Penyesalan Imam asy Sya’bi Karena Pemberontakannya Terhadap al Hajjaj bin Yusuf

Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda: “Barangsiapa yang membenci satu hal dari diri penguasanya hendaklah ia bersabar karena tidak seorangpun yang memberontak kepada penguasanya sejengkal saja, kemudian ia mati dalam keadaan seperti itu melainkan seperti kematian di dalam masa Jahiliyyah.” [HR.Muslim]

Ketika Ibnu al-Asy’at melarikan diri, tinggallah petaka yang membinasakan keluarga dan keturunan, jatuhnya korban yang banyak dari pada pengikutnya baik yang terbunuh maupun yang tertawan. al-Hajjaj menggempur mereka hingga orang-orang yang masih tersisa berhamburan lari menyelamatkan diri.

Diantara orang-orang tersebut adalah Amir asy-Sya’bi seorang imam/alim yang terpercaya. al-Hajjaj memerintahkan agar menghadapkan asy-Sya’bi kepadanya. Dan dihadapkanlah asy-Sya’bi ke hadapan al-Hajjaj.

asy-Sya’bi menceritakan, “Aku mengucapkan salam kepadanya dan aku berkata, “Wahai Amir, sesungguhnya orang-orang telah memerintahkan aku untuk meminta udzur -pemakluman- kepadamu dengan selain apa-apa yang telah diketahui oleh Allah bahwasanya itu benar. Dan demi Allah dalam kesempatan ini aku tidak mengatakan sesuatu kecuali yang benar. Sungguh demi Allah kami telah durhaka kepadamu dan kami telah menghasut dan berusaha dengan penuh kesungguhan maka kami bukanlah orang-orang yang bertakwa lagi baik, namun bukan pula orang-orang yang keji lagi jahat. Allah telah memberikan pertolongan kepadamu terhadap kami dan mengaruniakan pertolongan kepadamu terhadap kami dan mengaruniakan keberuntungan dengan kami. Jika engkau mendera maka itu karena dosa-dosa kami. Tanga-tangan kami sekali-kali tidak pernah menyentuhmu. Dan jika engkau memaafkan kami maka itu karena kemurahan hatimu. Selanjutnya bagimulah bukti dan alasan terhadap kami.”

Setelah menyaksikan pengakuan dan pernyataan dari asy-Sya’bi, al-Hajjaj berkata, “Engkau wahai asy-Sya’bi. lebih aku cintai daripada orang yang datang kepada kami dengan pedang yang berlumur darah kami kemudian ia berkata, ‘Aku tak melakukan apapun dan aku tidak menyaksikan apapun’, engkau telah aman bersama kami wahai asy-Sya’bi.”

al-Hajjaj melanjutkan, “Wahai asy-Sya’bi bagaimana engkau dapati keadaan orang-orang setelah kami?”

Pada masa sebelum terjadinya fitnah -petaka- itu, al-Hajjaj bersikap hormat kepada asy-Sya’bi.

asy-Sya’bi lalu berkata memberitahukan tentang keadaan dirinya setelah ia meninggalkan jama’ah, “Semoga Allah memberikan perbaikan kepada Amir, sungguh setelahmu aku telah  merasa tersiksa sepanjang malam, tiada kemudahan yang aku dapat, ketakutan menyelimutiku, aku kehilangan teman-teman baikku dan aku tidak mendapatkan seorang Amir pun sebagai penggantiku!!”

al-Hajjaj berkata, “Pergilah wahai asy-Sya’bi!”

asy-Sya’bi pun pergi dengan keadaan aman.

Nasehat Seorang Salaf Kepada Orang-Orang Yang Memberontak Terhadap Penguasa

al-Mahlab bin Absu Shafrah menulis surat kepada Ibnu al-Asy’ats untuk mentahdzirnya / memperingatinyadan mencegahnya agar tidak memberontak terhadpa pemimpinnya.

al-Mahlab berkata, “Wahai Ibnu al-Asy’ats, sesungguhnya engkau telah meletakkan kakimu diatas perjalanan yang panjang, tetaplah bersama ummat Muhammad -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, Allah, Allah!! Lihatlah dirimu dan jangan engkau binasakan mereka, jangan engkau tumpahkan darah kaum muslimin, jangan engkau tinggalkan jama’ah dan jangan engkau langgar bai’at, sesungguhnya bila engkau mengatakan, ‘Aku takut orang-orang mencelakakkanku’, mestinya Allah lah yang lebih harus engkau takuti dari pada manusia. Janganlah engkau menentang Allah dengan menumpahkan dan menghalalkan yang haram. Semoga keselamatan selalu menyertaimu.” [Khutbah dengan judul “Fitnah Ibnu al-Asy’ats” oleh Syaikh Sulthan al-‘Ied]

Sumber: buku “Mahkota Diatas Sajadah”, Penerbit at-Tibyan, Hal.26-29, Penulis: Abdullah Humaid al-Falasi & Wahid Abdussalam Bali.

Comments
All comments.
Comments