Cerita Tentang Nabi Zakaria ‘Alaihissalam

Suatu malam Zakaria bangun dari tidurnya seraya menyeru Rabbnya dengan suara yang ditahan dari pendengaran orang-orang yang hadir di rumahnya, “Wahai Rabbku, wahai Rabbku, wahai Rabbku!” Allah menjawab seruannya, “Ya, ya, ya.” Zakariyya Alaihissalam pun mengadu karena banyaknya uban di kepalanya, sebagaimana ungkapan Ibnu Duraid berikut,

Tidakkah Engkau lihat kepalaku menceritakan warnanya

Tanda Subuh di bawah buntut-buntut kegelapan

Yang putih telah menyala di antara yang hitam

Laksana nyala api di batang kayu besar dan keras

Zakaria adalah seorang tukang kayu, ia diberi kabar gembira oleh Allah tentang datangnya seorang anak pada masa tuanya. Berita gembira itu menjadi kenyataan. Tumbuhlah Yahya menjadi dewasa. Ia banyak menangis karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Banyak yang mengatakan bahwa sebab terbunuhnya adalah bermacam-macam. Penyebab yang paling populer adalah karena sebagian raja Damaskus hendak menikahi sebagian mahramnya, atau wanita yang tidak halal dinikahi. Yahya ‘Alaihissalam mencegahnya.

Ketika terjadi cinta yang membara antara wanita itu dengan raja, wanita itu nekat meminta kepada raja agar menumpahkan darah Yahya. Raja lalu mengutus seorang pembunuh, lalu membawa kepala dan darahnya di dalam mangkuk dari kuningan kepadanya. Dikatakan, “Wanita itu mati seketika.”

Dikatakan, “Yahya sangat dicintai oleh seorang wanita dari keluarga raja, namun Yahya enggan menerima cintanya, sehingga wanita itu meminta kepada raja agar membunuhnya. Pada mulanya raja menolaknya, namun setelah dibujuk, raja mengabulkannya. Wanita itu lalu mengirim seorang pembunuh, kemudian pembunuh itu memenggal kepala Yahya dan membawanya dengan ditaruh di dalam sebuah mangkuk kuningan kepada sang wanita.”

Al Hafizh Ibnu Asakir meriwayatkan dari Al Walid bin Muslim, dari Zaid bin Waqid, ia berkata, “Aku melihat kepala Yahya bin Zakaria ketika mereka hendak membangun masjid Damaskus, ketika dikeluarkan dari bawah tiang dari tiang-tiang yang mengarah ke Kiblat yang dekat dengan mihrab di arah Timur. Kulit dan rambutnya masih seperti sedia kala, tidak berubah, seakan-akan baru terbunuh satu jam lalu. Disebutkan bahwa ketika pembangunan masjid Damaskus, kepala itu berada di bawah tiang yang sangat dikenal dengan nama As-Sakasikah” Wallahua’lam.

Sumber: Ringkasan Bidayah wan Nihayah – Ibnu Katsir, Diringkas oleh Syaikh Ahmad Khani, Pustaka as Sunnah.

Comments
All comments.
Comments