Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, “Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu ketika Hari Jum’at, beliau berdiri (berkhutbah) di samping sebuah batang pohon atau pohon kurma. Lalu ada seorang wanita, atau laki-laki, dari Anshar berkata, “Wahai Rasulullah, maukah kami buatkan mimbar untuk Anda?’ Beliau menjawab, ‘(Silahkan) jika kalian berkehendak.’ Lalu para
PENGUBURANNYA DAN USIANYA Beliau dikuburkan pada hari Selasa ketika matahari tergelincir.[18] Ada juga yang mengatakan, malam Rabu.[19] Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, meninggal pada usia 63 tahun. Ada yang berpendapat, pada usia 65 tahun. Ada juga yang mengatakan, 60 tahun. Namun, yang pertamalah yang lebih benar dan lebih masyhur. Ketiga
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyamakan dirinya terhadap Aisyah sebagaimana Abu Zar’ agar Aisyah sebagaimana Abu Zar’ terhadap istrinya Ummu Zar’ agar Aisyah tahu sayangnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada dirinya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata kepada Aisyah, “Wahai Aisyah diriku bagimu sebagaimana Abu Zar’
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Adam dan Musa pernah berbantahan. Musa berkata, ‘Wahai Adam, engkau adalah bapak kami. Tetapi engkau telah mengecewakan kami karena menyebabkan kami keluar dari surga.’ Adam menjawab, ‘Engkau wahai Musa, engkau telah dipilih dan dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan
Pengantar Hadis ini berkisah tengan wafatnya hamba shalih dari Nabi terpilih, Dawud Alaihis Salam, juga seorang raja agung dan pemimpin yang ditaati. Malaikat maut masuk ke rumahnya tanpa izinnya, dia menunggu Dawud yang pulang dari bepergiannya. Dia mencabut nyawanya tanpa didahului penyakit yang menimpanya, tanpa musibah yang turun kepadanya. Ini
Pengantar Kisah ini memaparkan kepintaran Nabiyullah Sulaiman yang luar biasa dalam mengungkapkan kebenaran dalam sebuah persengketaan tanpa bukti-bukti yang membimbing kepada pemilik hak. Sulaiman menampakkan bahwa dirinya hendak membunuh bayi yang diperebutkan oleh dua orang wanita yang masing-masing mengklaim sebagai ibunya. Maka terbuktilah siapa ibu yang sebenarnya, yaitu yang merelakan
Penulis: Al-Ustadz Abu Muhammad Harits Abrar Sebuah peristiwa tragis kembali menimpa kaum muslimin. 70 shahabat pilihan yang merupakan para qurra` (ahli membaca Al-Qur`an, yakni ulama) dibantai dengan hanya menyisakan satu orang saja. Peristiwa ini mengguratkan kesedihan yang mendalam pada diri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliaupun mendoakan kejelekan kepada para
Penulis : Al-Ustadz Abu Muhammad Harist Sebuah kisah yang terjadi di masa lampau, sebelum Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan. Kisah yang menggambarkan kepada kita pengertian amanah, kezuhudan, dan kejujuran serta wara’ yang sudah sangat langka ditemukan dalam kehidupan manusia di abad ini. Al-Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari
Penulis: Al-Ustadzah Ummu Abdirrahman Anisah bintu ‘Imran Tumbuh beriringan bak dua kuntum bunga, berhias keindahan. Lepas dari belenggu ikatan, bertabur kemuliaan. Berlabuh di sisi kekasih nan dermawan, sang pemilik dua cahaya. Lahir dua orang putri dari rahim ibunya, Khadijah bintu Khuwailid bin Asad bin ‘Abdil ‘Uzza radhiallahu ‘anha. Menyandang nama
Sosok yang dipilih Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam untuk menyerahkan surat ke Musailamah al-Kadzdzâb si nabi palsu adalah Habîb bin Zaid bin ‘Ashim bin ‘Amr bin ‘Auf bin Mabdzûl bin ‘Amr bin Ghânim bin an-Najjâr al-Anshâri al-Mâzini an-Najjâri.[1] Beliau seorang yang mulia yang berasal dari keluarga yang baik. Kedua orang
Seorang wanita asal Mesir yang dihadiahkan oleh Muqauqis, penguasa Mesir kepada Rasulullah tahun 7 H. Setelah dimerdekakan lalu dinikahi oleh Rasulullah dan mendapat seorang putra bernama Ibrahim. Sepeninggal Rasulullah dia dibiayai oleh Abu Bakar kemudian Umar dan meninggal pada masa kekhalifahan Umar. Seperti halnya Sayyidah Raihanah binti Zaid, Mariyah al-Qibtiyah
KELAHIRANNYA Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan pada tahun Gajah. Ada yang mengatakan, tiga puluh tahun setelahnya. Al-Hakim Abu Ahmad mengatakan, “Ada yang mengatakan, empat puluh tahun setelahnya. Ada pula yang mengatakan, sepuluh tahun setelahnya.” Penjelasan ini diriwayatkan al-Hafizh Abul Qasim bin Asakir dalam Taariikh Dimasyq.”[12] Yang shahih lagi masyhur