Khalifah Abu Bakar ash Shiddiq – Bagian Pertama

Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiyallahu ‘Anhu

“Tidak seorang pun yang mempunyai jasa baik kepada kami melainkan kami telah membalasnya kecuali Abu Bakar, sesungguhnya dia mempunyai jasa mulia, Allah yang akan membalasnnya di hari Kiamat. Aku tidak mengambil manfaat dari harta seseorang seperti aku mengambil manfaat dari harta Abu Bakar. Seandainya aku boleh mengangkat seorang khalil niscaya aku menjadikan Abu Bakar sebagai khalil.” [Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam]

Dia seorang laki-laki berkedudukan agung, berderajat tinggi, beribadah kepada Allah dengan meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, berjihad di jalan Allah, dan memberikan seluruh hartanya di jalan Allah.

Dia menolong Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada saat orang-oorang mengabaikan beliau, beriman kepada beliau pada saat orang-orang ingkar kepada beliau, dan membenarkan pada saat orang-orang mendustakan beliau.

Tidak sedikit dari anak-anak kaum muslimin yang tidak mengetahui jasa-jasa besarnya sehingga mereka menzhalimi hak-haknya, meremehkan kedudukannya yang mulia dan tidak menghargai dengan sebenar-benarnya.

Yang berpura-pura tidak mengetahui bukan hanya orang-orang awam semata, bahkan orang-orang khusus dari kalangan para khatib, para pemberi nasihat, para da’i juga para penulis.

Bisa jadi karena dia adalah orang besar di samping orang yang lebih besar, mulia disamping yang lebih mulia, maka kebesaran Sahabatnya shallallahu ‘alaihi wa sallam, kedudukan dan derajatnya menutupi kebesaran , kedudukan dan derajatnya.

Dia adalah Sahabat terbaik tanpa diperselisihkan, matahari tidak terbit dan tidak terbenam setelah para Nabi dan para Rasul atas seorang laki-laki yang lebih baik daripadanya.

Dialah laki-laki yang pertama kali beriman menurut pendapat yang shahih. Dialah seorang laki-laki yang jika imannya ditimbang dengan iman umat maka imannya lebih berat.

Dialah orang yang bersih hati, pemalu, tegas namun pengasih, seorang saudagar yang mulia, pemilik fitrah lurus dan bersih dari noda-noda Jahiliyah dan kegelapan.

Dia mirip dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebuah kemulian besar bisa menyerupai beliau.

Seorang laki-laki bukan layaknya laki-laki, mempunya sejarah hidup bukan layaknya sejarah hidup.

Diajak masuk Islam, diapun menjawab tanpa keraguan, tanpa maju-mundur dan tanpa bimbang.

Dia langsung masuk Islam dengan penuh keyakinan.

Karena para pemilik fitrah yang lurus tidak akan pernah bimbang menerima kebaikan yang diserukan kepadanya.

Bagaimana dia tidak segera menerima Islam sementara dia telah berkawan akrab dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum beliau menjadi Nabi dan Rasul. Dia mengetahui kejujuran beliau, amanah beliau, kebaikan tabiat beliau serta kemulian akhlak beliau.

Dia mengetahui bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berdusta kepada manusia, mana mungkin beliau berani berdusta atas nama Allah Jalla wa ‘Alaa. Karena itulah ketika dia diajak kepada Allah oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, batinnya mengatakan, “Aku belum pernah mengetahui engkau berdusta.”

Adapun bibirnya mengatakan, “Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.” Lalu dia memberikan tangannya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk membai’at beliau, jadilah tangan pertama yang diulurkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.[1]

Siapakah Ash Shiddiq Radhiyallahu ‘Anhu?

Dia adalah ‘Abdullah bin ‘Utsman bin ‘Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay Al Quraisy At Taimi, Abu Bakar ash Shiddiq bin Abi Quhafah. [2]

Dia dilahirkan di Mina, nasabnya bertemu dengan nasab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Murrah.

Di masa Jahiliyyah dia menikah dengan dua wanita: Qutailah binti Abdil Uzza dan Ummu Ruman binti Amir.

Dan dimasa Islam dia menikah dengan dua wanita: Asma’ binti Umais dan Habibah binti Kharijah bin Zaid.

Teladan Bahkan Semasa Jahiliyah

Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu adalah teladan dalam segala bidang –hingga pada masa Jahiliyyah sekalipun- maka jangan heran kalau setelah dia masuk Islam, dia adalah orang terbaik setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

“Sebaik-baik kalian di masa Jahiliyyah adalah sebaik-baik kalian di masa Islam jika mereka memahami agamanya.” [3]

Ibnu Ishaq rahimahullah berkata, “Abu Bakar adalah seorang laki-laki yang disukai dan dicintai oleh kaumnya. Dia adalah orang Quraisy yang paling tahu nasab Quraisy, orang Quraisy yang paling mengenal Quraisy dan paling mengenal kebaikan dan keburukan yang ada pada Quraisy. Dia adalah laki-laki pemilik akhlak yang baik. Para petinggi Quraisy mendatanginya dan menyukainya karena ilmu dan perniagaannya serta kepandaiannya dalam bergaul. Orang-orang dari kaumnya yang dia percaya, yang bergaul dan berkawan dengannya dia ajak kepada Allah dan kepada Islam.” [4]

Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu mengharamkan khamr (minuman keras) atas dirinya pada masa Jahiliyyah. Dia tidak meminumnya sekalipun, tidak pada masa Jahiliyyah, apalagi ketika dia masuk Islam. Hal itu karena pada suatu hari dia melewati seorang laki-laki yang sedang mabuk. Orang mabuk itu meletakkan tangannya pada kotoran manusia lalu mendekatkan tangannya ke hidungnya. Jika dia mencium bau busuknya maka dia menjauhkan tangannya dari hidungnya, maka Abu Bakar mengharamkan khamr atas dirinya.

Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu tidak perna h sujud kepada berhala sekalipun.

Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu pernah berkata di hadapan beberapa orang Shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Aku tidak pernah sujud kepada berhala sekalipun. Ketika itu usiaku mendekati baligh. Ayahku Abu Quhafah, membawaku ke sebuah ruangan miliknya, disana ada berhala-berhala miliknya. Dia berkata kepadaku, ‘Ini adalah tuhan-tuhanmu yang tinggi lagi mulia.’ Lalu dia pergi meninggalkanku. Aku mendekat kepada sebuah berhala, lalu aku berkata, ‘Aku lapar, berilah aku makan.’ Berhala itu tidak menjawab. Aku berkata, ‘Aku tidak berpakaian, berilah aku pakaian.’ Berhala itu tetap tidak menjawab. Maka aku mengambil sebuah batu dan menghantamkan batu itu kepadanya dan ia pun tersungkur.” [5]

Abu Bakar Masuk Islam

Dari Sa’id al Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Abu bakar berkata, ‘Bukankah aku lebih berhak atasnya? –maksudnya adalah khilafah- Bukankah aku adalah orang pertama yang masuk Islam? Bukankah aku adalah pemilik ini, bukankah aku adalah pemilik ini?’” [6]

Imam as Suyuthi rahimahullah berkata, “Ada yang berkata bahwa orang pertama yang masuk Islam adalah Ali, yang lain mengatakan: Khadijah. Pendapat-pendapat ini bisa digabungkan dengan mengatakan Abu Bakar adalah orang pertama yang masuk Islam dari kalangan laki-laki dewasa, Ali dari kalangan anak muda, dan Khadijah dari kalangan kaum wanita. Orang pertama yang melakukan penggabungan ini adalah Imam Abu Hanifah rahimahullah.’”[7]

Begitu Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu masuk Islam, dia langsung memikul amanat agama di atas pundaknya, dia mulai berdakwah mengajak manusia kepada agama Allah Jall wa ‘Alaa. Ditangannya, masuk Islamlah enak orang dari sepuluh orang Sahabat yang dijamin masuk Surga.

Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu akan datang pada hari kiamat, sedangkan enam orang itu dalam timbangan kebaikannya.

Bahkan telah masuk Islam melalui tangannya orang-orang dalam jumlah besar selain enam orang mulian lagi suci tersebut.

Demikianlah semestinya seorang da’i, dia memikul kewajiban berdakwah kepada orang-orang di sekitarnyaaaaa, khawatir mereka akan ditimpa adzab Allah sehingga dia membimbing mereka menuju ridha Allah dan Surga-Nya

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Memberinya Gelar ‘ATIIQ

Di antara keutamaan Abu Bakar adalah Al Habib shallallahu ‘alaihi wa sallam, memberikan gelar ‘Atiiq kepadanya.

Dari Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Aku sedang berada dalam rumah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan para Sahabat berada di halaman. Di antara aku dengan mereka terdapat kain pembatas. Tiba-tiba Abu Bakar datang, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Barang siapa yang ingin melihat seorang ‘Atiiq (yang dibebaskan) dari api Neraka, hendaklah dia melihat orang ini.”

Nama Abu Bakar dari keluarganya adalah ‘Abdullah bin ‘Utsmman bin ‘Amir, namun nama ‘Atiiq lebih kesohor.[8]

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Abu Bakar datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya, “Bergembiralah! Engkau adalah ‘Atiiqullah (orang yang dibebaskan oleh Allah) dari api neraka.’”

Saya (Aisyah) berkata: maka sejak saat itu dia dikenal dengan ‘Atiiq.’” [9]

Sebagian Dari Keutamaan & Keunggulan Abu Bakar Radhiyallahu ‘Anhu

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya orang yang paling berjasa kepada dalam persahabatan dan hartanya adalah Abu Bakar. Seandainya aku boleh mengangkat seorang khalid (kekasih) selain Rabb-ku, niscaya aku mengangkat Abu Bakar (sebagai khalil), akan tetapi (yang ada adalah) persaudaraan Islam dan kasih sayangnya. Tidak tersisa sebuah masjid kecuali ia ditutup selain pintu Abu Bakar. [10]

Dari Anas bin Malik radhiyallahuy ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Umatku yang paling sayang kepada kepada umatku adalah Abu Bakar, yang paling kuat karena Allah adalah ‘Umar, yang paling besar rasa malunya adalah ‘Utsman dan yang paling menguasai peradilan adalah ‘Ali…’” [11]

Dalam sebuah riwayat:

“Umatku yang paling belas kasihan kepada umatku adalah Abu Bakar…” [12]

Dari Abu Sa’id al Khudry radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda :

“Sesungguhnya penghuni derajat-derajat yang tinggi terlihat di atas mereka seperti kalian melihat bintang yang bersinar di langit. Sesungguhnya Abu Bakar dan Umar termasuk mereka dan keduanya dalam kenikmatan. [13]

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Tidak seorangpun yang mempunyai jasa baik kepada kami kecuali kami telah kami telah membalasnya kecuali Abu Bakar, sesungguhnya dia mempunyai jasa mulia, Allah yang akan membalasnya di hari Kiamat. Aku tidak mengambil manfaat dari harta seseorang seperti aku mengambil manfaat dari harta Abu Bakar. Seandainya aku boleh mengangkat seorang khalil niscaya aku menjadikan Abu Bakar sebagai khalil. Dan sesungguhnya shahabat kalian ini adalah khaliilullaah (kekasih Allah).” [14]

Dari Jabi bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Abu Bakar dan Umar dalam agama ini kedudukannya seperti pendengaran dan penglihatan bagi kepala.” [15]

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Teladanilah dua orang sepeninggalku dari para Sahabatku: Abu Bakar dan Umar…” [16]

Dari Abu Bakar bahwa suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Siapa yang bermimpi tadi malam?” Maka seorang laki-laki berkata, “Saya, saya melihat dalam mimpi sebuah timbangan turun dari langit. Lalu engkau dengan Abu Bakar ditimbang maka engkau lebih berat daripada Abu Bakar. Umar dan Abu Bakar ditimbang maka Abu Bakar lebih berat daripada Umar. Umar ditimbang daripada Utsman maka Umar lebih berat daripada Utsman. Kemudian timbangan itu diangkat.” Dia berkata, “Kami melihat rasa tidak suka pada wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”[17]

Disini terlihat keutamaan Abu Bakar atas Umar dan orang-orang setelahnya. Ucapannya, “Kami melihat rasa tidak suka pada wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Dikatakan dalam Tuhfatul Ahwadzi, “Hal ini karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetahui bahwa makna mimpi diangkatnya timbangan adalah menurunnya nilai segala perkara dan munculnya fitnah-fitnah pasca khilafah Umar. Makana salah satu lebih berat atas yang lain adalah bahwa yang lebih berat adalah yang lebih baik.

Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu bahwa pada suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat kepada Abu Bakar dan Umar, maka beliau bersabda:

“Dua orang ini adalah sayyid (penghulu) orang-orang dewasa penduduk surga dari kalangan orang-orang terdahulu dan orang-orang yang datang kemudian, kecuali para Nabi dan para Rasul. Ajngan katakan hal ini kepada mereka berdua, wahai Ali.” [18]

Dari Abdurrahman bin Auf radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‘Abu Bakar disurga, Umar disurga, Utsman disruga, Ali disurga, Thalhah disurga, Az Zubair disurga, Abdurrahman bin Auf disurga, Sa’ad bin Abi Waqqash disurga, Sa’id bin Zaid di surga, dan Abu Ubaidah disurga.”[19]

Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Abu Bakar:

“Engkau adalah sahabatku di haudh (telaga) dan sahabatku di gua.” [20]

Pengarang Tuhfatul Ahwadzi berkata, “(Sabda Nabi), “Engkau adalah sahabaku di hauds.” Yakni, telaga Al Kautsar. “dan Sahabatku di gua.” Yakni, gua yang berada di gunung Tsur tempat keduanya bersembunyi didalamnya ketika keduanya hijrah ke Madinah.”

Dari Abu Bakar ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Aku berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berada di dalam gua, ‘Seandainya seorang di antara mereka melihat ke kedua kakinya, niscaya akan melihat kita, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‘Apa dugaanmu, wahai Abu Bakar dengan dua orang, sedangkan yang ketiganya adalah Allah.”[21]

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Kami memilih siapa yang terbaik pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka kami memilih Abu Bakar kemudian Umar kemudian Utsman radhiyallahu ‘anhuma.” [22]

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‘Aku tidak mengambil manfaat dari harta seseorang seperti aku mengambil manfaat dari harta Abu Bakar.’

Maka Abu Bakar menangis seraya berkata, “Bukankah diriku dan hartaku hanya untukmu ya Rasulullah?’” [23]

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam naik ke Gunung Uhud bersama Abu Bakar, Umar dan Utsman lalu Uhud berguncang, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Tenanglah wahai Uhud, diatasmu hanyalah seorang Nabi, Shiddiq dan dua orang syahid.” [24]

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sebaik-naik laki-laki adalah Abu Bakar, sebaik-baik laki-laki adalah Umar…” [25]

Dari Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu bahwa dia berwudhu dirumahnya…Abu Musa berkata, makaaku berkata, ‘Sepanjang hari ini aku akan mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan aku akan selalu bersama beliau. Lalu aku datang ke masjid. Disana aku bertanya tentang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, orang-orang menjawab, ‘Beliau keluar dari arah ini dan ini.’ Maka aku menuju arah yang mereka tunjuk. Aku bertanya tentang beliau, ternyata beliau masuk ke sumur Aris. Aku duduk di pintu dan pintunya dari pelepah kurma. Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyelesaikan keperluannya dan berwudhu, aku berdiri kepada beliau, ternyata beliau sedang duduk di atas sumur Aris. Beliau duduk ditepiannya membuka kedua betisnya dan menjulurkannya kedalam sumur. Aku memberi salam kepada beliau lalu aku beranjak. Aku duduk di pintu, aku berkata, ‘Hari ii aku akan menjadi penjaga pintu bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.’ Lalu Abu Bakar datang. Dia mendorong pintu, lalu aku bertanya, ‘Siapa?’ Dia menjawab, ‘Abu Bakar.’ Aku berkata kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah, Abu Bakar minta izin.’ Nabi bersabda, ‘Izinkan untuknya, dan sampaikan kabar gembira kepadanya dengan Surga.’ Aku kembali ke pintu lalu aku berkata kepada Abu Bakar, ‘Masuklah, dan Rasulullah telah memberimu kabar gembira dengan surga.’ Maka Abu Bakar masuk dan duduk disebelah kanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dipinggir sumur dengan menjulurkan kedua kakinya ke dalam sumur seperti yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan membuka kedua betisnya…” [26]

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Ketika seorang penggembala bersama domba-dombanya, datanglah seorang serigala dan menyerangnya. Ia mengambil seekor domba , maka penggembala itu mengejarnya. Maka serigala itu menoleh kepada penggembala itu lalu berkata, “Siapa yang akan menjaganya pada hari binatang buas?”[27] pada hari itu tidak ada gembala selain aku.” Ketika seorang laki-laki menggiring seekor sapi, sedangkan sapi itu menoleh kepadanya dan berbicara, “Sesungguhnya aku tidak diciptakan untuk ini, tetapi aku diciptakan untuk membajak sawah.’ Maka orang-orang berkata, ‘Subhanallaah..’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya aku, Abu Bakar dan Umar bin Al Khaththab beriman kepada semua itu.” [28]

Dari Ibnu Abi Mulaikah rahimahullah bahwa dia mendengar Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Umar diletakkan diatas ranjang kematian (setelah ditikam). Orang-orang berdatangan untuk mendoakan dan menshalatkan sebelum dia diangkat. Aku berada di antara hadirin, tiba-tiba aku dikejutkan oleh seorang laki-laki yang memegang pundakku,ternyata dia adalah Ali bin Abi Thalib. Dia mendoakan Umar agar dirahmati Allah dan dia berkata, “Engkau tidak meninggalkan seorang pun yang lebih aku sukai untuk bertemu Allah dengan membawa seperti amalannya selain dirimu. Demi Allah, aku benar-benar yakin bahwa Allah akan menjadikanmu bersama kedua sahabatmu. Aku sering mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Aku pergi bersama Abu Bakar dan Umar, Aku masuk bersama Abu Bakar dan Umar dan aku keluar bersama Abu Bakar dan Umar.’ [29]

Comments
All comments.
Comments
  1. azzam tauhidy al sundawy says:

    apa maksud dari tanda tanya yg jumlahnya lbh dr satu dr kalimat2 diatas? apakah itu artinya msh hrs dipertanyakan lg keshohihannya dr riwayat diatas???

    1. admin kisah islam says:

      itu tulisan al qur’an, tapi tidak muncul. mungkin karena formatnya yg tidak bisa, akhirnya jadi tanda tanya.

  2. Abu Umamah says:

    Assalamu’alaykum wa rahmatullahi wa barakatuh.
    Alhamdulillah ada web yang menyajikan kisah-kisah Islam seperti ini. Semoga Allah memberkahi usaha admin dan memberikan keikhlasan dan pahala yang besar bagi segenap pengelola situs ini.

    Saya mohon ijin untuk menyalin beberapa kisah terutama biografi khulafaur rasyidin ke blog http://tigalandasanutama.wordpress.com.

    Saya bermaksud mengumpulkan tulisan sederhana terkait dasar-dasar agama Islam di blog tersebut. Semoga apa yang kita upayakan diterima oleh Allah sebagai amalan yang ikhlas.

    Wassalamu’alaykum

    1. admin kisah islam says:

      wa’alaykumussalam warahmatullah wabarakatuh
      silahkan akhi
      barakallahu fiik

  3. Subahanallah, Sejarah Abu Abakar As-Syiddiq… Semoga iman kita lebih bertambah setelah membaca keteladanan Beliau. Aamiin

  4. Comments are closed.