Abud Darda’ radhiyallahu ‘anhu berkata: “Engkau tidak akan menjadi seorang alim hingga engkau menjadi orang yang belajar. Dan engkau tidak dianggap alim tentang suatu ilmu, sampai engkau mengamalkannya.” Ali radhiyallahu ‘anhu berkata: “Ilmu membisikkan untuk diamalkan, kalau seseorang menyambut (maka ilmu tersebut akan bertahan bersama dirinya). Bila tidak demikian, maka
Hubaib rahimahullah berkata, “Demi Allah, setan mempermainkan para ahli ibadah sebagaimana anak-anak kecil mempermainkan buah kelapa. Kalau saja Allah memanggilku pada hari kiamat, ‘Wahai Hubaib.’ Kemudian aku menjawab, ‘Aku memenuhi panggilan-Mu, wahai Rabbku.’ Kemudian Allah berfirman, ‘Datangkanlah kepada-Ku shalat atau puasa sehari, atau sebuah rukuk, sujud, atau tasbih saja yang
Al-Hafidz Adz-Dzahabi rahimahullah berkata: “Ilmu yang dibenci untuk dipelajari serta disebarkan adalah ilmu orang-orang terdahulu (ilmu tentang konsep ketuhanan menurut orang-orang jahiliyah dan ahlul kitab, pent.). Juga ilmu ketuhanan menurut filosof berikut sebagian bahkan mayoritas aktivitas mereka: ilmu sihir, ilmu sulap, ilmu kimia (yang tidak bermanfaat, ed), ilmu perdukunan, ilmu
Muhammad bin Yunus bin Musa berkata, aku mendengar Zuhair bin Nu’aim al-Bani rahimahullah di tanya seseorang: “Wahai Abu Abdurrahman, apakah kamu ingin menasihatkan sesuatu?” Beliau menjawab, “Ya, waspadalah bila Allah mengambil nyawamu sedang kamu berada di atas kelalaian.” [Shifatush Shafwah IV/9]
Abu Bakr al-Jauzi berkata, aku mendengar Sahl bin Abdullah rahimahullah berkata: “Tidak semua orang yang melakukan ketaatan dapat menjadi kekasih Allah, tetapi yang menjadi kekasih Allah adalah orang yang menjauh apa yang dilarang oleh-Nya. Tidak ada orang yang menjauhi dosa kecuali orang yang shiddiq (benar keimanannya). Sedangkan amalan kebaikan, ia
Diriwayatkan dari Syaqiq Al-Bajaly rahimahullah, bahwa beliau bertanya kepada muridnya Hatim, “Engkau telah menemaniku dalam kurun waktu (yang lama). Lalu apakah yang engkau telah pelajari dari ku?” Hatim rahimahullah menjawab : (Saya telah mempelajari) delapan perkara : Pertama: Saya melihat kepada makhluk, ternyata setiap orang memiliki kecintaan. Namun jika ia
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Tidak diperkenankan bagi seorangpun menghadiri majelis-majelis kemungkaran atas dasar pilihannya sendiri bukan karena terpaksa, sebagaimana dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah ia duduk (di suatu majelis) yang dihidangkan padanya khamr (minuman keras).”* Dilaporkan kepada
‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata: “Janganlah kalian terburu-buru dalam menyampaikan berita serta tergesa-gesa dalam menebarkan berbagai kekejian. Jangan pula menjadi orang yang tidak bisa menyimpan rahasia dan gemar menyebarkannya. Karena sungguh, di belakang kalian menanti malapetaka yang teramat dahsyat, kesempitan hidup, kekejian, azab yang pedih, siksaan berat yang
‘Umar bin Abdul ‘Aziz rahimahullah berkata, “Telah beruntung orang yang dijaga dari hawa nafsu, kemarahan, dan ketamakan.” Ja’far bin Muhammad rahimahullah berkata, “Kemarahan itu adalah kunci dari segala macam kejelekan.” Dikatakan kepada Ibnul Mubarak rahimahullah, “Himpunkanlah untuk kami akhlak-akhlak baik dalam satu kata!” Beliau rahimahullah mengatakan, “Menjauhi marah.” (Jami’ul ‘Ulum
Sepantasnya bagi seorang penuntut ilmu untuk tidak bergaul kecuali dengan orang yang bisa memberinya faedah (ilmu) atau dia (teman tersebut) bisa mengambil faedah (ilmu) darinya. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Hendaknya engkau menjadi seorang alim atau orang yang belajar. Jangan menjadi jenis yang ketiga, maka engkau akan
Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata: “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman, ‘Telah berdusta orang yang mengaku mencintai-Ku, namun ketika gelapnya malam menyelimutinya dia justru terlelap dari (beribadah) kepada-Ku. Bukankah setiap pecinta menyukai menyepi berdua dengan kekasihnya? Inilah Aku, mendatangi para pecinta-Ku dengan serta-merta mengawasinya. Sesungguhnya mereka pun telah berdiri
Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah mengatakan, “Berjabat tangan itu dapat menambah kecintaan.” Al-Imam Mujahid rahimahullah berkata, “Telah sampai kepadaku bahwasanya apabila dua orang yang saling mencintai (karena Aklah Subhanahu wa Ta’ala) saling melihat, kemudian salah satunya tertawa kepada sahabatnya dan keduanya saling berjabat tangan, maka berguguranlah kesalahan-kesalahan keduanya sebagaimana gugurnya daun-daun dari