Ali bin Abdullah Ad-Darbi menceritakan: “Ada satu kisah yang sangat berkesan bagiku, pernah suatu saat berangkatlah empat orang dari salah satu lembaga sosial di Kerajaan Saudi Arabia ke pedalaman Afrika untuk mengantarkan bantuan dari pemerintah negeri yang penuh kebaikan ini, Kerajaan Saudi Arabia. Setelah berjalan kaki selama empat jam dan
Belum lagi tabi’in yang agung amirul mukminin Umar bin Abdul Aziz membersihkan tangannya dari mengebumikan jenazah khalifah sebelumnya Sulaiman bin Abdul Malik. Tiba-tiba beliau mendengar suarat gemuruh tanah di sekitarnya, lalu beliau berkata, “Ada apa ini?” Mereka menjawab, “Ini adalah kendaraan-kendaraan khilafah wahai amirul mukminin, telah dipersiakan agar Anda menaikinya.
Seorang Pemuda Australia mengumumkan keislamannya setelah sekian lama mencari agama yang benar. Pemuda tersebut menuturkan kisahnya, “Kisahku ini berawal ketika aku mencari agama yang benar pada tahun pertama di bangku kuliah. Saat itu ayah dan ibuku bercerai, anjingku mati, dan tragisnya hal itu terjadi dalam pekan yang sama. Dan pada
Telah datang kabar gembira kepada istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Ummu Salamah, bahwa hendaknya yang bernama Khairah telah melahirkan bayi seorang laki-laki. Ummul mukminin hanyut dalam kegembiraan dan wajahnya tampak ceria dan berseri-seri. Dia mengutus seseorang untuk membawa ibu dan banyinya ke rumah selama masa pemulihan pasca melahirkan. Khairah
Malam itu, amirul mukminin Umar bin Abdul Aziz tak bisa tidur, hilang rasa kantuknya, tak mampu memejamkan matanya, resah dan gelisah hatinya. Di saat malam yang sangat dingin itu, di Damsyik pikiran beliau sedang sibuk dengan urusan pemilihan qadhi di Bashrah yang diharapkan dapat menegakkan keadilan di tengah manusia, yang
Hilal bin Isaf bercerita kepada tamunya yang bernama Mundzir ats-Tsauri, “Tidakkah sebaiknya kuantarkan engkau kepada Syaikh agar kita bisa menambah keimanan sesaat?” Jawab Mundzir, “Baik, aku setuju. Demi Allah, tiada yang mendorong aku datang ke Kufah ini melainkan karena ingin bertemu dengan gurumu, Rabi’ bin Khutsaim dan rindu untuk bisa
Oleh: Amjad bin Imron Salhub Segala puji bagi Allah. Semoga shalawat serta salam tetap terlimpahkan atas Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya, serta siapa saja yang mengikuti sunnahnya dan menjadikan ajarannya sebagai petunjuk sampai hari kiamat. Sejarah Islam, baik yang dulu maupun sekarang senantiasa menceritakan kepada kita, contoh-contoh indah dari orang-orang
Pagi itu, matahari memancarkan benang-benang cahaya keemasan di atas Baitul Haram, menyama ramah pelatarannya yang suci. Di Baitullah, sekelompok sisa-sisa sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tokoh-tokoh tabi’in tengah mengharumkan suasana dengan lantunan tahlil dan takbir, menyejukkan sudut-sudutnya dengan do’a-do’a yang shalih. Mereka membentuk halaqah-halaqah, berkelompok-kelompok di sekliling Ka’bah
Sekarang kita berada di tahun 14 H. saat dimana para pembimbing generasi dan guru utama di kalangan para sahabat dan senior tabi’in membuat perbatasan kota Bashrah atas perintah khalifah muslimin Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu. Mereka bertekad untuk membangun kota baru sebagai markas bagi pasukan kaum muslimin untuk berpegang di
Kita berada di sepuluh hari terakhir bulan Dzulhijjah tahun 97 H. Saat dimana Baitul ‘Atiq dibanjiri oleh lautan manusia yang menyambut panggilan Allah hingga memenuhi seluruh ruas jalan. Ada yang berjalan kaki dan ada yang berkendaraan. Ada yang lanjut usia ada pula yang muda belia, yang laki-laki maupun yang wanita,
Aku mengenal seorang pemuda yang dulu termasuk orang-orang yang lalai dari mengingat Allah. Dulu dia bersama dengan teman-teman yang buruk sepanjang masa mudanya. Pemuda itu meriwayatkan kisahnya sendiri: “Demi Allah, yang tidak ada sesembahan yang haq selain Dia, aku dulu keluar dari kota Riyadh bersama dengan teman-temanku, dan tidak ada
Salah seorang murid Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menceritakan kisah ini kepada-ku (penulis kisah ini-pen). Dia berkata : Pada salah satu kajian Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah di Masjidil Haram, salah seorang murid beliau bertanya tentang sebuah masalah yang didalamnya ada syubhat, serta pendapat dari Syaikh Bin Baz rahimahullah tentang masalah tersebut.