Oleh : Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Latif Abu Yusuf hafidzahullah Alkisah Ada sebuah kisah yang cukup masyhur di negeri nusantara ini tentang peristiwa pada saat menjelang Perang Salib. Ketika itu kekuatan kafir menyerang negeri Muslimin dengan segala kekuatan dan peralatan perangnya. Demi melihat kekuatan musuh tersebut, sang raja muslim
Sirin berhasrat menyempurnakan separuh dari agamanya dengan menikah setelah Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu membebaskannya dari belenggu perbbudakan dan setelah pekerjaannya mendatangkan banyak keuntungan, karena dia memang seorang ahli membuat periuk. Jatuhlah pilihannya pada budak wanita Abu Bakar Ash-Shiddiq yang bernama Shafiyah untuk dijadikan pendamping hidupnya. Shafiyah adalah seorang gadis
Sesungguhnya memperhatikan keadaan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sifat-sifat beliau dan prilakunya, membuahkan hasil yang sangat banyak. Seseorang akan lebih memahami akhlak beliau shallallahu ‘alaihi wasallam yang mulia, mengambil ibrah (pelajaran) darinya dan meneladaninya. Demikian juga mengetahui cara bersikap, berinteraksi dan berdakwah kepada manusia. Berikut ini kisah tentang wanita musyrik
Ali bin Abdullah Ad-Darbi menceritakan: “Ada satu kisah yang sangat berkesan bagiku, pernah suatu saat berangkatlah empat orang dari salah satu lembaga sosial di Kerajaan Saudi Arabia ke pedalaman Afrika untuk mengantarkan bantuan dari pemerintah negeri yang penuh kebaikan ini, Kerajaan Saudi Arabia. Setelah berjalan kaki selama empat jam dan
Nama dan Nasab Beliau adalah Ubaid bin Abdillah bin Sulaiman Al-Hamdani Al-Jabiri. Suku Hamdan termasuk dalam keluarga suku Jabir dan suku Jabir termasuk ke dalam keluarga suku Harb Al-Hijaz. Beliau adalah kepala suku Hamdan. Kelahiran Beliau dilahirkan di Hijaz pada tahun 1357 H di desa Al Faqir (yang sekarang telah
Keteladanan Agung Pada Hari Badar Abu Bakar telah ikut berpartisipasi dalam setiap peperangan bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia teguh bersama beliau dengan keteguhan tidak tertandingi. Pada hari (perang) Badar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta pendapat para shahabat, maka Abu Bakar berbicara dengan baik, lalu terjadilah peperangan. Ali
Hari itu, amirul mukminin Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu membeli seekor kuda dari seorang dusun. Setelah membayarnya, beliau menaiki kuda tersebut dan bermaksud pulang menuju rumahnya. Namun tak seberapa jauh dari tempat itu, tiba-tiba kuda tersebut menjadi cacat dan tak mampu melanjutkan perjalanan. Maka Umar membawanya kembali kepada si penjual
Tidak Pantas Bagiku Membuka Rahasia Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Umar bin Al Khaththab berkata ketika Hafshah binti Umar radhiyallahu ‘anha menjanda karena ditinggal suaminya, Khunais bin Hudzafah as Sahmi – salah seorang Shahabat Nabi yang wafat di Madinah-. Umar berkata, ‘Aku datang
Kitab Al-Kafila adalah seorang imam, ahli fiqih dan zuhud, Asy Syaikh Muwaffaquddin Abu Muhammad Abdullah Bin Ahmad Bin Muhammad Ibnu Qudamah al-Hanbali al-Almaqdisi. Beliau berhijrah ke lereng bukit Ash-Shaliya, Damaskus, dan dibubuhkanlah namanya ad-Damsyiqi ash-Shalihi, nisbah kepada kedua daerah itu. Dilahirkan pada bulan Sya’ban 541 H di desa Jamma’il, salah
Belum lagi tabi’in yang agung amirul mukminin Umar bin Abdul Aziz membersihkan tangannya dari mengebumikan jenazah khalifah sebelumnya Sulaiman bin Abdul Malik. Tiba-tiba beliau mendengar suarat gemuruh tanah di sekitarnya, lalu beliau berkata, “Ada apa ini?” Mereka menjawab, “Ini adalah kendaraan-kendaraan khilafah wahai amirul mukminin, telah dipersiakan agar Anda menaikinya.
Kitab Sunan al-Nasa’iNama lengkap Imam al-Nasa’i adalah Abu Abd al-Rahman Ahmad bin Ali bin Syuaib bin Ali bin Sinan bin Bahr al-khurasani al-Qadi. Lahir di daerah Nasa’ pada tahun 215 H. Ada juga sementara ulama yang mengatakan bahwa beliau lahir pada tahun 214 H. Beliau dinisbahkan kepada daerah Nasa’ (al-Nasa’i),
Dari Al-A’masy, dari Syahar bin Hausyab, dari Al-Harits bin Umairah diriwayatkan bahwa ia berkata: “Aku pernah duduk disamping Muadz, ketika beliau sedang tidak sadar. Beliau pingsan, kemudian sadar, terbangun dan berkata:”Aku tercekik karena kehendak-Mu. Demi kemuliaan-Mu, sungguh aku benar-benar mencintai-Mu.” (Siyaaru A’laamin Nubalaa’ I:460) Dari Asy-Sya’bi diriwayatkan bahwa ia berkata: