Hadiah Sepotong Kain

Para sahabat Rasulullah sangat mencintai Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena itu mereka berusaha untuk menunjukkan cinta mereka kepada Rasulullah dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan memberi hadiah.

Di Madinah ada seorang wanita yang pandai menenun kain. Kain yang sudah ditenunnya, ia jual kepasar Madinah. Suatu ketika ia hendak menenun kain yang khusus ingin ia hadiahkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Wanita itu mulai menenun kainnya dengan teliti dan hati-hati agar menghasilkan kain yang benar-benar bagus untuk Rasulullah. Beberapa hari kemudian, kain tenunnya selesai ia buat. Lalu ia pun mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membawakan hadiah untuk beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selembar kain burdah yang indah.
“Wahai Rasulullah, kain ini aku tenun dengan tanganku sendiri dan ingin aku hadiahkan kepadamu.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menerima kain itu dan memakainya sebagai kain sarung. Ketika Rasulullah keluar menemui para sahabatnya, ada sahabat yang mengatakan, “Wahai Rasulullah, bagus sekali kain itu. Berikanlah kepadaku.” Tanpa berpikir panjang, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam langsung menjawab, “Ya.”

Setelah pulang ke rumah Rasulullah melipat kain burdah itu dan mengirimkannya untuk sahabat yang memintannya. Melihat kejadian itu, ada sahabat lain yang menegur orang yang meminta kain burdah itu.

“Kamu telah melakukan sesuatu yang tidak baik. Kamu tahu bahwa Rasulullah membutuhkan kain itu tapi kamu malah memintanya. Padahal kamu juga tahu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menolak permintaan.”

Sahabat itu menjawab, “Demi Allah, aku memintanya bukan untuk aku pakai sehari-hari. Akan tetapi aku meminta agar kain ini menjadi kain kafanku ketika aku meninggal nanti.”

Dan benar saja, ketika sahabat tersebut meninggal dunia, kain burdah itu yang digunakan sebagai kain kafannya.” [HR.Bukhari dan Ahmad]

Sumber: 100 Kisah Rasulullah, Ibnu Syarqi, Muroja’ah Ust.Abu Umar Abdillah

Comments
All comments.
Comments