Kisah Mualaf Bilal PhilipsYang Mengenal Islam Yang Sesungguhnya

(Bilal) Philips (mantan Nashrani dan dikenal sebagai dewa gitar Amerika dan Kanada yang kini telah bertaubat dan masuk ke dalam Islam) hafizhahullaahu mengatakan :

“Hati yang diisi dengan musik tidak akan memiliki ruang untuk kata-kata (kalimat-kalimat) Allaah Subhanahu wa Ta’ala.”
(Dalam buku karyanya, Contemporary Issues)

Beliau (Bilal Philips) hafizhahullaahu ta’ala adalah seorang imigran asal Jamaika yang masuk ke Kanada pada usia 11 tahun dan beliau hafizhahullaahu ta’ala mengambil pendidikan gitar (baca : musik). Beliau bermain di klub malam selama belajar di Universitas Simon Fraser di British Columbia. Namanya makin terdongkrak setelah itu.

Di puncak kepopulerannya, jiwanya gelisah. Ia memutuskan mengasingkan diri dari hiruk-pikuk musik negerinya dan menyusul sang ayah yang juga tenaga ahli di Canadian Colombo Plan berpindah ke Malaysia, menjadi penasihat menteri pendidikan. Di negeri jiran itu, ia dikenal sebagai “Jimi Hendrix dari Sabah.”

Tapi setelah memeluk Islam pada tahun 1972, beliau hafizhahullaahu ta’ala meletakkan gitarnya untuk selamanya. Dalam biografi di situs web ia mengatakan, “Ketika saya menjadi seorang Muslim, saya merasa tidak nyaman melakukan hal ini dan menyerah baik secara profesional maupun pribadi.”

Bagi banyak orang, musik menjadi sumber hiburan dan harapan dari Allaah ‘Azza wa Jalla. Musik membawa mereka untuk sementara, seperti obat.

“Qur-an, kata-kata Allah yang penuh dengan bimbingan, juga bisa memainkan peran itu.”

***

Dalam bukunya, beliau hafizhahullaahu ta’ala juga mengatakan wanita dewasa dilarang untuk bernyanyi.

“Pria lebih mudah terangsang daripada perempuan sebagai telah sepenuhnya didokumentasikan oleh studi klinis Masters dan Johnson.”

Bilal Philips (nama muslimnya) hafizhahullaahu ta’ala, yang memiliki gelar dari Universitas Islam Madinah dan Universitas Riyadh, dan mendirikan Universitas Islam Online, tinggal di Qatar tapi tetap menjadi pembicara konferensi yang populer di Kanada. Dia memberikan kuliah tentang “musik dan kencan” di sebuah masjid Toronto April lalu. Dalam video online-nya, mantan musisi panggilan musik kecanduan jahat.

“Intinya adalah bahwa jika musik itu bermanfaat, maka musisi akan menunjukkan manfaat yang dalam hidup mereka,” katanya dalam sebuah video YouTube.

“Apa yang Anda lihat justru adalah bahwa beberapa elemen yang paling korup masyarakat yang ditemukan di antara para musisi. Obat-obatan, penyimpangan dan homoseksualitas, hal ini jenis dan semua korupsi yang ada di sana, orang bunuh diri, “katanya. “Kenyataannya adalah bahwa hal itu sebenarnya tidak membawa sisi, jahat gelap yang memproduksi jenis korupsi antara mereka sendiri dan, pada akhirnya, berakhir sampai merusak elemen masyarakat.”

Ucapan beliau hafizhahullaahu ta’ala tidaklah keliru, bahkan tepat sekali karena itu Islam melarang dan mengharamkan musik.

‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ta’ala ‘anhu, ia berkata, “Nyanyian itu menumbuhkan kemunafikan di dalam hati, sebagaimana air menumbuhkan (menyuburkan) tanaman.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dunya dalam Dzammul Malaahi, no. 12, al-Baihaqi dalam Sunannya, X/223, dan Ibnul Jauzi dalam Talbiis Ibliis, hal. 240)

Imam adh-Dhahhak rahimahullaahu ta’ala berkata, “Nyanyian itu merusak hati dan mendatangkan kemurkaan Allaah ‘Azza wa Jalla.” (Talbiis Ibliis, hal. 241)

Karena itu Imam Fudhail bin Iyadh rahimahullaahu ta’ala mengatakan, “Nyanyian (musik) adalah mantra-mantra zina.” (Talbiis Ibliis, hal. 241)

Imam asy-Syafi’iy rahimahullaahu ta’ala berkata, “Nyanyian adalah satu permainan yang tidak aku sukai, yang menyerupai kebathilan dan tipu daya. Barangsiapa sering melakukannya, maka ia adalah orang yang bodoh dan persaksiannya ditolak.” (Talbiis Ibliis, hal. 236, Ighaatsatul Lahfaan, I/413, al-Muntaqan Nafiis, hal. 301, dan Mawaaridul Amaan, hal. 301)

Oleh sebab itu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Lebih baik dada seseorang dipenuhi nanah hingga menyesakkan paru-parunya daripada dipenuhi sya’ir-sya’ir (musik).”
(Shahiih, HR. Al-Bukhari, no. 6155, dan Muslim, no. 2257)

Pelajaran yang kita petik adalah :

1. Hidayah mutlak di tangan Allaah ‘Azza wa Jalla dan tidak ada seorang pun yang dapat memberi petunjuk dan menyesatkan selain-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Sungguh, engkau tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.”
(QS. Al-Qashash [28] : 56)

2. Haramnya musik, bahkan itu merupakan nash yang shahiih baik dari al-Qur-an, As-Sunnah dan ijma’ para ulama kaum muslimin.

Dikutip dari Status Pentingnya Ilmu Sebelum Beramal

Artikel: www.kisahislam.net

Facebook Fans Page: Kisah Teladan & Sejarah Islam

Silahkan di Share, Copas, Dan Lain-Lain, Dengan Tetap Mencantumkan Sumbernya.

=

Comments
All comments.
Comments
Leave a Reply to nurdin
Cancel Reply

  1. nurdin says:

    Afwan kalo saya salah. Kisah diatas ko seperti dari bahasa Inggris yang diterjemahkan oleh google translate atau semacamnya ya? Soalnya pada beberapa kalimat, tata kalimatnya sangat tidak beraturan sehingga perlu dibaca berulang agar dapat dipahami maksudnya. Mohon sebaiknya dilakukan perbaikan/pengeditan tanpa merubah makna cerita supaya lebih mudah dimengerti.