Umar bin Abdul Aziz rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya, orang-orang terdahulu (para ulama salaf, -red.) diam karena ilmu. Mereka pun menahan diri (dari sesuatu) karena mata hati yang tajam. Sungguh, mereka lebih mampu meneliti (sebuah masalah) kalau mereka mau melakukannya.” Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Sungguh, banyak orang belakangan yang tertipu dengan hal
Al-Ashma’i menuturkan bahwa Abu ‘Amr ibnul ‘Ala [1] rahimahullah pernah berkata kepadanya, “Berhati-hatilah engkau jika menghinakan orang yang mulia, atau memuliakan orang yang tercela, atau mempersulit urusan orang yang berakal, atau mencandai orang yang dungu, atau bergaul dengan orang yang jahat. Tidak termasuk adab apabila engkau menjawab orang yang tidak
Musa bin Uqbah ash-Shuri datang ke Baghdad. Hal ini disampaikan kepada al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah. Kata beliau, “Perhatikan, kepada siapa dia singgah dan kepada siapa dia berlindung.” (al-Ibanah, 2/479-480 no. 511) Al-Imam al-Auza’i rahimahullah mengatakan, “Siapa yang menyembunyikan bid’ahnya dari kita, tidak akan tersembunyi dari kita pertemanannya.” (al-Ibanah, 2/476,
Ibnu Abi ad-Dunya rahimahullah meriwayatkan dari Muhammad bin Wasi’ rahimahullah bahwa dia berkata, “Siapa yang sedikit makannya dia akan bisa memahami, membuat orang lain paham, bersih, dan lembut. Sungguh, banyak makan akan memberati seseorang dari hal-hal yang dia inginkan.” Diriwayatkan dari Utsman bin Zaidah rahimahullah, dia berkata bahwa Sufyan ats-Tsauri
Di jelaskan dalam kitab “Zuhud” karangan Abdullah bin Mubarak rahimahullah hal 491. Dari Umar bin Khattab radiyallahu anhu bahwasanya beliau pernah berkata: “Jangan coba-coba engkau menjerumuskan dirimu ke dalam perkara yang tidak ada gunanya, menyingkirlah dari musuhmu, ketika meminta bantuan untuk menjaga barangmu maka pilihlah orang yang bisa di percaya,
Ibnu Al Jauzi rahimahullah memberi nasihat agar manusia menyadari kemuliaan waktunya dan harga waktunya, maka ia hendaklah tidak mensia-siakannya walau sebentar kecuali untuk mendekatkan diri kepada Allah. Hingga ia memprioritaskan yang paling utama dari perkataan dan perbuatan. Ibnu Al Jauzi juga menyebutkan bahwa sebagian para pendahulu juga tidak mensia-siakan waktu
Imam Al Ghazali menyatakan di dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin, 1/69, ”Barang siapa diam karena tidak tahu dan itu dilakukan karena Allah maka pahalanya tidak lebih sedikit dibanding siapa yang berbicara, karena pengakuan atas ketidaktahuan lebih berat bagi hati.” (hidayatullah.com) Artikel: www.kisahislam.net Facebook Fans Page: Kisah Teladan & Sejarah Islam =
Ibnu Mas’ud rodhiyallaahu ‘anhu berwasiat kepada rekan-rekannya, beliau berkata, “Jadilah kalian sumber-sumber ilmu, lampu-lampu petunjuk, tikar-tikar rumah, obor-obor malam, berhati besar, berpakaian sederhana, dikenal di langit dan tidak dikenal di antara penduduk bumi.” Bila ada yang berkata, ini mengandung keutamaan ketidaktenaran dan celaan terhadap kemasyhuran, lalu adakah kemasyhuran yang lebih
Seorang miskin mengadukan kemiskinannya kepada seorang berilmu. Si miskin memperlihatkan kesedihannya yang mendalam atas keadaannya. Maka orang berilmu itu bertanya kepadanya, “Maukah kamu mempunyai sepuluh ribu dirham dan kamu buta?” Dia menjawab, “Tidak.” Orang berilmu bertanya lagi, “Maukah kamu mempunyai sepuluh ribu dirham dan kamu bisu?” Dia menjawab, “Tidak.” Orang
Jika engkau hendak berbicara,maka jauhilah sifat merasa kagum dengan diri sendiri, sok fasih dan terlalu memaksakan diri dalam bertutur kata,sebab ini merupakan sifat yang sangat dibenci Rasulullah Shallallahu Alaihi wa aalihi wasallam,dimana Beliau bersabda: “Sesungguhnya orang yang paling aku benci diantara kalian dan yang paling jauh majelisnya dariku pada hari
Umar bin Abdul Aziz rahimahullah berkata kepada salah seorang pendampingnya, “Wahai Fulan, Aku tadi malam tidak bisa tidur karena merenungkan sesuatu.” Dia berkata, “Apa yang sedang Engkau renungkan, wahai Amirul Mukmmin?” Beliau menjawab, “Aku sedang merenungkan kuburan dan penghuninya. Jika kamu menyaksikan mayat pada hari ketiganya di dalam kubur, nisc
Imam Ibnu Hazm berkata: “Sebuah cara yang paling manjur untuk mendapatkan ketenangan adalah mengabaikan omongan orang dan memperhatikan ucapan Sang Pencipta alam. Barangsiapa yang menyangka bahwa dirinya bisa selamat dari celaan manusia, maka dia telah gila. ->Seorang yang mencermati secara seksama -sekalipun ini pahit rasanya- niscaya akan mengetahui bahwa celaan