Di suatu senja sepulang kantor, saya masih berkesempatan untuk ngurus tanaman di depan rumah, sambil memperhatikan beberapa anak asuh yang sedang belajar menggambar peta, juga mewarnai. Hujan rintik rintik selalu menyertai di setiap sore di musim hujan ini. Di kala tangan sedikit berlumuran tanah kotor,…terdengar suara tek…tekk.. .tek…suara tukang bakso
Barangsiapa yang sejak awal memperhatikan kesudahan dari berbagai perkara dengan mata hatinya, niscaya dia akan mendapatkan kebaikannya dan selamat dari keburukannya. Sedangkan orang yang tidak memperhatikan kesudahan berbagai perkara, maka perasaan akan mendominasi dirinya. Maka keselamatan yang sebenarnya dia cari, justru akan berbalik menjadi kepedihan; dan kenyamanan yang sebenarnya dia
Suatu keharusan bagi orang yang berakal untuk mengambil bekal kepergiaannya (dari dunia); karena dia tidak tahu kapan keputusan Tuhannya akan datang mengejutkannya? Dia pun tidak tahu kapan dia akan dipanggil? Sungguh, aku lihat banyak orang yang terpedaya oleh masa muda. Mereka lupa telah kehilangan teman sejawat, dan terbuai panjangnya angan-angan.
Terkadang muncul mawas diri (kesadaran) kala seseorang tengah mendengarkan wejangan. Namun kala dia sudah berpisah dari majelis ilmu tersebut, kerasnya hati dan kelalaiannya pun muncul kembali. Aku pun merenungkan penyebab hal itu. Akhirnya aku pun tahu. Dan aku perhatikan orang-orang berbeda-beda dalam masalah ini: Kondisi umumnya orang-orang, bahwa saat mendengar
Orang-orang Utsmani berasal dari keturunan kabilah Turkmenia. Pada permulaan abad ke-7 H bertepatan dengan abad ke-13 M mereka hidup di Kurdistan. Mereka berprofesi sebagai penggembala. Akibat serangan orang-orang Mongol di bawah pimpinan Jengis Khan ke Iraq dan wilayah-wilayah timur Asia Kecil, maka pada 617 H (1220 M) Sulaiman, kakek dari
Perang Uhud tiba, ‘Abdullah bin Jahsy dan kawannya Sa’ad bin Abi Waqqosh dalam perang ini mempunyai cerita yang tidakterlupakan. Biarkan kesempatan ini kita berikan kepada Sa’ad, biar beliau sendiri yang menyampaikan ceritanya dan cerita kawannya. Sa’ad bin Abi Waqqosh berkata, “Di perang Uhud, aku bertemu dengan ‘Abdullah bin Jahsy, dia
Syaikh Abu Bakar Jabir AI-Jaza-iri hafizhahullah bercerita: “Saya pernah memiliki seorang kakak perempuan bernama Sa’diyyah. Pada suatu hari, ketika kami masih sama-sama kecil, kami mengambil setandan kurma melalui tali yang sudah diikatkan pada tandan tersebut. Saudariku —Sa’diyyah— menarik tali tersebut, namun ia kerepotan, hingga akhirnya setandan kurma tersebut jatuh ke
Suatu hari sepasang suami istri pergi ke Kebun Binatang. Di sana, keduanya melihat seekor monyet sedang bermain dengan pasangannya. Seketika sang istri berkomentar, “Aduhai alangkah indahnya cinta mereka!” Kemudian kedua sejoli itu berlalu lalu berhenti di depan kandang harimau. Keduanya menyaksikan seekor harimau jantan duduk termangu, sedang pasangannya, harimau betina,
Dikisahkan bahwa az-Zamakhsyari rahimahullah kakinya buntung. Ketika ditanya tentang sebabnya, dia mengatakan, “Karena do’a ibuku, sebab dulu ketika masih kecil aku merawat burung lalu aku ikat kakinya dengan tali, ternyata dia lepas dariku dan aku pun mengejarnya hingga dia masuk ke sebuah lubang, aku pun menariknya hingga kakinya patah. Melihat
Umar bin Abdul Aziz rahimahullah pernah menulis surat kepada Pendidik anak-anaknya.Beliau rahimahullah berkata, “Hendaklah yang mereka ketahui pertama kali dari Pengajaranmu adalah rasa benci terhadap alat-alat musik.Karena hal itu berawal dari setan dan mendatangkan kebenciab dari Ar-Rahman. Sungguh telah sampai kepadaku dari orang-orang terpercaya yang berilmu,bahwa menghadiri tempat musik dan
Ibnu Jauzi rahimahullah berkata dalam bukunya Shaidul Khatir hal.158: “Perkara paling utama adalah mencari tambahan ilmu. Sebab, orang yang membatasi ilmunya dan merasa cukup dengannya pasti akan keras kepala. Perasaan superirornya akan menghalanginya dari mendapatkan manfaat. Dengan belajar, seseorang akan mengetahui kesalahannya.” Artikel: www.KisahIslam.net Facebook Fans Page: Kisah Teladan &
Muhammad bin Thohir Al Maqdisi namanya. Dia salah satu dari sekian ulama yang menanggung penderitaan dalam menuntut ilmu. Suatu ketika dia berkata: “Saya pernah kencing darah 2 kali saat-saat belajar hadits; sekali di Baqdad dan sekali di Mekkah karena saya berjalan kaki tanpa menggunakan alas kaki dibawah terik sinar matahari