Seekor Semut Mengajariku (Pelajaran Pertama)

Hikmah adalah satu hal yang hilang dari seorang mukmin. Di mana pun ia menemukannya maka ia lebih pantas untuk mendapatkan kebenaran. Seharusnya dicari di setiap tempat dan makhluq, tidak peduli apakah dari seekor makhluq kecil dan lemah sekalipun. Bukan suatu yang aneh jika kemudian kita belajar kebenaran dari media yang Allah meletakkan dalam kata-kata atau tindakan suatu makhluq. Al-Quran telah mendokumentasikan pembicaraan beberapa hewan, di antara ayat-ayat yang berbicara tentang hewan dan memberikan pelajaran berharga untuk kita, adalah kisah semut dengan Nabi Sulaiman ‘alayhissalam. Ada baiknya kita mendengarkan cerita ini, sehingga setelah itu kita tidak sungkan-sungkan mengatakan “Seekor Semut Telah Mengajariku”.

Allah berfirman,

وَحُشِرَ لِسُلَيْمَانَ جُنُودُهُ مِنَ الْجِنِّ وَالإِنسِ وَالطَّيْرِ فَهُمْ يُوزَعُونَ

“Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia, dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan).” {QS. An-Naml: 17.}

Allah telah menundukkan untuk NabiNya Sulaiman sejumlah pasukan besar yang terdiri dari jin, manusia, dan burung, tentunya ini sebuah tentara yang sangat besar. Bisa dibayangkan tentara dengan jumlah sebanyak ini pasti akan berjalan sambil melipat tanah, dan mengeluarkan suara hiruk pikuk yang dapat menghalangi pendengaran Sulaiman dari mendengar suara binatang merayap yang sangat halus. Tapi Sulaiman telah menangkap sebuah suara, bukan suara manusia atau bangsa jin, tapi suara seekor semut. Semut? Ya semut, bukankah Allah telah mengajarinya bahasa binatang? Allah berfirman,

وَوَرِثَ سُلَيْمَانُ دَاوُودَ وَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ عُلِّمْنَا مَنطِقَ الطَّيْرِ وَأُوتِينَا مِن كُلِّ شَيْءٍ إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْفَضْلُ الْمُبِينُ

“Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata, “Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung, dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu karunia yang nyata.” {QS. An-Naml: 16.}

Apa yang dikatakan semut itu ketika Sulaiman mendengar percakapannya, berkatalah seekor semut,

يَا أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ وَجُنُودُهُ وَهُمْ لا يَشْعُرُونَ

“Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.” {QS. An-Naml: 18.}

Kata-kata sederhana dan singkat tapi memberikan pelajaran besar untuk kita, sehingga sangat layak jika seseorang mengatakan aku telah diajarkan oleh seekor semut, sebab kata-katanya bagaikan untaian mutiara berharga, maka apa yang diajarkan semut itu?

PELAJARAN PERTAMA: Satu Orang Mampu Menggerakkan Satu Bangsa.

Semut itu telah mengajarkan saya bahwa, seseorang tidak boleh menganggap kecil usaha pribadinya. Sebab semut sang guru itu telah menghalau sebuah krisis besar yang hampir saja melanda bangsanya secara keseluruhan. Sebuah bahaya besar yang bias saja melumat habis bangsanya, dia tidak peduli dengan kuantitas dirinya, tidak membenarkan dirinya dengan alasan bahwa dia seorang diri yang tidak bias membuat perubahan apa-apa. Maka ia memanggil kaumnya, “Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.”

Berapa banyak kita butuh untuk menanamkan logika tersebut dalam diri kita, bahwa di sana ada masalah besar yang membelenggu. Logika pemuda kita, yaitu masalah meremehkan usaha individu, padahal jika ia meneliti ayat-ayat Al-Quran dan As-Sunnah, sejarah Nabi dan biografi orang-orang hebat, niscaya ia mendapati beberapa fakta bahwa, seorang individu mampu berbuat hal yang besar. Bukankah Rosulullaah shollallaahu ‘alayhi wa’alaa aalihi wasallam seorang diri dalam memulai dakwah? Ini hingga mencapai seluruh pelosok dunia.

Bukankah sebelum beliau, Nabi Ibrohim bapak para Nabi juga seorang diri mendakwahi kaumnya agar mereka menyembah Allah? Bukankah Mus’ab bin ‘Umair seorang diri dalam meletakkan pondasi Negara Islam di Madinah? Sehingga pada saat Rosulullaah dating ke Madinah sementara agama Islam telah menyebar hingga seluruh pelosoknya? Bukankah para ilmuwan sebagai individu dalam membuat karya besar? Bukankah Ibnu An-Nafis seorang diri ketika ia menemukan sirkulasi darah? Bukahkah Thomas Alfa Edison seorang diri ketika ia menemukan beberapa temuan berharga untuk dunia semuanya? Termasuk temuannya yang berupa aliran listrik.

Maka dengan kata lain usaha pribadi sangat diperlukan untuk bangsa. Kita membutuhkan lebih dari apa yang kita butuhkan pada tahap ini, setelah revolusi, dimana kita dapat membangun kembali tatanan bangsa yang baru. Bangsa sangat membutuhkan setiap usaha individu di antara kita, maka jangan sekali-kali menganggap kecil aksi individu, begitulah pelajaran yang diajarkan semut itu kepadaku. (tentunya dengan usaha-usaha yang tidak bertentangan dengan syari’at.)

Bersambung insyaallah

Dikutip dari Majalah Qiblati edisi 8 thn. VIII. Artikel “Seekor Semut Mengajariku” Penulis: Adil Manna’

Dipublikasikan kembali: www.KisahIslam.net

Facebook Fans Page: Kisah Teladan & Sejarah Islam

=

Comments
All comments.
Comments