Az-Zubair bin Al Awwam Al Hawari

Keutamaan-keutamaan agung terkumpul pada Sahabat yang mulia ini.

Dia adalah hawari ‘Sahabat setia’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, anak bibi beliau Shafiyyah binti ‘Abdil Muththalib, salah seorang dari sepuluh orang Sahabat yang dijamin masuk Surga, salah seorang dari enam orang anggota syura yang ditunjuk oleh ‘Umar bin al Khaththab radhiyallahu ‘anhu, orang pertama yang menghunuskan pedanngya di jalan Allah…. Abu Abdillah radhiyallahu ‘anhu. Masuk islam dalam usia yang sangat muda, yaitu dalam usia enam belas tahun.

Disebutkan bahwa az Zubair radhiyallahu ‘anhu adalah seorang laki-laki yang jangkung. Jika menaiki hewan tunggangannya, kedua kakinya menjulur menginjak bumi. Dia seorang  laki-laki berjenggot dan berjambang tipis. [1]

Sejak kecil az-Zubair radhiyallahu ‘anhu dikenal sebagai penunggang kuda yang handal dan tidak takut mati di mana pun dia berada. Dia tidak pernah tertinggal dari peperangan yang diikuti oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dia menyintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan cinta yang telah merasuki jiwa dan raganya, sampai-sampai dia mengkhawatirkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari tiupan angin bahkan yang lebih rendah dari itu.

PEMBELAAN AZ ZUBAIR RADHIYALLAHU ‘ANHU TERHADAP NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM

Pada suatu hari beredar isu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terbunuh. Mendengar itu az Zubair langsung menenteng pedangnya.  Dia pergi menemui orang-orang dengan cepat seperti angin yang memporak-porandakan, Dia ingin mengecek kebenaran berita tersebut. Lalu al Habib shallallahu ‘alaihi wa sallam menemuinya dan bertanya kepadanya, “Ada apa denganmu wahai Zubair?” Dia menjawab, “Aku dengar bahwa engkau terbunuh.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bershalawat untuknya serta mendoakan kebaikan untuknya dan pedangnya.

Dalam sebuah riwayat: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya, “Ada apa denganmu?” Az Zubair menjawab, “Aku dengar bahwa engkau dibunuh.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Lalu apa yang akan engkau lakukan?” Dia menjawab, “Aku akan memenggal orang yang akan membunuhmu dengan pedang ini.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan kebaikan untuknya dan pedangnya.” [2]

AZ ZUBAIR MENAMAI ANAK-ANAKNYA DENGAN NAMA PARA SYUHADA

Laki-laki ini menyukai syahadah (mati syahid) di jalan Allah. Dia mencarinya di tempat-tempat yang diperkirakan mendatangkan syahadah, sampai-sampai dia menamai anak-anaknya dengan nama para syuhada.

Az Zubair bin al Awwam radhiyallahu ‘anhu berkata, “Sesungguhnya Thalhah bin ‘Ubaidillah at Taimi memberi nama anak-anaknya dengan nama para Nabi. Dia mengetahui tidak ada Nabi setelah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan aku menamakan anak-anakku dengan nama para syuhada, mudah-mudahan mereka semuanya gugur sebagai syahid.”

Dia menamakan anak-anaknya (‘Abdullah) karena Abdullah bin Jahsyi, (al Mundzir)  karena al Mundzir bin ‘Amr, (‘Urwah) karena ‘Urwah bin Mas’ud, (Hamzah) karena Hamzah bin ‘Abdil Muththalib, (Ja’far) karena Ja’far bin Abi Thalib, (MUsh’ab) karena Mush’ab bin ‘Umair, (‘Ubaidah) karena ‘Ubaidah bin al Harits,(Khalid) karena Khalid bin Sa’id, dan (‘Amr)  karena ‘Amr bin Sa’id bin al ‘Ash.” [3]

KESABARANNYA ATAS SIKSAAN DI JALAN ALLAH

Sekalipun az Zubair radhiyallahu ‘anhu memiliki kedudukan dan nasab yang mulia di tengah kaummnya, tetapi hal itu tidak membuatnya selama dari kezhaliman, siksaan dan penindasan.

Yang menyiksanya adalah pamannya sendiri.

‘Urwah rahimahullah berkata, “Az Zubair hijrah pada usia delapan belas tahun. Pamannya menggantungnya dan mengasapinya, sdangkan dia berkata, “Aku tidak akan kembali kepada kekufuran selama-lamanya.” [4]

Az Zubair radhiyallahu ‘anhju telah berhijrah ke Habasyah dua kali: hijrah yang pertama dan kedua, kemudian dia pulang untuk mengikuti seluruh peperangan yang diikuti oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Siapa yang memperhatikan keterangan dari para Sahabat tentang fisiknya (luka-luka yang dia alami), niscaya dia mengetahui bagaimana az-Zubair radhiyallahu ‘anhu berperang.

Dari ‘Urwah rahimahullah, ia berkata, “Di tubuh az Zubair ada tiga belas luka sabetan pedang, salah satunya ada dipundaknya.  Aku bisa memasukkan jariku ke dalam luka ini. Dua kali dia mendapatkan sabetan pedang di perang Badar dan satu kali di perang Yarmuk.” [5]

Dari Ali bin Zaid rahimahullah, ia berkata, “Orang yang melihat az Zubair mengabarkan kepadaku bahwa di dada az Zubair ada tanda-tanda seperti mata, bekas tusukan tombak dan anak panah.” [6]

HIJRAH KE HABASYAH

Ketika siksaan orang-orang Quraisy terhadap pada Shahabat semakin menghebat, Nabi shallallau ‘alaihi wa sallam meminta mereka untuk berhijrah ke Habasyah sehingga mereka berada dalam lindungan an najasyi seorang raja yang adil.

Disana para Sahabat hidup dengan tenang dan tentram, sampai datang seorang laki-laki dari Habasyah yang ingin merebut kekuasaan dari tangan an Najasyi. Kaum muslimin sangat bersedih karena itu, mereka khawatir orang itu akan berkuasa dengan menyingkirkan an Najasyi, padahal dia tidak mengetahui hak para Sahabat yang suci dan tidak mengenal kedudukan mereka.

Disini para Sahabat ingin mengetahui berita perseteruan yang terjadi antara an Najasyi dengan laki-laki tersebut di seberang sungai Nil.

Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha berkata, “Lalu para Sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata. ‘Siapa diantara kita yang akan hadir melihat pertempuran di antara mereka lalu dia pulang membawa berita kepada kami.'” Maka az Zubair radhiyallahu ‘anhu berkata, ‘Aku.’ Mereka berkata, “Engkau.’ Padahal az Zubaiir adalah orang yang paling mudah usianya.” Ummu Salah berkata, “Lalu orang-orang meniup sebuah kantong air dan memasangkannya di dadanya.

Kemudian az Zubair  berenang dengannya menuju seberang Sungai Nil tempat pertempuran mereka untuk mengetahui apa yang terjadi.” Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha berkata, “Kami memohon kepada Allah agar memberikan kemenangan kepada an Najasyi atas musuhnya sehingga dia bisa berkuasa di negerinya.” Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha berkata, “Demi Allah, ketika kami sedang menduga-duga apa yang terjadi, tiba-tiba az Zubair datang dengan berlari. Dia melambai-lambaikan pakaiannya dan berkata, “Bergembiralah! An Najasyi menang dan Allah telah membinasakan musuhnya serta memantapkan kekuasaannya di negerinya.” [7]

Az Zubair radhiyallahu ‘anhu telah memberikan banyak dan banyak lagi di jalan Allah. Dia telah menjadikan harta dan dirinya sebagai wakaf untuk Allah ‘Azza wa Jalla sehingga Allah memuliakannya dan mengangkat derajatnya di dunia dan akhirat.

Pada perang Badar az Zubair memakai surban berwarna kuning. Dari Urwah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Pada perang Badar az Zubair memakai surban kuning, lalu Jibril turun dengan penampilan seperti az-Zubair.”[8]

Sebuah kemuliaan yang tidak tertandingi oleh dunia dan segala isinya.

Az-Zubair termasuk Sahabat yang hijrah ke Habasyah se­bagaimana yang disebutkan oleh Musa bin `Uqbah dan Ibnu Ishaq, sekalipun dia tidak tinggal lama di sana.[9]

Dari az-Zubair radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Pada Perang Badar aku bertemu dengan `Ubaidah bin Sa’id bin al-`Ash. Dia berpakaian perang dengan sangat rapat sehingga tidak ada yang terlihat darinya kecuali hanya kedua matanya. Dia dijuluki Abu Dzatu Kabsy. Maka aku menyerangnya dengan sebilah tombak. Aku menusuk matanya akh­irnya dia mati.” Az-Zubair berkata, “Aku meletakkan kakiku di atasnya. Dengan susah payah aku mencabut tombak itu darinya, ujung tombak itu bengkok.”[10]

Di Perang Badar az-Zubair membunuh pamannya, Naufal bin Khuwailid bin Asad, demikian pula dia membunuh `Ubaidah bin Sa’id bin al-`Ash.

Comments
All comments.
Comments