Balasan Sesuai Perbuatan

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Kebaikan tidak akan lenyap, dan dosa tidak akan mati, beramallah sesukamu, karena engkau akan dibalas berdasarkan perbuatanmu.” [Hadits Hasan : dihasankan oleh Syaikh Al-Albani Rahimahullah]

Para ulama menceritakan:

“Ada seorang laki-laki yang mempunyai ayah yang sudah tua renta, dia merasa bosan melayani dan melaksanakan perintah ayahnya ter­sebut. Kemudian dia membawa ayahnya ke luar padang pasir untuk me­nyembelihnya. Setelah sampai di sebuah batu besar, dia menurunkan ayahnya di sana. Sang ayah pun bertanya, “Anakku, apa yang hendak kau lakukan padaku?” Dia menjawab, “Aku ingin menyembelihmu.” Ayahnya berkata, “Jika memang kau akan menyembelihku, maka sembelilah aku di samping batu besar itu, karena sebelumnya aku sudah mendurhakai orang tuaku, kemudian dia aku sembelih di samping batu besar itu. Dan engkau wahai anakku pasti akan mengalami hal yang sama!”  [Lihat kitab Al-Jaza’ min Jinsi ‘amal (2/191)]

Ka’ab Al-Ahbar berkata,

“Ada tiga orang ahli ibadah dari kalangan Bani Israil yang sedang berkumpul, mereka sepakat mengatakan, “Marilah masing-masing dari kite menceritkan dosa terbesar yang pernah dia kerjakan. Lalu berbica­ralah salah seorang dari mereka, “Adapun aku, maka aku tidak ingat lagi dosa lebih besar yang aku lakukan selain, aku dulu pernah bersama temanku, tiba-tiba ada sebuah pohon yang mengganggu di depan kami. Ketika aku menyingkirkannya temanku terkejut lalu berkata, “Biarlah Allah yang memisahkan antara aku dan engkau.”

Yang lainnya bercerita, “Sesungguhnya kami kaum Bani Israil, apa bila salah seorang dari kami terkena percikan air kencing, maka dia harus memotong kulit yang terkena air kencing tersebut. Suatu kali, terkena percikan air kencing, aku pun memotongnya tetapi kurang se­mpurna. Inilah menurutku dosa terbesar yang pernah aku lakukan.”

Yang ketiga berkata, “Aku mempunyai seorang ibu, suatu hari beliau memanggilku dari arah angin, dengan segera aku jawab panggilannya. Tapi beliau tidak mendengarnya, sehigga beliau mendatangiku sambil marah-marah. Aku dilemparnya dengan sebuah batu. Lalu aku mengambil sebuah tongkat dan menghampiri ibuku. Aku duduk di depannya dengan maksud supaya ibuku memukulku dengan tongkat tersebut, sehingga aku mendapat ridhanya. Tiba-tiba beliau terkejut karena kedatanganku, dan tiba-tiba wajahnya tertimpa sebuah pohon, hingga melukainya, itulah menurutku dosa terbesar yang pernah aku lakukan. [Disarikan dari kitab Man Faatahu Birru Walidaihi hal.30-31, karya Majdi asy-Syahawi]

Sumber: Kisah Orang Zhalim, Hamid Ahmad ath-Thahir, Penerbit Darussunnah

Artikel: www.kisahislam.net

 

Comments
All comments.
Comments