Abdul Malik bin Marwan 64H – 86H

Pengantar: Bagaimanakah Abdul Malik Mencapai Kursi Kekhalifahan?

Yazid bin Mu’awiyah sebelum meninggal, mewasiatkan khilafah untuk anaknya yang bernama Mu’awiyah bin Yazid. Setelah Yazid meninggal, penduduk Syam membaiatnya dalam rangka memenuhi wasiat ayahnya. Pada waktu itu ‘Abdullah bin Az-Zubair radhiyallahu ‘anhu telah dibaiat sebagai khalifah di negeri Hijaz dan kekuasaannya semakin besar. Mu’awiyah bin Yazid tidak berkeinginan jatuh dalam pertentangan dengan Ibnu Az-Zubair radhiyallahu ‘anhu. Oleh karena itu, beliau mengumumkan pengunduran diri dari kursi kekhalifahan tidak berapa lama setelah pengangkatannya. Kemudian beliau mengasingkan diri dari manusia sampai meninggalnya yang tidak lama berselang setelah. pengunduran diri. Dan beliau tidak menentukan siapapun sebagai pengganti.

Dengan demikian khilafah yang syar’i dipegang oleh Amirul Mukminin Abdullah bin Az-Zubair radhiyallahu ‘anhu . Penduduk Iraq, Mesir, Afrika, Khurasan, dan mayoritas penduduk Syam membaiatnya. Lebih tepat dikatakan seluruh wilayah Islam kecuali sebagian kecil dari wilayah Syam bagian selatan yang mereka terbagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok mendukung Bani Umayyah yang dipimpin oleh Hasan bin Malik, kelompok lain mendukung Ibnu Az-Zubair yang dipimpin oleh Adh­ Dhahhak bin Qais.

Antara kedua kelompok ini terjadi pertempuran Marjuraahith [1]. Pertempuran ini terjadi pada tahun 65 H. Pendukung Bani Umayyah mendapatkan kemenangan sehingga Marwan bin Al-Hakam rahimahullah berhasil menguasai Syam sedangkan Ibnu Az-Zubair tetap menjadi khalifah yang menguasai seluruh wilayah Islam. Marwan hanya memegang tampuk kekuasaan pada masa yang relatif singkat yaitu satu tahun kemudian dia meninggal pada tahun 65 H. Setelah dia meninggal, kekuasaan digantikan oleh anaknya yang bernama ‘Abdul Malik. Pada masa yang singkat itu Marwan berhasil merebut kekuasaan Ibnu Az-Zubair di Mesir dan berhasil menancapkan kekuasaannya di sana.

Sekilas tentang kehidupan dan amalan ‘Abdul Malik:

Setelah ‘Abdul Malik rahimahullah  berhasil menguasai Syam dan Mesir, maka terletak di pundaknya beban untuk membangun kembali Daulah Umawiyyah yang kedua. Pada masa itu kekuasaan di sebagian besar wilayah Islam berada di tangan ‘Abdullah bin Az-Zubair . `Abdul Malik berhasil memikul beban berat ini dan mampu merebut kekuasaan dari tangan `Abdullah bin Az-Zubair radhiyallahu ‘anhu kemudian membunuhnya. Sebagaimana pula mampu menghadapi Rafidhah dan Khawarij dan melibas mereka dengan tebasan yang mematahkan pada sejumlah medan pertempuran [2].

Sifat ‘Abdul Malik dan upaya perbaikan yang diadakan:

Dia adalah orang yang pertama kali menyadur pembukuan dari bahasa Romawi dan Persia ke dalam bahasa Arab. Pembukuan/ pengarsipan yang ada di Syam adalah dengan bahasa Romawi (Yunani), sedangkan Iraq menggunakan bahasa Persia. Keduanya dialihbahasakan ke dalam bahasa Arab pada masa pemerintahan ‘Abdul Malik. Orang yang menerjemahkan dari bahasa Romawi ke bahasa Arab adalah Abu Tsabit Al-Khanasi, sedangkan yang menerjemahkan dari bahasa Persia ke bahasa Arab adalah Shalih bin Abdurrahman, sekretaris Al-Hajjaj Ats-Tsaqafi. Apa yang diperbuat oleh ‘Abdul Malik ini memberatkan orang-orang Persia sampai-sampai mereka memberikan kepada Shalih uang sejumlah 1000 dirham dengan syarat ia tidak melanjutkan tugas itu. Tetapi dia tidak memperdulikannya. Sebagian pembesar Persia mengatakan kepadanya: “Semoga Allah memutuskan keturunanmu di dunia sebagaimana engkau memutuskan Persia.”

`Abdul Malik adalah seorang yang dikenal dengan kokoh pendirian dan kemauannya. Dia seorang yang pemberani, tidak mudah gamang dalam menghadapi banyak peristiwa walaupun besar. Kejadian yang ada pada masanya sangat keras dan mencekam. Perpecahan dan perselisihan senantiasa mengancam kerajaan dengan ancaman yang sangat berbahaya. Akan tetapi dia selalu menangani urusannya dengan penuh hikmah dan akal yang cemerlang sehingga keadaan menjadi tenang dan langit menjadi cerah. Kerajaan pun menjadi satu dan persatuan terwujud. Seluruh pelosok negeri Islam di bawah satu bendera dan satu penguasa. Keadaan ini menyerupai keadaan yang terjadi pada tahun persatuan (masa pemerintahan Mu’awiyah bin Abu Sufyan). Jadilah ‘Abdul Malik rahimahullah pendiri kedua Daulah Umawiyyah.

Comments
All comments.
Comments