Ahmad bin Muhammad bin Hani` Al-Faqih [1] Dia adalah Abu Bakar Al-Atsram Ath-Thai. Dikatakan berafiliasi pada suku Al-Kalbi Al-Iskafi Al-Hafizh. Dia adalah sahabat Imam Ahmad. Dia menghimpun dan menyusun banyak hadits. Dia melakukan takhrij terhadap kitab Al-‘Ilal. Dia memiliki beberapa pertanyaan yang dia tanyakan kepada Imam Ahmad. Abu Bakar Al-Khalal berkata,
FASE KEDUA Setelah beliau menegaskan pengumuman taubatnya tersebut, beliau meninggalkan kota Bashrah menuju kota Baghdad. Pada fase ini, beliau memiliki kecondongan kepada pemahaman ulama Ahlus Sunnah. Namun, beliau belum sepenuhnya memeluk madzhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Saat itu, beliau masih terpengaruh oleh pemikiran Abu Muhammad Abdullah bin Sa’id bin Kullab.
Abul Hasan Al-Asyari, sebuah nama yang akrab di telinga kaum muslimin. Nama yang begitu membahana, sering disebut-sebut dalam majelis. Memang, banyak kaum muslimin yang menisbatkan diri kepada beliau terutama dalam masalah akidah. Yaitu hanya menetapkan sebagian nama dan sifat bagi Allah ‘azza wa jalla. Kita mungkin sering mendengar lantunan pujian,
Karya-Karyanya* *Nama karya beliau ini diambil secara ringkas dari kitab Mauqif Ibnu Taimiyah Minal Asya’irah, karya Dr. Abdurrahman bin Shaleh Ali Mahmud 2/623-625, Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/203-204 Beliau seorang yang produktif menulis. Karya ilmiah beliau sangat banyak sekali. Di antara karyanya yang terkenal ialah: Pertama, dalam masalah ushuluddin dan aqidah:
Imam Al Ghazali, sebuah nama yang tidak asing di telinga kaum muslimin. Tokoh terkemuka dalam kancah filsafat dan tasawuf. Memiliki pengaruh dan pemikiran yang telah menyebar ke seantero dunia Islam. Ironisnya sejarah dan perjalanan hidupnya masih terasa asing. Kebanyakan kaum muslimin belum mengerti. Berikut adalah sebagian sisi kehidupannya. Sehingga setiap
“Tidaklah seseorang dikatakan sebagai orang yang termasuk pecinta dan pendengar setia Al-Qur’an Al-Karim, apabila ia tidak mengenal ‘Imam Besar Masjid al-Haram’, atau tidak mengenal suaranya di antara ratusan suara para imam yang ada… walaupun baik, indah dan istimewa suara mereka…. Tidak lain karena bacaan Syaikh Su’ud asy-Syuraim, memiliki khas tersendiri
7. Sa’id bin al Musayyab Rahimahullah Menikahkan Puterinya Dari Abu Bakar bin Abi Dawud, dia mengatakan, “Puteri Said bin Al-Musayyib telah dipinang oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan untuk dinikahkan dengan puteranya yang bernama Al-Walid. Tapi Sa’id menolaknya. Dia terus membuat dalih alasan kepada Abdul Malik hingga Abdul Malik mencambuknya
5. Keahliannya dalam Menafsirkan Mimpi Adz-Dzahabi berkata, “Al-Waqidi mengatakan bahwa Said bin Al Musayyib adalah orang yang paling berkompeten dalam menafsirkan mimpi di kalangan masyarakat. Said mempelajarinya dari Asma’ binti Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anha sedangkan Asma’ sendiri mempelajarinya dari ayahnya.” Dalam kitab Ath-Thabaqat, Ibnu Sa’ad meriwayatkan beberapa mimpi dan
3.Ibadahnya Dari Harmalah bin Said bin Al-Musayyib, dia berkata bahwa Said pernah mengatakan, “Aku tidak pernah meninggalkan shalat berjamaah selama 40 tahun.” Dari Utsman bin Hukaim, dia berkata, “Aku pernah mendengar Said bin Al-Musayyib berkata, “Selama 30 tahun, setiap kali para Muadzin mengumandangkan adzan, pasti aku sudah berada di dalam
1. Nama, Panggilan, Kelahiran dan Sifatnya Namanya: Said bin Al-Musayyib bin Hazn bin Abi Wahb Ibnu Amr bin A’id bin Imran bin Makhzum Al-Qurasy Al-Makhzumi Al-Madani. Dia adalah pembesar para tabi’in. Kunyah atau Panggilannya: Abu Muhammad. Ibnu Sa’ad pernah meriwayatkan dengan sanadnya dari Ali bin Zaid dari Said bin Al-Musayyib
Tokoh kita kali ini adalah salah seorang yang berpengetahuan luas dan yang biografinya pantas kami ketengahkan. Memang dia tidak begitu terkenal di kalangan khalayak umum, akan tetapi karena kepakaran ilmunya, dia bisa dikenal di kalangan intelektual dan para cendikia. Dialah pembesar para tabi’in Said bin Al-Musayyib. Dia sezaman dengan para
Beliau bernama Abu Abdul Aziz Ibrahim bin Muhammad bin Ibrahim bin Abdul Lathif bin Abdurrahman bin Hasan Alu Asy-Syaikh, lahir di Riyadh pada tanggal 17 Muharam 1311 H (1890). Beliau besar di lingkungan yang baik, di bawah bimbingan kakeknya, Syaikh Ibrahim bin Abdul Lathif. Syaikh Ibrahim berhasil menghafal AI-Quran pada