Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu telah mengirim Iyadh bin Ghanam untuk memimpin pasukan Islam untuk bergabung dalam usaha pembebasan Irak, dan dia telah menentukan jalan-jalan yang harus di lewati. Salah satu tempat yang harus dilewati pasukan Iyadh adalah Daumah Al Jandal. Pasukan Islam lalu mengepung daerah tersebut dalam waktu yang cukup
Al-Hirah adalah ibukota kerajaan Arab yang terasing. Kerajaan ini merupakan kerajaan yang paling besar dan paling terkenal dibanding kerajaan-kerajaan Arab lainnya. Suku-suku Arab banyak terkelompok di daerah-daerah yang berlainan, dan mereka tunduk kepada Persia.209 Setelah Khalid bin Walid menjalani sejumlah peperangan melawan Nashrani Arab di kawasan Irak, Khalid bertolak menuju
Pembebasan Persia dan Irak Kerajaan Persia sudah sejak dulu merupakan sebuah kerajaan yang kuat dan memiliki wilayah yang sangat luas. Luas wilayahnya membentang dari timur negeri Syam di sisi barat, hingga negeri Afganistan di sebelah timur, dari laut Khazar (Qazwin) di sisi utara, sampai negeri As-Sind di sebelah selatan. Meliputi
Telah diketahui bahwasanya Mesir, Syam, Afrika Utara adalah daerahdaerah yang berada di bawah penguasaan kekaisaran Roma, Bizantium. Tampuk kekuasaan dalam kekaisaran adalah seorang Kaisar yang telah menjadikan Konstantinopel sebagai ibu kota negaranya. Kaisar memiliki hak untuk mengambil keputusan. Untuk itu, dia dibantu oleh beberapa orang tim ahli dan para penasehat[1].
AYAH MIQDAD bernama Amru. Suatu hari Amru melakukan pembunuhan di tengah kaumnya, maka dia melarikan diri ke Hadramaut hingga mendapatkan perlindungan dari suku Kindah. Oleh karena itu, Amru disebut dengan Al-Kindi, merujuk pada suku Kindah sebagai suku yang melindunginya. Di sana, Amru menikah dengan seorang wanita, dan dari pernikahan ini
THARIQ BIN ZIYAD merupakan bekas budak yang memiliki peran penting dalam perang penaklukan yang dilakukan oleh pasukan Muslimin. Dia adalah bekas budak Musa bin Nushair. Karena Musa bin Nushair sudah begitu percaya kepada Thariq, maka dia mendapatkan kepercayaan sebagai pemimpin pasukan. Kedua orang ini berhasil memperluas pengaruh Dinasti Umayyah dan
Orang-orang Utsmani berasal dari keturunan kabilah Turkmenia. Pada permulaan abad ke-7 H bertepatan dengan abad ke-13 M mereka hidup di Kurdistan. Mereka berprofesi sebagai penggembala. Akibat serangan orang-orang Mongol di bawah pimpinan Jengis Khan ke Iraq dan wilayah-wilayah timur Asia Kecil, maka pada 617 H (1220 M) Sulaiman, kakek dari
Berdirinya Daulah ‘Abbasiyyah Pada akhir-akhir abad pertama hijriyyah, kalangan Abbasiyyun memulai berpikir dan menentukan langkah-langkah untuk mencapai kursi khilafah dan menghabisi Daulah Umawiyyah. Ketika itu kalangan Abbasiyyun berkumpul di desa Humaimah yang masuk dalam wilayah Palestina. Upaya mereka untuk mencapai kursi khilafah terbantu dengan sejumlah perkara berikut: 1. Keadaan yang
Kota Damaskus Damaskus adalah sebuah kota tua. Kota ini didirikan sebelum kelahiran Nabi lbrahim ‘alaihissalam. Banyak legenda / dongeng tentang pendirian kota ini. Kota ini memiliki banyak sungai dan kebun. Letak kota berada pada tanah yang datar dikelilingi oleh gunung yang tinggi di sebelah Utara dan Baratnya. Kaum muslimin berhasil
Fitnah yang mereka munculkan disini adalah berbagai macam pemikiran yang menyimpang yang dikembangkan dan dijadikan sebagai peluang emas oleh musuh-musuh Islam, baik kalangan kaum Sabaiyyah maupun yang lainnya. Dengan itu mereka membesarkan api fitnah dan peperangan di dalam tubuh daulah Islam ini. Kelompok-kelompok yang paling berperan adalah: 1. Syi’ah (Rafidhah)
Setelah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz meninggal, beliau digantikan oleh Yazid bin ‘Abdul Malik. Masa pemerintahannya berlangsung selama empat tahun, dari tahun 101 H sampai tahun 105 H. Beliau memegang khilafah karena wasiat dari saudaranya yaitu Sulaiman Pada masa beliau memerintah, sejumlah gejolak dalam negeri beliau hadapi, yang paling penting adalah
Setelah Al Walid bin ‘Abdul Malik meninggal, kekuasaan digantikan oleh saudaranya yaitu Sulaiman bin ‘Abdul Malik. Masa beliau memerintah adalah masa pemerintahan yang singkat namun penuh berkah, yaitu hanya berlangsung selama tiga tahun dari tahun 96 H sampai tahun 99 H. Pada masanya juga jihad untuk menaklukan Konstantinopel dan selainnya