalikannya. Setelah aku sampai di Marwa (sebuah kota di Turkmenistan) aku dapati bahwa pena itu masih bersamaku. Maka aku pun kembali ke Syam untuk mengembalikan pena itu.” (Tahdzib At Tahdzib,
Jika ingin naik haji, Ibnul Mubarak mengumpulkan para sahabatnya dan berkata, “Siapa di antara kalian yang ingin naik haji?” Maka, ia mengambil sebagian dari uang belanja mereka, kemudian dimasukkan ke dalam kotak dan digembok. Setelah itu, ia bawa mereka, memberikan uang lebih banyak, serta diberi makan yang lebih baik. Selain
Abdullah ibn al Mubarak menuturkan, “Aku berada di Mekkah ketika orang2 ditimpa paceklik dan kemarau panjang. Mereka pun keluar ke Masjidil Haram untuk melaksanakan shalat istisqa’. Akan tetapi, hujan tidak segera turun. Disampingku ada seseorang laki2 berkulit hitam yang kurus. Kudengar dia berdoa, ‘Ya Allah, sesungguhnya mereka sudah berdoa kepada-Mu,
Muhammad bin Al-Mutsanna menceritakan, Abdullah bin Sinan telah menceritakan kepada kami, ia berkata, “Aku pernah bersama Abdullah bin Al-Mubarak dan Mu’tamar bin Sulaiman di Tarsus (di Turki sekarang). Orang-orang berteriak, ‘Musuh, musuh’. Ibnul Mubarak dan orang-orang lalu keluar, ketika dua kelompok sudah saling berhadapan. Seorang Romawi maju dan menantang perang