Diriwayatkan dari Abu Juhaifah rahimahullah beliau mengatakan: Ali radhiyallahu ‘anhu berkata: “Sesungguhnya sesuatu yang pertama kali diharuskan atas kalian dari urusan jihad adalah berjihad dengan tangan-tangan kalian, kemudian berjihad dengan lisan-lisan kalian, kemudian berjihad dengan hati-hati kalian. Maka barangsiapa yang hatinya tidak mengetahui yang ma’ruf dan tidak mengingkari yang mungkar,
Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah mengatakan: “Empat perkara yang jika ada pada diri seseorang niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menjaganya dari setan dan mengharamkannya dari api neraka, yaitu siapa saja yang bisa menguasai diri tatkala didera oleh keinginan, rasa takut, nafsu, syahwat, dan kemarahan.” Al-Hafidz Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah menerangkan:
Di antara sebab terbesar yang membantu seseorang untuk tetap giat menuntut ilmu, memahaminya, dan tidak jemu adalah memakan sedikit dari sesuatu yang halal. Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata: “Aku tidak pernah kenyang semenjak 16 tahun lalu. Karena, banyak makan akan menyebabkan banyak minum, sedangkan banyak minum akan membangkitkan keinginan untuk tidur,
Abu Umar bin Abdil Barr rahimahullah berkata: “Menuntut ilmu itu ada tahapan-tahapannya. Ada marhalah-marhalah dan tingkatan-tingkatannya. Tidak sepantasnya bagi penuntut ilmu untuk melanggar/melampaui urutan-urutan tersebut. Barangsiapa secara sekaligus melanggarnya, berarti telah melanggar jalan yang telah ditempuh oleh as-salafus shalih rahimahumullah. Dan barangsiapa yang melanggar jalan yang mereka tempuh secara sengaja,
Dari Ibnu Abi Uwais, dari ayahandanya, dari Al-Walid bin Dawud bin Muhammad bin Ubadah bin Ash-Shamit, dari saudara sepupunya Ubadah bin Al-Walid diriwayatkan bahwa ia berkata: “Ubadah bin Ash-Shamit pernah bersama Muawaiyyah. Setelah berkumandang adzan Jum’at, khatibpun naik mimbar sambil memuji dan menyanjung Muawiyyah. Maka Ubadahpun berdiri dengan membawa tanah
Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya kepada para syaikh dari kalangan bani ‘Abbas: “Dengan apa kalian memerangi manusia?” Mereka menjawab: “Dengan kesabaran. Tidaklah kami menjumpai suatu kaum (musuh, pen.) melainkan kami bersabar menghadapi mereka sebagaimana mereka bersabar menghadapi kami.” Sebagian salaf berkata: “Masing-masing dari kami tidaklah menyukai kematian dan sakitnya luka-luka, akan
Dari Hammad bin Salamah diriwayatkan bahwa ia berkata: “Ali bin Zaid telah menceritakan kepada kami, dari Ibnul Musayyab bahwa ia berkata: “ketika Shuhaib pergi berhijrah. Ternyata ia diikuti oleh sekelompok orang. Maka beliau langsung turun dari kendaraannya dan menyiapkan anak panahnya seraya berkata: “Kamu sekalian pasti tahu bahwa aku adalah
Abul Faraj Ibnul Jauzi rahimahullah ketika menerangkan ucapan Abu Thayyib Al-Mutanabbi mengatakan: “Aku tidak menganggap aib-aib manusia sebagai kekurangan, seperti kurangnya orang-orang yang mampu mencapai kesempurnaan.” Beliau rahimahullah berkata: “Seyogianya orang yang berakal berusah menyempurnakan dirinya sampai pada batas maksimal yang ia mampu. Seandainya digambarkan kepada anak Adam dirinya dapat
SESEORANG hendaknya membagi waktu siang dan malamnya. Semestinya dia memanfaatkan umurnya, karena sisa umur seseorang tidak ternilai harganya. – Waktu terbaik untuk menghafal adalah waktu sahur. – Waktu untuk membahas/meneliti (suatu permasalahan) adalah di awal hari. – Waktu terbaik untuk menulis adalah di tengah siang. – Waktu terbaik untuk menelaah
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuberkata, Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu biasa berkata, Seandainya ada kambing yang matii di tepi sungai Eufrat, sungguh aku takut jika Allah menghisab Umar karena kambing itu.” (Shifatush Shafwah I/285). Dari Abdullah bin Amir radhiyallahu ‘anhuberkata, Aku melihat Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu mengambil jerami
Dari Al-A’masy, dari Syahar bin Hausyab, dari Al-Harits bin Umairah diriwayatkan bahwa ia berkata: “Aku pernah duduk disamping Muadz, ketika beliau sedang tidak sadar. Beliau pingsan, kemudian sadar, terbangun dan berkata:”Aku tercekik karena kehendak-Mu. Demi kemuliaan-Mu, sungguh aku benar-benar mencintai-Mu.” (Siyaaru A’laamin Nubalaa’ I:460) Dari Asy-Sya’bi diriwayatkan bahwa ia berkata:
Dari al Hasan berkata, Abu Bakar ash Shiddiq radhiyallahu 'anhu berkata, “Duhai, andai saja aku adalah sebuah pohon yang ditebang kemudian di makan.” [Shifatush Shafwah I/251] Dari Yahya bahwa Abu Bakar ash Shiddiq radhiyallahu 'anhu berkata dalam khutbahnya, “Dimanakah orang-orang yang wajahnya elok dan kagum dengan keadaan dirinya? Dimanakah para