Al-Walid bin ‘Abdul Malik 86H – 96H

Beliau adalah Al-Walid bin ‘Abdul Malik bin Marwan, lahir pada tahun 50 H. Diangkat sebagai khalifah setelah ayahnya meninggal pada tahun 86 H.

Kehidupan yang beliau alami adalah kehidupan yang cerah bagaikan warna putih di muka Daulah Umawiyyah. Yang demikian dikarenakan berbagai usaha perbaikan yang besar baik di dalam maupun di luar negeri. Juga berbagai penaklukan negeri. yang gemilang.

Mungkin di antara sebab yang paling penting pula adalah peran ayahnya yaitu ‘Abdul Malik yang telah mampu melepaskan daulah Islam dari sekian permasalahan yang ada di dalam negeri, sehingga Al-Walid mewarisi dari ayahnya sebuah kerajaan yang luas dengan kondisi yang tentram. Keadaan yang seperti ini menjadi sebuah kesempatan yang tepat baginya untuk mengadakan berbagai perbaikan dan meningkatkan kemakmuran dalam negeri, juga untuk mengadakan penaklukan negeri-negeri lain. Dan beliau berhasil dengan keberhasilan yang gemilang.

Perbaikan yang beliau canangkan

Adapun perbaikan dalam negeri, maka hal ini terpengaruh dengan sikap Al-Walid yang lebih condong untuk meningkatkan kemakmuran. Beliau lebih menitikberatkan pada perbaikan jalan dan lalu lintas di Hijaz dan negeri lainnya.

Diantara jasa beliau yang besar adalah renovasi dua buah masjid: masjid Nabi di Madinah dan masjid Umawi di Damaskus. Masjid Nabawi dipugar dan diperluas sehingga luasnya menjadi 200 hasta kali 200 hasta. Beliau memasukkan seluruh kamar milik istri­-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ke dalam area masjid walaupun ulama-ulama besar umat Islam yang ada di Madinah waktu itu menentangnya karena khawatir kuburan yang ada (kuburan Nabi dan dua shahabatnya) akan dijadikan masjid, juga semangat untuk menjaga kuburan itu sebagai pelajaran bagi umat manusia [lihat Al Bidayah karya Ibnu Katsir (9 / 74)]. Begitu pula dengan pelebaran masjid Umawi di Damaskus. Selesailah pembangunan kedua masjid ini dengan bentuk yang begitu megahnya.

Beliau juga memberikan perhatian kepada rakyatnya yang mengalami tuna netra dan penyandang cacat. Nafkah tetap dan pemberian biaya hidup yang layak diberikan kepada mereka. Setiap orang yang tidak mampu bekerja diberi pembantu, setiap orang yang buta diberi pemandu. Beliau juga membangun rumah sakit bagi penderita kusta yang terletak di pinggir kota Damaskus yang sampai sekarang masih ada dan memakai namanya. Dan jasa-jasa lainnya membuat kaum muslimin bahagia. Keadilan, kemakmuran, dan ketentraman pun terwujud di seluruh penjuru negeri Islam.

Comments
All comments.
Comments