Ibnul Mubarok berkata: “Dahulu seseorang (para sahabat) apabila melihat pada saudaranya terdapat hal yang tidak ia sukai iapun memerintahkannya atau melarangnya dengan sembunyi, sehingga dia diberi pahala atas rahasia dan larangannya (dari sesuatu yang tidak disenangi). Adapun hari ini, apabila seseorang melihat apa yang ia tidak sukai, ia membuat marah
Imam asy-Sya’bi Rahimahullah pernah ditanya tentang satu masalah, beliau menjawab: “Saya tidak tahu”. Maka si penanya heran dan berkata: “Apakah engkau tidak malu mengatakan ‘tidak tahu’, padahal engkau adalah ahlul fiqh negeri Iraq?” Beliau menjawab: “Tidak, karena para malaikat sekalipun tidak malu mengatakan ‘tidak tahu’ ketika Allah tanya: “Sebutkanlah kepada-Ku
Khulaid al-Ashri mengatakan bahwa semua orang yakin akan mati, tapi tak ada yang mempersiapkan diri untuk hal itu. Semua orang yakin akan adanya Surga, tapi tak ada yang berusaha mendapatkannya. Semua orang yakin akan adanya Neraka, tapi tak ada yang takut padanya. Lalu, apakah yang kamu pakai untuk mendaki? Apa
Wahai orang yang mengharapkan pahala tanpa amal dan mengharapkan taubat dengan panang angan-angan.. Apakah engkau berbicara tentang dunia seperti orang yang zuhud dan bekerja untuk dunia seperti orang rakus yang tidak menerima bagian yang sedikit dan tidak puas dengan bagian yang banyak? Engkau benci kematian karena dosa-dosamu, dan engkau mengurus
Seorang lelaki bertanya kepada ahli hikmah, “Ajarkanlah aku sesuatu yang mendekatkanku kepada Allah dan manusia.” Lantas ia jawab, “Adapun sesuatu yang mendekatkanmu kepada Allah adalah memohon kepada-Nya, sedangkan sesuatu yang mendekatkanmu kepada manusia adalah tidak memohon/meminta-minta kepada mereka.” Sumber: Catatan Harian Muslim Sejati, Abdul Ilah bin Sulaiman ath-Thayyar Artikel: www.kisahislam.net
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah di dalam Majmuu’ Fataawa wa Rasaail jilid 7 , menuliskan beberapa faedah yang terkait dengan permasalahan aqidah. Salah satu faedah yang beliau sebutkan di halaman 250 dari Majmuu’ Fataawa wa Rasaail jilid 7 adalah : Faedah: Syaikul Islam di dalam kitab An Nubuwwat
Imam Syamsuddin bin Abdullah bin Abu Bakr atau Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullah berkata : Seorang hamba tidaklah terjatuh dalam perbuatan haram kecuali karena dua sebab : 1. Jeleknya prasangka dia kepada Rabb-Nya. Karena jika seandainya dia mentaati-Nya dan lebih mengutamakan-Nya maka sesuatu yang halal lebih baik baginya. 2. Dia
“Bayangkan kala Anda berdiri tanpa busana kala amal diperlihatkan… Merasa terasing, resah dan bimbang… Saat neraka menyala-nyala karena murka dan marah… Kepada para pendosa, dan Robb Pemilik ‘Arsy juga murka… ‘Bacalah catatan amalmu wahai hambaKu dengan perlahan, Apakah kau melihat adanya satu huruf pun yang tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya?’
Aku berpendapat bahwa tidak masalah menceritakan kisah su’ul khotimah dari kejadian yang ada dengan dua syarat: 1) Su’ul khotimah tersebut benar-benar terbukti secara syar’i maupun akal, 2) nama orang atau ciri-ciri orang tersebut tidak disebutkan. @dr_abusalah Dr Muhammad Hisyaam Thaahiri, mendapatkan gelar Doktor dari Fakultas Akidah Universitas Islam Madinah, Imam dan
Dalam sebuah hadits disebutkan, “Pada hari Jum’at, ada satu waktu yang tidaklah seorang muslim berdoa kebaikan pada waktu tersebut, melainkan pasti dikabulkan”. Pendapat yang paling kuat, waktu tersebut adalah sebelum tenggelam matahari sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abbas, Abu Hurairah, ‘Atha dan Thawuus. @AbdulazizTarifi Dr. Abdul Aziz Tharifi, ulama yang mengampu
~ Jika engkau melihat seorang yang kelihatannya membela kebenaran, tapi dia lakukan sambil mencela-cela, menghina-hina dan marah-marah, ketahuilah bahwa ada kesalahan dalam niatnya, karena kebenaran tak butuh dibela dengan cara seperti ini (Imam Malik) @MohamadAlarefe Dr. Muhammad bin Abdurrahman Al ‘Arifi, dosen di King Saud University (KSU), Riyadh, anggota Rabithah
Maimun bin Mihran rahimahullah mengatakan: “Berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan lisan adalah kebaikan. Yang lebih dari itu adalah seorang hamba mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala tatkala bermaksiat, kemudian dia menahan diri darinya.” Umar bin Abdil ‘Aziz rahimahullah berkata: “Bukanlah takwa itu dengan (amalan sunnah seperti) bangun di waktu