Kepribadian ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz dan kebijakannya yang adil memberi pengaruh yang mendalam dalam kehidupan masyarakat, kecenderungan, keinginan dan minat mereka. Hal ini ditunjukkan oleh apa yang disebutkan oleh Ath-Thobari dalam tarikh beliau dengan melakukan perbandingan antara zaman ‘Umar dengan zaman khilafah sebelumnya. Ath-Thobari berkata, “Al-Walid adalah kholifah yang gemar
Suatu hari Khalifah Sulaiman bin Abdilmalik pergi haji. Ketika akan shalat, ia melihat seorang arab badui di sampingnya dan Khalifah pun merasa senang. Kemudian Khalifah berkata kepada arab badui tersebut, “Apa kamu ada kebutuhan yang bisa saya bantu?” Arab badui itu menjawab, “Saya malu kepada Allah, berada di rumah-Nya tapi
QADHI Baha’uddin bin Syaddad dalam bukunya, An-Nawadir As-Sulthaniyah wal Mahasin Al-Yusufiyah, dalam peristiwa Ar-Raml di daerah ‘Aka, menulis: “Salah satu keunikan kisah ini yaitu, ada sebuah kerajaan dipimpin oleh raja bernama Sarasinqar. la seorang muslim. Sarasinqar sangat pemberani, dan telah membunuh banyak sekali musuh Allah dari tentara salib dan mengalahkan
Kisah ini di nukil dari kitab “Tarikhul Khulafaa” yang di karang oleh Imam Jalaludin as-Suyuthi rahimahullah pada hal 320, ketika beliau sedang menjelaskan biografi Khalifah al-Abaasiyah Abu Abaas Abdullah al-Ma’mun bin Harun ar-Rasyid rahimahumullah. Dan kisah ini diriwayatkan dari Ibrahim bin Sa’id al-Jauhari, beliau berkata: “Di hadapan al-Ma’mun ada seorang
Suatu hari Ma’mun melongok dari istananya. Dia melihat seorang laki-laki dengan arang di tangannya. Dia menulis dengan arang itu di dinding istana. Ma’mun berkata kepada salah seorang pembantunya, “Pergilah kepada orang itu. Bawa dia kemari dan baca apa yang dia tulis.” Pembantunya pun turun untuk menangkap laki-laki itu. Dia membaca,
Diceritakan bahwa raja Khasru bin Abrawiz suka sekali makan ikan. Suatu hari sang permaisuri, Syirin, bercengkrama di taman. Lalu datanglah seorang nelayan dengan membawa ikan besar, dan dia memberikannya sebagai hadiah kepada raja. Ikan itu diletakkan di depannya. Raja mengaguminya, maka dia memerintahkan agar nelayan itu diberi empat ribu dirham.
Dalam kitab Rawai’ min at-Tarikh al-‘Usmani diriwayatkan sebuah kisah yang menggambarkan keadilan kaum muslim meskipun terhadap pemeluk agama lain. Kisahnya berawal ketika Sultan Muhammad al-Fatih memerintahkan untuk membangun sebuah Masjid di kota Istambul. Sultan menunjuk seorang arsitek berkebangsaan Romawi, Abslante yang terkenal hebat saat itu, menjadi konsultan pembangunan Masjid tersebut.
Faisal bin ‘Abd al ‘Aziz Al Sa’ud (1906 – 25 Maret 1975) adalah Raja Arab Saudi yang menjabat mulai tahun 1964 hingga tahun 1975. Raja Faisal lahir di Riyadh dan merupakan anak keempat Raja Abdul Aziz Al Saud. Faisal juga keturunan langsung syaikh Muhammad Abdul Wahhab melalui ibunya. Di antara
Ada seorang raja yang memimpin suatu negeri. Raja ini memiliki seorang pembantu yang jika ia terkena musibah, ia selalu berkata “Al Khair Mukhtarallah” (Yang terbaik adalah pilihan Allah). Suatu hari Raja tersebut makan. Kemudian salah satu jarinya terpotong pisau. Spontan pembantunya berkata “Al Khair Mukhtarallah” (Yang terbaik adalah pilihan Allah).
Pada suatu malam yang gelap Umar bin Abdul Aziz memasuki masjid. Ia melewati seorang lelaki yang tengah tidur nyenyak. Lelaki itu terbangun dan berkata: “Apakah engkau gila!” Umar menjawab: “Tidak.” Namun para pengawal berusaha meringkus lelaki itu. Namun Umar bin Abdul Aziz mencegah mereka seraya berkata: Dia hanya bertanya: “Apakah
Tatkala Khalifah Harun Ar-Rasvid mendekati ajalnva, dia berkata kepada orang-orang yang ada di sekitarnya, “Bawalah aku ke kuburku, agar aku bisa melihatnya!” Maka mereka pun membawanya. Ketika dia melihatnya dan menyaksikan ruangannya yang sempit, maka dia pun menangis tersedu-sedu dan membaca ayat: “Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang
Sejarah mausia telah dilewati oleh peradilan-peradilan besar, tetapi ada satu peradilan terbesar yang diketahui oleh sejarah, yaitu peradilan yang terjadi di kota Samarkand. Samarkand adalah sebuah kota besar, yang sekarang menjadi salah satu bagian dari Republik Rusia (salah satu Propinsi di Uzbekistan), dekat dengan Cina. Penduduk Samarkand kala itu memiliki